09. Selalu Mendapat Ketenangan

Start from the beginning
                                    

Gani menyikut Firman, "Lo suka sama dia apa gimana?"

"Bukan begitu." Firman menghela napas. Teman-temannya ini bodoh atau apa?

"Lalu?" desak Raga remeh.

"Lo pikir deh, Ga. Kalau seandainya hal ini nyakitin Nessa gimana? Persahabatan kita sama Rey akan jadi taruhan."

"Karenanya, kita wajib merahasiakan hal ini dari Reyhan." Adi menyeringai lagi, "Dan elo, Ga. Jangan sampai main hati."

"Gak bakal gue main hati sama cewek bau kencur kayak dia." Jawab Raga jumawa. Mengapa harus bermain hati dengan gadis kecil jika di sekelilingnya saja ia bisa memilih perempuan-perempuan sebayanya yang menunggu untuk ia perhatikan?

***

Raga tidak tahu bahwa keputusan entengnya saat itu akan membuatnya menyesal setengah mati sampai ia tak bisa memaafkan dirinya sendiri. Ia menyesal sudah menyetujui tantangan Adi. Ia menyesal tidak mendengarkan kalimat waras Firman saat itu.

Benar bahwa penyesalan datangnya selalu di akhir ketika semuanya sudah terjadi. Berikutnya, ia hanya bisa berkata seandainya dan seandainya. Seandainya ia tidak melakukannya, seandainya ia tidak gegabah dengan mengedepankan ego....

Raga memijat pelipisnya yang berdenyut. Tidak hanya pekerjaan saja yang bisa membuatnya frustrasi. Masalahnya dengan Nessa juga tak kalah membebaninya.
Bel rumah yang berbunyi beberapa kali membuat Raga berdiri. Dia membuka pintu dan mendapati seorag pemuda yang sudah basah kuyup. Di luar memang sedang hujan, sepertinya pemuda itu kehujanan.

"Cari siapa?" Raga yang belum mengenali siapa pemuda itu pun bertanya.

"Nessa."

Manik mata Raga menajam. Oh, ia pernah melihat wajah pemuda itu meski tidak dari jarak dekat. Pemuda itu adalah pemuda yang bersahabat baik dengan Nessa. Pemuda yang sudah berhasil membuatnya menelan pahit dari rasa cemburu.

"Boleh masuk, Mas? Oh iya, gue Naero. Temen kampusnya Nessa."

"Silakan." Raga membuka pintu lebih lebar supaya Naero bisa masuk. Tidak peduli meski dirinya sudah bersikap kurang sopan dengan tidak mengenalkan diri juga. Ia yang melangkah untuk memanggil Nessa berpapasan dengan gadis itu di anak tangga.

Nessa melongok ke arah di balik pundak Raga, "Naero?" ia buru-buru melewati Raga yang masih berdiri. Dihampirinya Naero yang menunjukkan senyum lima jari padanya.

"Numpang neduh ya?"

"Lo dari mana?" gadis itu tidak menjawab pertanyaan Naero sebelumnya.

"Jalan dong, Cantik." Pemuda itu mengerling jahil, masih berdiri dan terlihat kedinginan.

Nessa menjawab dengan dengusan, "Lo ke kamar mandi aja langsung, di bawah tangga." Ia menunjuk ke arah pintu di bawah tangga, "Gue pinjemin bajunya Mas Rey buat lo ganti."

"Perhatian banget sih." pemuda itu melangkah ke arah yang Nessa tunjuk.

Nessa menggeleng-geleng pelan. Dasar playboy, batinnya gemas. Raga yang masih berdiri di tempat tadi ia lewati begitu saja. Lelaki itu kemudian mengekorinya.

(Un)forgiven Mistakes [Open Pre Order: 70k!]Where stories live. Discover now