Changed Up pt 2

20.9K 2.9K 216
                                    

Haechan kaget, dirasa Mark butuh privacy ia memutuskan untuk keluar dari kamar itu. Saat ia hendak membuka pintu namun pintu tersebut terbuka terlebih dulu dari luar. Dan masuklah beberapa perawat dengan tergesa-gesa. Haechan melihat sebentar kemudian keluar dan menutup pintunya kembali. Ia memilih duduk disalah satu kursi untuk menunggu lelaki yang tengah menguasai pikirannya itu.

Banyak pertanyaan muncul didalam pikirannya saat ini. Kenapa ibu Mark bereaksi seperti itu? Sakit apa memangnya? Lalu siapa itu Yifan? Kakak Mark ataukah adiknya? Jadi Mark bukan anak tunggal? Haechan berusaha untuk tidak memikirkannya tapi ia tidak bisa!

Cukup lama Haechan menunggu lelaki yang sedang berada didalam kamar ibunya, mungkin sudah setengah jam? Atau lebih? Entahlah yang jelas Haechan sekarang mengantuk! Dengan punggung yang bersender pada sandaran kursi, ia memejamkan matanya dan tak lama mulai terlelap.

Mark keluar dari kamar ibunya dengan raut wajah murung. Teringat akan perkataan suster, mereka berkata jika tidak ada perkembangan sama sekali dari ibunya padahal ini sudah tahun keempat ibunya dirawat disini. Ia mengedarkan pandangannya dan menemukan sesosok yang amat sangat dikenalnya tengah tertidur dengan posisi duduk.

Ia menghampiri lelaki manis yang sejak tadi ia lupakan lalu duduk disampingnya. Memeperhatikan dengan lekat ciptaan Tuhan yang sempurna dan amat manis itu, membuat bibir tipis yang sedari tadi tertekuk kebawah berganti dengan senyuman yang menawan. Pikirnya, pemandangan Haechan yang sedang tidur itu adalah hal terindah. Sudah 2 kali ia melihat wajah damai itu, dengan bibir mungilnya yang sedikit terbuka. Haechan pasti lelah setelah jadwal padat mereka ditambah lagi ia mengajaknya kesini.

"Haechan?" Mark mencoba membangunkan lelaki manis itu dengan menepuk pipinya pelan. Ia akan mengajak Haechan pulang karena tidak tega melihat wajah lelahnya. Tak lama lelaki bersurai merah itu membuka matanya dan menoleh kearah seseorang yang membangunkannya.

"Mark?" suaranya terengar serak, kemudian ia menegakkan tubuhnya saat merasa nyawanya sudah terkumpul. "Kau baik-baik saja?" Mengalihkan seluruh perhatiannya kepada lelaki yang beradatepat disampingnya.

"Ya aku baik. Aku hanya-" lelaki itu tak melanjutkan kata-katanya. Selalu seperti ini, ia merasa lemah jika sudah berhadapan dengan sang ibu.

Haechan yang melihat itu menggenggam tangan Mark yang tengah mengepal. Ia mengelusnya dengan lembut, "menangislah jika itu akan membuat dirimu lega."

Bagai mantra, Mark langsung menangis dalam diam. Haechan dengan sabar mengelus bahu Mark lalu membawanya ke dalam pelukannya. Ia tidak mengerti, mungkin ia hanya bersimpati pada lelaki bersurai hitam itu.

Memerlukan waktu beberapa menit bagi Mark untuk meredakan tangisannya. Kemudian setelah puas menumpahkan kesedihannya ia mulai membuka suaranya, "ibuku depresi." Ucap Mark tanpa mengangkat kepalanya dari bahu sempit Haechan.

"Sudahlah Mark-"

"Setelah Yifan, kakakku meninggal bunuh diri karena dibully 4 tahun lalu, Mom sering berhalusinasi. Entah itu ia melihat Yifan berdiri didepan rumah, Yifan yang sedang kedinginan, Yifan yang sudah bisa berjalan dengan normal-karena sebelumnya kaki kiri Yifan tidak berfungsi jadi ketika ia jalan ia akan menyeret kaki kirinya. Yifan yang tersenyum pada Mom, dan masih banyak lagi halusinasi-halusinasi yang dialami Mom setelah kepergian Yifan.

Dad tidak tinggal diam, ketika ia tau Mom sering berhalusinasi dia membawa Mom ke rumah sakit dan kata dokter Mom harus dibawa ke rumah sakit jiwa. Tentu saja aku dan Dad menolak mentah-mentah lalu kami bertemu seorang pastor di gereja ini dan mereka menawarkan perawatan untuk Mom."

Mark mengangkat kepalanya, menatap kearah lelaki manis yang masih terdiam setelah ia menceritakan kisahnya. "Ini semua salahku. Jika saja aku bisa melindungi kakakku dan tidak sibuk didunia entertaint, pasti Yifan sekarang masih hidup. Aku tidak marah ketika Mom terus menerus menyalahkanku atas kematian Yifan, hanya saja aku tidak sanggup melihat kondisi Mom yang tak kunjung membaik. 4 tahun ini juga aku menjalani hidup dengan perasaan bersalah, maka ketika aku bertemu dengan Jaehyun dan Johnny pikiranku berubah. Mereka mengalihkan rasa bersalahku dengan cara bersenang-senang. Memasang topeng bahwa Mark Lee adalah seorang yang sempurna, bahwa Mark Lee hidup dengan baik. Aku merasa hidup kembali setelah bertemu dengan Jaehyun dan Johnny, yang sebenarnya juga memiliki nasib dan masa lalu yang kelam. Itu makannya kenapa kami bisa bersahabat."

Playboy's Tale ⭑ Jaeyong, Johnten, Markhyuck ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang