"Kakak nggak ke sini?" tanyaku.

Jingga hampir tersedak mendengar pertanyaanku. "Kakak?"

"Oh.. Sorry. " kurasa dia tidak suka aku memanggil pacarnya dengan sebutan kakak.

"Leo.. nggak-" belum sempat ku teruskan, Leo sudah berdiri di hadapan kami.

"Aku apa? Dasar cewek penggosip." kata Leo sambil melirik ke arahku. Aku tahu dia bercanda, tetapi dengan  wajah yang serius seperti itu membuatku ingin melempar wajahnya dengan sesuatu. Aku celingukan mencari benda yang bisa ku lempar, Leo tahu, kemudian dia mencari topik lain.

"Um.. Hari ini Bu Agatha penampilannya aneh sekali."

"Kenapa?" tanya Jingga.

"Biasanya dia pakai pakaian formal, semacam blouse atau blazer." kata Leo menjelaskan. Sebetulnya aku heran dari mana dia bisa tahu jenis-jenis pakaian wanita. "Memakai rok yang pendek dan juga-" belum sempat menyelesaikan perkataannya, hidung Leo sudah ditarik oleh Jingga.

"Ouch."

"Memangnya dia pakai apa?" tanyaku penasaran.

"Hoodie. Warna hitam yang menurutku enggak cocok dipakai orang feminim sepertinya."

Seingatku pagi tadi, Bu Agatha memakai atasan warna krem dan blazer cokelat. Meski hanya sebentar tetapi aku melihatnya secara detil dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Mungkin sedang sakit." celetuk Jingga.

"Nggak, kalau sakit nggak mungkin pakai rok pen-" kini pipi kiri Leo yang jadi sasaran Jingga.

"Ouch.. sakit sayang."

Aku jadi ingat sesuatu. Aku juga kehilangan hoodie warna hitam. Maksudku aku memang meninggalkan hoodie-ku pada seseorang di mini market. Tunggu dulu. Ini hanya tebakanku saja, mungkinkah...

Aku beranjak dari tempat dudukku, Jingga dan Leo menatapku bingung. "Ada yang ingin ku pastikan." kataku sambil meninggalkan mereka.

Sebetulnya aku penasaran. Sangat penasaran. Tetapi bagaimana cara mengatakannya ya? Apa yang harus ku katakan? Terakhir bertemu aku bahkan tidak bisa bicara.

Tidak ku sangka, aku sudah sampai di depan pintu Lab Kesenian yang ternyata terbuka. Benarkah harus ku pastikan sekarang? Aku mulai berubah pikiran. Tetapi kakiku sudah membawaku ke dalam ruangan.

Hmmm? Tidak ada siapa-siapa di sini.

"Mencariku?"

Aku melompat kaget mendengar seseorang berbicara dari arah belakangku. Di mulut pintu aku melihat siluet seorang wanita dengan rambut wavy, dengan satu tangan di pinggang. Bu Agatha.

Jantungku berdegup dengan kencangnya saat tahu dia berjalan ke arahku sambil terus menatap mataku.  Telapak tanganku mulai terasa dingin dan berkeringat. Aku mematung.

"A- Aku.. " aku mencoba mengeluarkan suaraku.

Tidak ku sangka, ternyata dia berjalan melewatiku. Akhirnya aku bisa bernapas. Aku menahannya ketika dia hanya berjarak beberapa jengkal saja denganku.

"Mencari ini?" katanya.

Aku berbalik untuk melihatnya dan dia melemparkannya tepat di wajahku, menutupi seluruh penglihatanku.

"Ah.. " Ini pasti hoodie-ku. Aku melepaskannya dari wajahku dan melihat wajah Bu Agatha berada tepat di depan hidungku.

Astaga!

Aku mundur dengan cepat sehingga kakiku tersandung dan aku jatuh. Ouchh! Aku mendarat tepat di bokongku.

"Kamu nggak apa-apa?" dengan segera Bu Agatha menghampiriku  sambil mengulurkan tangannya untuk menolongku. Entah kenapa aku bisa melihat Bu Agatha sedikit menahan tawanya.

Daydreaming (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang