38. Hilang

412 42 29
                                    

DARA POV

Mataku terbuka. Rasanya terlalu terang. Rasa sakit itu menghilang, aku termenung. Oh apa aku sudah mati? Mungkinkah aku akan bertemu seorang malaikat yang menjemputku? Entahlah, semua terlalu terang. Sulit bagiku untuk sekedar mengedipkan mataku. Namaku sandara park. Aku mengingat-ngingat, mungkin itu pertanyaan pertama yang akan malaikat tanyakan kepadaku.

Tubuhku masih saja kaku, aku ingin bergerak. Kulirik keadaan disampingku. Aneh. Terasa ricuh. Gelap namun berapi-api. Apa itu malaikat pencabut nyawaku? Apakah dia akan menjemputku? Setets air mata mengalir begitu saja. Apakah aku takut? Entahlah. Aku harap jika aku mati, semua rasa sakit itu aku akan enyah dari bayanganku nyatanya sampai detik ini masih melekat dalam benakku.

Sakit. Dia telah hilang, atau aku yang menghilang. Maafkanku untukmu yang tersayang. Mungkin aku lelah dan telah menyerah. Maafkanku karena meninggalkanmu dalam keadaan menyakitkan ini. Tidak apa-apa, aku mempercayaimu. maafkan aku karena mencintaimu, jiyong. kuharap kau selalu baik-baik saja.  Semoga kau akan cepat melupakanku. Aku tak mau kau sedih berkepanjangan. Ingat saja bahwa dimana pun aku berada walau kita dalam dunia yang berbeda aku akan selalu mencintaimu. Disini, aku akan mengawasimu. Tak sadar tetesan ini berubah menjadi deras. tersedu aku tak kuat menahan kepedihan ini.

Kupejamkan mataku erat-erat mencoba menghapus bayanganmu, mencoba menghapus jejaku, mencoba menerima semua keadaan ini. semoga rasaku ini sampai kepadamu.

Tubuhku terseret kecil. Aku membuka mata. Kulihat beberapa makhluk dengan jubah hitamnya menarikku untuk berdiri. Dia menamparku, keras. Aku meringis. Aku ingin menyentuh pipiku tapi tanganku tak mampu bergerak. Oh tanganku terikat kuat dibelakang punggungku. Tak tahu dalam keadaan mati pun aku harus mendapatkan siksaan ini, mungkin karena aku terlalu banyak berbuat dosa.

“bangunlah, bitch!” suara itu begitu keras menghantam telingaku. Tubuhku bergetar terkejut. Aku melihatnya. Ya aku melihatnya. Aku menggeleng. Tidak. Aku sudah mati, bukan? Mengapa dia masih berdiri dihadapanku?

Dia meraih rambutku dan bulat-bulat menarikku mendekati wajahnya. Aku menangis. Dia menggeram dengan wajah penuh kebahagiaan.

“bagaimana dengan tidurmu, dara?”

Donghae

Aku menutup rapat-rapat mulutku. Dia kesal dan menjambakku lebih kencang.

“jawab aku!”

Aku hanya mampu menggeleng dengan air mata yang terus bercucuran.

Tidak! Aku tak mampu menerima ini. aku masih hidup.

Jambakkan itu semakin melembut dan menghilang dalam detik selanjutnya. Ya. dia melepaskanku, aku membuka mata mengawasinya. Dia berjalan perlahan pada kerumunan yang sudah membentuk lingkaran sempurna. Aku meringis menyadari posisiku berada ditengah-tengah dengan tubuhku yang terikat pada sebuah tiang.
Aku bisa melihatnya. Mata hangat itu. aku membuka mulutku mengemis kepadanya.

Omma..
jiyong?

Namun sepertinya dia sudah buta dan beku hatinya. Aku ingin berteriak namun aku tidak punya tenaga, lagipula untuk apa? Tidak akan ada yang peduli. Tidak ada yang akan mendengarkan rintihanku.

“MARI KITA MULAI!!”

Aku terkejut kala seseorang dengan jubah hitam berjalan mendekatiku. Aku mengenalinya tapi dia begitu menakutkan. Bukankah orang itu ayahnya soo hyuk, waktu itu? entahlah.

Aku merinding saat dia menyentuh pipiku lalu menamparku keras-keras. Panas rasanya seperti terbakar. Dia tidak menunjukkan sebuah ekspresi apapun selain tatapannya yang ingin segera membunuhku.

Glory Of LOVE {Complete💙}Where stories live. Discover now