2nd Case : Ketidakpuasan Hermione Granger

500 61 0
                                    


.

.

ATROPA

[The Disappearance of Magic]

Rozen91

Harry Potter © J. K. Rowling

2nd Case : Ketidakpuasan Hermione Granger

.

.

Rambut peraknya terjatuh dari bahu, membentuk tirai di tiap sisi wajahnya. Iris kelabunya terpatri pada satu halaman di buku yang ia buka lebar di atas lantai. Gadis itu pun tersenyum dingin.

Ini hebat. Buku yang diseludupkan oleh koneksi 'Thomas' sangat hebat. Orang aneh yang ia temui di bagian bawah Diagon Alley (orang-orang memanggilnya 'Thomas') adalah salah satu pion dari sekian banyak bidak catur yang gadis itu dapatkan sejak bersekolah di Hogwarts. 'Thomas' benar-benar informan yang handal. Karena berkat dirinyalah—atau berkat keahlian gadis itu dalam memilih kata-kata yang tepat, dia akhirnya bisa memegang buku petunjuk itu di tangannya.

Velliatte Bones benar-benar malang, namun ia adalah kecerobohannya. Gadis berambut putih itu hanya ingin mencoba dan Bones tanpa sengaja menjadi pilihannya. Ini adalah permainan takdir, Atropa Malfoy menyalahkan takdir. Atropa hanya berjalan sesuai keinginan takdir.

Jika Bones ingin menyalahkan seseorang, maka Atropa akan mempersilahkannya. Ia sama sekali tidak bersalah. Ini adalah keputusan takdir. Dan kedua orangtua Atropa-lah yang telah mempermainkan takdirnya.

Bones bisa menyalahkan kedua orangtuanya.

Bones bisa menyalahkan mereka. Orangtua yang dingin dan tidak menginginkan keberadaan Atropa—sebagaimana pun kerasnya gadis itu berusaha untuk memenuhi ekspetasi kedua orang itu. Akan tetapi, apa yang sudah ia lakukan pada Bones, juga kekacauan yang ia timbulkan di Hogwarts pasti sudah menghancurkan namanya... dan nama baik keluarganya, Malfoy. Ah, Atropa sudah tidak peduli lagi.

Lagipula, setelah rencananya berhasil, ekspetasi dan nama baik itu tidak akan punya arti lagi.

Atropa Malfoy akan membebaskan beban yang mengikat kedua orang tuanya. Dengan demikian, kedua orang itu bisa bahagia tanpa perlu menjalani hidup yang penuh dengan kebohongan dan tekanan.

Dengan demikian, dua orang yang tidak saling mencintai itu bisa mencapai kebahagiaan yang mereka inginkan. Dan Atropa akan mewujudkannya.

Ia tertawa miris. Sepasang iris abu-abu itu membeku bagai batu permata yang sesungguhnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Suara lantang seseorang mengalihkan perhatiannya. Atropa menoleh dan menyipitkan kedua matanya, sinar lumos dan ujung tongkat sihir seseorang itu sangat menyilaukan.

"Slytherin?" sosok yang hanya terlihat bagai bayangan itu mendengus, "Aku tidak akan heran lagi kalau kau melakukan hal aneh di sini."

Atropa bergerak pelan, membelakangi sosok itu saat ia bangkit berdiri, yang dengan demikian tidak akan ada yang tahu bahwa saat itu ia hendak menyembunyikan sesuatu ke dalam jubahnya.

"Bisakah kau tidak mengacungkan Lumos seperti itu? Cahayanya menyakiti mataku," tanyanya dengan nada sopan.

"Oh, begitu? Maafkan aku." Sosok itu mengalihkan tongkat sihirnya ke samping seraya menyisipkan rambutnya ke belakang telinga.

ATROPA : The Disappearance of Magic (completed)Where stories live. Discover now