1. The Beginning

2.1K 93 64
                                    

(Dua tahun kemudian)

Langit terlihat gelap dengan gumpalan awan kumulus yang berjalan beriringan dengan kumpulannya. Mentari yang biasanya tak pernah malu-malu menampakkan sinarnya kini seakan lenyap dalam balutan sang kumulus. Seakan berkompromi dengan kumulus, angin berhembus menyapu dedaunan pohon. Menerbangkannya bersama dinginnya cuaca yang menambah suasana mencekam yang tengah tercipta.

Dalam kesunyian itu, seorang gadis berambut cokelat tengah melangkah perlahan dengan mengeratkan mantel yang ia kenakan. Hembusan angin yang sesekali menerbangkan rambutnya tak sama sekali gadis itu pedulikan. Hanya sesekali tangannya bergesekan, menimbulkan sepercik kehangatan yang sedikit mengurangi rasa dingin yang menyelimuti.

Langkah anggun gadis itu terhenti pada sebuah gedung dengan nama Ontario Senior High School. Ia berjalan tergesa memasuki gedung itu lalu membelokkan langkahnya menuju ruang guru. Langkahnya terhenti di depan sebuah meja dengan sebuah tempelan yang menunjukkan sang empu dari meja tersebut. Mr. Deo.

Gadis itu, Kayreen Slay Willmort mendesah pelan sambil membuka tasnya lalu mengeluarkan sebuah buku yang memperlihatkan namanya di bagian depannya. Jemarinya kemudian meletakkan buku itu ke atas meja Mr. Deo. Tangannya kemudian ia tumpukan pada pinggangnya lalu menghela nafasnya sekali lagi. Kayreen kemudian meraih tasnya dan menutupnya kembali.

Keyreen memang sengaja berangkat pagi-pagi untuk mengumpulkan tugasnya yang seharusnya ia kumpulkan kemarin. Namun karena ia terlalu malas untuk mengumpulkan tugasnya kemarin, jadilah sekarang Keyreen menyelinap ke ruang guru diam-diam di pagi hari agar keterlambatannya mengumpulkan tugas tak diketahui oleh guru yang terkenal tegas itu.

Kayreen menepuk bukunya sekali lalu berjalan mundur perlahan. Kepalanya melongok ke sekelilingnya, memastikan tak ada siapapun yang melihatnya apalagi mengetahui apa yang dilakukannya.

"Astaga." Keyreen menyentuh dadanya saat merasakan punggungnya menyentuh sesuatu. Ia tahu betul, bahwa yang ada di belakangnya bukanlah benda, namun seorang manusia. Detak jantung Keyreen berpacu tak menentu saat orang itu menyentuh pundaknya. Sial, batinnya.

"Hei, kau tahu dimana meja Mr. Deo?" Kayreen menghembuskan nafasnya saat menyadari bahwa itu bukan suara Mr. Deo. Lenyap sudah berbagai pemikiran berkecamuk di kepalanya saat memikirkan bagaimana jika orang yang ada di belakangnya adalah Mr. Deo yang mengetahui perbuatannya.

Kayreen membalikkan tubuhnya kemudian mendongakkan kepalanya menatap seseorang yang tadi melontarkan pertanyaan padanya. Mata Kayreen sontak terpaku pada mata cokelat madu milik seseorang yang tadi hampir membuatnya jantungan. Mata yang indah itu, milik seorang Justin Bieber. Siswa paling tampan di sekolahnya, menurut pernyataan pembuat majalah bulanan di sekolahnya. Namun sekarang Kayreen tak mampu mengelaknya. Justin memang terlihat sangat tampan dari dekat. Keberadaan Kayreen yang bukan merupakan murid terkenal di sekolahnya menyebabkannya hanya bisa melihat seorang Justin Bieber dari kejauhan.

Namun Kayreen bukanlah penggemar Justin. Ia bukan siswi yang setiap hari menguntit Justin hanya untuk mengetahui sepercik informasi perihal Justin, atau yang setiap hari menyelipkan sepucuk surat ke dalam loker urutan ketiga dari samping kiri dalam barisan loker G itu. Sial, kenapa aku sangat ingat di mana letak loker Justin, batin Kayreen merutuki dirinya sendiri. Bukan, Kayreen bukan perempuan yang rela menghabiskan waktunya secara sia-sia untuk hal yang tidak penting seperti itu. Reputasi Justin sebagai seorang playboy sejati tak bisa luntur dari kepalanya. Perkataan teman-teman sekelasnya tentang perilaku Justin yang selalu mencampakan pacarnya dan memperlakukannya seperti pelampiasan sudah cukup membuat Kayreen bergidik ngeri dan memukul mundurnya untuk sekedar menarik perhatian Justin padanya.

Kayreen mengerjapkan matanya saat sepasang tangan saling menabrak si depan wajahnya sehingga menimbulkan bunyi yang cukup membuat Kayreen berjenggit kaget. "Kau baik-baik saja?" pertanyaan itu sontak membuat Kayreen tersadar akan lamunannya yang sangat tinggi seakan menyusul gedung-gedung pencakar langit.

Complicated (JB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang