26. I think I like you too

Start from the beginning
                                    

"Ada apa denganmu, Gloria?"

***

Bohong. Tentu saja apa yang Gloria katakan pada Kayreen tadi mutlak sebuah kebohongan. Namun apa yang bisa ia lakukan selain berbohong? Menurut Gloria tidak ada. Ia sudah terlalu gugup bahkan hanya dengan melihat Kayreen. Ia takut Kayreen akan menjauhinya setelah mengetahui bahwa selama ini ia menusuknya diam-diam dari belakang.

Namun bukankah semua ini salah keadilan? Kenapa keadilan tidak berpihak padanya dan malah berpihak pada Kayreen? Bukankah dia yang terlebih dahulu mengenal Justin? Bukankah dia yang terlebih dahulu mencintai Justin? Namun kenapa Kayreen yang mendapatkan cinta Justin?

Cukup. Gloria tak bisa terus seperti ini. Menerima takdir, bergerak di belakang, sedang hatinya semakin tersakiti. Biarlah semua tahu, biarlah Kayreen tahu kalau ia sebenarnya mencintai Justin, bahkan sebelum Kayreen mengenal Justin.

Bayangan di mana Justin memeluk Kayreen di dalam mobil kemarin membuat mata Gloria menggelap. Bahkan baru beberapa hari keduanya bermusuhan karena perbuatannya, namun dengan mudahnya mereka berbaikan dan seolah semua baik-baik saja.

Dan ya, Gloria tak bisa terus menerus berdiam diri memaku perasaannya tetap terkukung di dalam hatinya, sambil mengukir perih setiap melihat kebersamaan Kayreen dengan Justin. Sama sekali tidak adil.

"Jika aku tak bisa mendapatkan Justin, maka tidak denganmu!" desis Gloria kemudian membasuh wajahnya, dan keluar dari toilet.

Hari ini dia sama sekali tak berniat menerima sedikitpun materi-materi membosankan dari gurunya. Tidak penting. Lagipula ujian telah usai, hanya pembahasan-pembahasan tak penting yang akan ia dengar. 

Ia memilih berjalan berlawanan arah dengan ruang kelasnya, memilih pergi ke halaman belakang sekolah.

Sebenarnya bukan materi-materi dari guru-gurunya yang membuatnya enggan masuk ke dalam kelas, namun keberadaan Kayreenlah penyebab utamanya. Terlebih kebiasaan Justin yang akhir-akhir ini berkunjung ke kelasnya untuk menemui Kayreen. Sudah cukup, Gloria tak mau mengukir luka lagi di dalam hatinya.

Ia duduk di sebuah bangku yang menghadap langsung pada hamparan tanaman bunga yang melambai-lambai tertiup angin, seolah mengejek Gloria yang hanya bisa terdiam menerima semuanya. Gloria mendengus kesal, entah kenapa semuanya seolah menolak kehadiran Gloria.

"Hei," sapa seseorang dari belakang, membuat Gloria sedikit menegang, takut bila ada guru yang menangkap basah keberadaannya di sini. Atau mungkin Mr. Deo? Ah tidak, tidak lagi.

"Kenapa kau disini? Bukankah seharusnya kau di kelas?" tanya seseorang itu yang kemudian duduk di samping Gloria. Gloria mendesah lega saat mengetahui orang itu bukan seorang guru.

"Apa urusanmu? Pergilah, Thomas!" ucap Gloria tajam dengan pandangan lurus ke depan. Gloria benar-bear tak mengharapkan kehadiran Thomas.

"Apakah aku tak salah dengar? Kukira kau menyukaiku?" Thomas tak memedulikan perkataan Gloria, dan malah duduk semakin merapat dengan Gloria.

"Apa maksudmu?" tanya Gloria yang sekarang mengalihkan pandangannya kepada Thomas. Gloria sedikit menggeser duduknya, membuat jarak dengan Thomas.

"Kau tak mengingatnya? Percakapanmu dengan Kayreen di kantin? Oh, dan sebagai informasi, aku berada dua meter di belakangmu," kata Thomas dengan senyum yang terpatri pada wajahnya yang tampan. Membuat Gloria menelan ludahnya gugup, namun bukan karena ketampanan Thomas, melainkan karena dirinya sudah tertangkap basah. Gloria merutuki dirinya sendiri yang telah dengan bodohnya berbicara dengan volume yang keras waktu itu.

[Flashback on]

"Jangan bicara tentang Clay lagi. Sekarang aku sudah punya yang lain," kata Gloria seraya menaik-turunkan sebelah alisnya, seakan ia berhak memilah-milah mana saja laki-laki yang menjadi incarannya. Kayreen menukikkan sebelah alisnya, menunggu siapa yang menjadi sasaran Gloria selanjutnya.

Complicated (JB)Where stories live. Discover now