Chapter 5

2.7K 236 31
                                    

Kyuhyun’s POV

Kurebahkan diriku di atas kasur empuk dengan bedcover berwarna putih-biru. Tidak percaya dengan malam ini. Kenapa appa harus tau? Darimana dia tau? Apa dia marah, atau justru khawatir padaku?

Aish....

Tiba-tiba aku merasakan nyeri di perut atasku. Aku segera bangkit dan mencari obatku di laci nakas. Nakasku terlihat rapi. Tapi tatanannya tidak seperti ini sebelum kutinggalkan. Argh...perutku terasa makin sakit.

Aku mencari obat itu. Tidak ada. Di tempat lainpun tidak ada. Aku ingat terakhir kali aku menyimpannya di laci ini. Ah! Tadi appa membawanya.

“Argh...appo,” rengekku sambil terus meringkuk dan mencengkram perutku. Ini rasa sakit luar biasa pertama yang aku rasakan. Aku harus bagaimana sekarang?

Aku mencoba untuk kembali berdiri dan mencoba meminta obatku pada appa. Tidak peduli dia akan memarahiku atau bagaimana keadaan selanjutnya. Aku benar-benar tidak bisa menahan ini. Aku seperti akan mati.

Saat aku mencoba berjalan keluar kamar, seseorang menghalangi jalanku. Dia masuk melalui jendala kamarku. Aku melihat bagian itu lagi. Aku teringat kejadian beberapa hari yang lalu. Jantungku berdegup kencang, darahku berdesir hebat, keringat dingin keluar dari seluruh tubuhku. Kepalaku pusing. Dadaku terasa sesak.

“Apa kabar, nak?” tanya orang itu dengan suara bassnya yang besar. Aku menelan ludahku susah payah.

“Kenapa anda lancang sekali tuan? Tidakkah anda pernah diajari sopan santun oleh orangtua anda?” kataku berusaha tenang. Laki-laki itu mengenakan pakaian khas preman serba hitamnya. Ia menggunakan topeng yang menutupi wajah kecuali mata dan bibirnya.

“Aku tau kau tadi mencariku. Apa pelajaran kemarin kurang, nak?” tanya lelaki itu lagi dengan nada mengejek. Aku tidak bisa berdiri lebih lama.

Dia berjalan mendekati pintu kamar. Kupikir lelaki itu akan memberiku kesempatan untuk bebas. Tapi, ‘ceklek...ceklek’ pintu kamarku terkunci rapat. Lelaki itu mencabut kuncinya dan membuang kesembarang arah. Dia kembali mendekat padaku.

“Aku tau kau penyakitan. Berapa lama lagi umurmu? Apa kau berniat meminta bantuan agar aku membunuhmu?” aku tercengang. Aku diam dan tidak berani menjawabnya. Sial. Siapa orang ini. Kenapa dia sangat menginginkan nyawaku?

“Berapa lama lagi kau akan hidup, hah?” lelaki itu menonjok bagian dimana aku merasakan sakit ini. Tubuhku terpental ke lemari.

“Argh...” erangku. Dia memang sungguh berniat membunuhku. Ini sakit sekali.
Aku melihatnya mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. Pisau lipat. Ia membukanya dan terlihat seringaian terbentuk di bibir sumbingnya. Ia mengarahkan pisau itu ke leherku. Aku tidak bisa berontak. Seluruh tubuhku lemas dan enggan digerakkan.

“Ani. Jangan bunuh aku. Jebal!” pintaku.
Dia tidak menggubris setiap racauan dan permintaan yang ku ajukan padanya. Aku memejamkan mataku. Beberapa detik kemudian, sebuah benda tajam terasa telah menggores leher kananku. Sakit dan nyeri. Aku mulai terasa sulit bernafas dan sesak di dadaku semakin menjadi. Tidak. Dia orang jahat. Aku tidak boleh membiarkannya tertawa. Tuhan, beri aku kekuatan.

“APPA...HYUNG... DOWAJUSEYO! JEBAL!” teriakku sekuat tenaga. Tuhan, semoga mereka mendengar teriakanku. Lelaki itu mendelik.

“Upayamu menakjubkan,” kata lelaki itu lalu kembali mengarahkan pisaunya ke pergelangan tanganku. Dia terus menggoreskan pisaunya keseluruh bagian tubuhku. Dia melakukannya tanpa ampun.

“Kyuhyun-ah, waeyo? Yak! Buka pintunya,” suara appa. Appa ada di depan kamarku. Aku kembali mengumpulkan tenagaku.

“APPA...LELAKI ITU DISINI,” teriakku lagi. Lelaki itu mencekikku. Aku berusaha berontak dengan segala tenaga yang kupunya. Nafasku terengah-engah. Aku sangat lelah. Batu-batu hitam kembali terlihat di pandanganku. Aku masih sempat melihatnya. Lelaki itu pergi melompat melewati jendela kamarku. Lalu mataku tertutup, dan tidak merasakan apapun ditubuhku.

IF YOU [Cho Kyuhyun]✔️Where stories live. Discover now