1. G.A.F

57 4 0
                                    

"BANG ALDEV KAPAN JELEKNYA SIH? MASYA ALLAH SENYUMMU MENGALIHKAN DUNIAKU BANG."

"BANG MUKANYA BISA NYANTAI DIKIT NGGAK? DUH... ADEK NGGAK KUAT."

"BANG KUA KUY!!!"

"BANG KAPAN KE RUMAH? MAMAH UDAH NANYAIN TERUS!"

Dan begitulah teriak-teriakan yang di lontarkan oleh para penggemar -pria tampan bernama Aldevaro- yang mayoritasnya remaja.

Pria itu tersenyum menanggapinya, walau tubuhnya sudah lelah dan ingin segera beristirahat. Ia tetap bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja. Karena, semua itu sudah menjadi tugas dan kewajibannya sebagai seorang public pigure. Begitulah menurut asumsinya, mengenai pekerjaan yang ia lakoni saat ini.

Pria itu turun dari panggung, setelah mengucapkan perpisahan kepada para penggemarnya. Tak sedikit yang kecewa dan tak rela idolanya pergi. Namun mau bagaimana lagi? Panggung sandiwara ini telah berakhir dan si pemeran utama harus segera meninggalkan tempatnya, menuju sandiwara berikutnya.

"Tadi itu, keren banget suer!" ucap perempuan berambut ikal. Sebut saja Arty Sarblina -Manager Aldevaro-. "Gue nggak nyangka lo bakal sekeren tadi." lanjutnya kemudian memberi Aldevaro sebotol air mineral.

Aldevaro tersenyum ke arah manager sekaligus sahabatnya itu. Sahabatnya itu terlalu berlebihan. Ia tak sehebat aktor-aktor Hollywood yang menjadi idolanya.

"Biasa aja sih Ar," ujarnya setelah menenggak habis minuman yang diberikan Arty.

"Yeu elo mah kebiasaan, ngerendah mulu."

"Gak papa kan tubuh gue udah tinggi, jadi ngapain tinggi-tinggi? Dikira mau jadi tiang listrik apa!" Ujar Aldevaro setengah bercanda.

Dan mereka pun tertawa bersama, meluapkan segala kelelahan yang ada. Menggantikannya dengan rasa bahagia yang tiada batasnya. Karena hanya Tuhan yang dapat membatasi kebahagiaan seseorang dan bagaimana seseorang itu menghadapi situasinya.

Setelah beberapa menit lamanya mereka melepaskan penat, akhirnya Gitano memutuskan beranjak dari sana.

"Lo di jemput Derro?" tanya Gitano pada sahabatnya itu. Arty pun mengangguk mengiyakan pertanyaan dari Gitano.
"Yaudah kalau gitu gue balik ya Ar," pamitnya kemudian berdiri dari sofa putih itu.

"Iya, hati-hati lo No." Gitano pun mengangkat ibu jarinya ke atas dan kemudian meninggalkan sahabatnya itu. Tidak usah khawatir pada Arty, karena tentu di tempatnya berada bukanlah tempat seperti kuburan. Ini jelas tempat ramai, tempat penyelenggaraan ajang bergengsi di dunia perfilman. Dan barang siapa yang menjadi pemenang, entah itu aktor ataupun aktris. Maka mereka di wajibkan untuk, memperlihatkan aktingnya secara langsung. Dengan bantuan properti yang telah disediakan oleh pihak penyelenggara acara.

Benar tadi Gitano menjadi pemenang aktor dengan adegan action terbaik. Jadi tentu saja ia di tantang melakukan adegan berbahaya, namun Gitano dapat menyelesaikan dengan sangat mudah.

Di perjalanan menuju apartemen, tiba-tiba dia merasa seperti ada yang mengikutinya. Lalu dengan gerakan cepat, ia langsung menginjak gas dan menambah kecepatan laju mobilnya. Mengebut di jalanan adalah hal yang biasa bagi seorang Gitano Aldevaro Fernandez. Tapi tak ada yang tahu bahwa nyatanya Gitano seperti itu.

Mereka hanya tahu bahwa Gitano adalah seorang aktor dengan sejuta prestasi, kaya raya, baik, cerdas, wajah rupawan bah pangeran di negeri dongeng. Tuhan memang adil bukan? Karena setiap manusia itu di ciptakan tidak secara sempurna. Dia pasti memiliki sisi kekurangan yang akan menjadi titik kelemahannya. Namun apalagi kekurangan dari seorang Gitano? Selain kelakuan yang berbanding terbalik dari tanggapan publik. Mari kita lihat saja kedepannya.

Gitano tersenyum menang, setelah tahu bahwa yang mengikutinya tidak lagi terlihat. Mungkin orang itu telah kehilangan jejak, pikir Gitano.

Ia keluar mobil dan berjalan menuju gedung apartemen. Lalu masuk kedalam salah satu lift yang kosong. Dengan santai, ia menekan nomor lantai apartmentnya. Menunggunya sampai akhirnya terdengar bunyi ting! tanda ia telah sampai di tempat tujuannya.

Saat memasukan password apartemen, tiba-tiba seseorang dengan pakaian serba hitam menabrak tubuhnya dan menyebabkan Gitano kehilangan keseimbangan.

Gitano menatap sosok itu dari bawah hingga atas, dan walaupun wajahnya tertutup oleh masker dan kacamata hitam. Gitano jelas yakin bahwa orang itu pasti seorang perempuan. Hanya dengan melihatnya sekilas saja, ia dapat memastikan bahwa tebakannya tidak salah.

Perempuan itu seperti menatap Gitano dibalik kacamatanya. Namun, Gitano tak dapat melihat jelas tatapan itu.

Untuk beberapa detik perempuan itu terdiam, memandang Gitano dibalik kacamata hitamnya. Gitano nampak risih dan saat ia akan menegur, perempuan itu menengok ke arah belakang dan kemudian ia berlari seperti maling.

"Cihh, orang aneh!" decih Gitano.

Saat ia akan berbalik untuk masuk ke dalam apartemennya. Tiga orang pria bertubuh kekar melewatinya, seperti sedang mengejar seseorang atau mungkin mereka sedang mengejar si perempuan misterius tadi. Gitano mengangkat kedua bahunya acuh. Lalu dia masuk ke dalam apapartemennya yang telah terbuka sejak tadi.

•••

Selamat membaca dan semoga kalian suka. Aamiin...

•Salam Parejo•
25 Desember 2017

GITANDALWhere stories live. Discover now