3. First Truth

873 51 0
                                    

"Miss Willmort?"

"Miss Willmort!"

Kayreen berjenggit kaget. Ia kemudian mengerjapkan matanya beberapa kali setelah menegakkan posisi duduknya. Didepannya kini terlihat Miss Anne yang tengah menopang tangannya di pinggang sambil menatap Kayreen dengan penuh amarah.

"Y-ya?"

"Kau tak memperhatikan pelajaranku, melamun di kelasku, dan mengabaikan empat kali panggilanku. Sebenarnya, apa yang terjadi padamu?" tanya Miss Anne mencoba untuk tidak emosi dengan kelakuan Kayreen yang menurutnya tak biasa. Bagaimana bisa seorang murid teladan seperti Kayreen berbuat semacam itu dikelasnya. Miss Anne menggelengkan kepalanya menatap Kayreen.

"Maafkan aku Miss. Aku, aku hanya sedang banyak pikiran." Kayreen menunduk, tak berani bersitatap dengan gurunya. Kayreen sadar ia salah. Namun Kayreen juga tak tahu mengapa ia bisa melamun di kelas, bahkan mengabaikan panggilan Miss Anne--walau sebenarnya Kayreen memang tak mendengarnya.

"Mungkin kau memang benar-benar sedang banyak pikiran, namun aku tak bisa membiarkan murid-muridku yang lain menjadi tak fokus akibat ulahmu. Jadi, dengan berat hati.. aku mempersilahkanmu untuk keluar dari kelasku sekarang juga, Miss Willmort." kata Miss Anne.

"Baiklah, Miss... permisi."

***

Hamparan bunga yang tertiup angin itu seolah mengundang Kayreen untuk segera menyentuhnya. Namun, Kayreen memilih untuk melihatnya saja. Sambil sesekali memejamkan matanya, menikmati hembusan angin yang terkadang menerpa lembut wajahnya.

Dalam mata yang terpejam itu, pikirannya kembali melayang, untuk entah yang keberapa kalinya. Bayangan-bayangan itu kembali muncul, memenuhi pikiran Kayreen. Membuat perasaan bersalahnya kembali menguap ke permukaan.

Air mata mengalir dari celah mata yang terkatup rapat itu. Sekuat apapun Kayreen menahannya, cairan bening itu selalu mempunyai jalannya sendiri untuk keluar dari kekangan kelopak matanya. Namun tidak dengan Kayreen. Sekuat apapun ia mencoba keluar dan pergi dari masalahnya, maka masalah itu akan menguatkan kekangannya. Membuat Kayreen tak mampu berkutik. Dan ketika Kayreen mampu keluar dari masalahnya, maka akan timbul bayangan yang akan menghantuinya setiap saat. Mengingatkannya bahwa ia tak bisa pergi begitu saja. Hingga kemudian, membuat Kayreen kembali dalam belenggu masalahnya. Masa kelamnya.

Kenapa semua ini terasa sangat sulit?
Kayreen membuka matanya. Kembali menatap bunga-bunga yang tetap melambai-lambai.

Tanpa Kayreen sadari, seorang laki-laki berambut cokelat emas tengah menatapnya dari jarak beberapa meter. Laki-laki itu tengah memikirkan, apakah ia akan menghampiri Kayreen atau tidak. Laki-laki yang bernama Justin itu secara tak sengaja melihat Kayreen di taman paling terpencil di Ontario High School saat ia kembali dari toilet.

Justin merasa Kayreen membutuhkan seseorang sekarang. Bukan, bukan maksud Justin untuk menjadi seseorang itu. Namun, Justin hanya tak tega melihat Kayreen yang sepertinya merasa sangat tersiksa. Entah sudah berapa lama sejak ia berada di sini, Kayreen tak henti-hentinya mengeluarkan air mata. Apa gerangan yang menyebabkan Kayreen sebegitu tersakiti?

Cukup. Justin tak mampu lagi menahan rasa penasarannya saat melihat Kayreen menekuk lututnya kemudian memeluknya, dan serta merta menenggelamkan wajahnya di lututnya. Punggung Kayreen yang berguncang, membuat siapapun tahu kalau ia tengah terisak.

Justin duduk menyamping di samping Kayreen. Ia kemudian melarikan tangannya untuk mengelus rambut Kayreen. Untuk sesaat, Kayreen menegang merasakan pergerakan lembut di kepalanya. Kayreen mengangkat wajahnya.

"Justin?" Kayreen segera menghapus air matanya. Sungguh, ia sangat malu sekarang. Ia bahkan mengingat dimana Justin pasti menemukannya dalam keadaan menangis. Justin mungkin menganggapnya sebagai perempuan lemah, begitu pikir Kayreen.

Complicated (JB)Where stories live. Discover now