01. Pertemuan Kembali

17.5K 1.5K 25
                                    

TEMPATNYA DRAMA DENGAN IDE TIDAK MASUK AKAL. Yang gak suka, jangan baca aja.

Don't judge a book by its cover. Pokoknya gitulah. Intinya sih, baca dulu baru nilai.

Happy reading.. 📖📖..

***

"Dek, sini."

Vanessa Kiandra menghela napas, mau tak mau meski lelah sepulang kuliah ia harus menghampiri kakaknya. Malas, ia pun duduk di sebelah Reyhan dan menyandarkan kepalanya di pundak lelaki itu.

Rey terkekeh mendapati tingkah manja adiknya, "Kamu udah dua puluh satu loh, Dek, masih manja aja."

"Biarin, ish."

Jemari Rey mengusap lembut rambut adiknya sambil kembali fokus dengan temannya, "Ini Nessa, masih ingat kan?"

"Tentu."

Suara berat itu menarik Nessa dari sandarannya di pundak Rey. Bibirnya yang tipis pun membulat melihat lelaki berkemeja putih yang bagian lengannya ditarik hingga siku itu. Wajah tampan yang semakin dewasa itu tentu saja sangat Nessa kenal meski empat tahun tak berjumpa. Seumur hidup Nessa tak akan pernah lupa padanya.

"Nessa capek, Mas. Duluan ya." pamit Nessa, berlalu tanpa menunggu jawaban kakaknya.

Kedua mata Raga mengikuti berlalunya Nessa dengan berbagai kecamuk di hatinya. Rasa bersalah memenuhi dadanya, tak menyisakan ruang sedikit pun untuk ia bernapas.

Dulu gadis itu pernah begitu mencintainya. Pernah begitu memujanya. Selalu tersenyum lembut padanya, memberinya begitu banyak perhatian. Dan tebak apa balasnya, ia hanya mempermainkan gadis tulus itu. Hanya menjadikannya bahan tantangan demi kesenangan dengan teman-temannya. Memacarinya lalu meninggalkannya begitu saja. Tak tahu bahwa hal itu teramat menyakitkan untuk Nessa yang baru pertama kali mengenal cinta.

Seorang gadis belia yang hatinya Raga hancurkan begitu saja.

Oh, Rey pasti akan membunuhnya kalau tahu kebrengsekannya di masa lalu.

Kini semua sudah berubah. Nessa sudah berubah membencinya dan Raga mendapat karma dengan batinnya yang tersiksa oleh rasa bersalah. Setimpal kan?

"Ck, malah ngelamun."

Raga tersentak, ia tertawa kecil karena tersadar baru saja mengasihani dirinya sendiri. Ia datang kemari untuk urusan pekerjaan. Tak tahu bahwa kunjungannya kemari akan mempertemukannya dengan Nessa. Setahunya, Nessa berada di Surabaya. Bukan di Jakarta.

Ya. Tentu saja Raga selalu mencari tahu tentang Nessa tanpa sepengetahuan siapapun. Ia tak bisa terus hidup dengan rasa bersalah, ia ingin meminta maaf dan menyelesaikan semuanya. Tapi Nessa selalu menghindar dan ia selalu gagal.

"Raga!" panggil Reyhan akhirnya. Kesal juga sejak tadi tak ditanggapi oleh Raga.

Lagi-lagi Raga tersentak, "Sorry, Rey. Gue kehilangan fokus."

Reyhan mendengus sinis, ia berdiri dan melangkah ke dapur. Sudah waktunya makan siang, mungkin atasannya itu sudah lapar hingga tak bisa fokus. Dari dapur ia beranjak ke kamar Nessa untuk memerintah agar adiknya itu menghangatkan makan siang mereka.

"Nessa ngantuk tahu, Mas. Tega banget sih." gerutu Nessa, tak ayal merasa jengkel. Padahal ia sengaja mendekam di kamar. Setidaknya sampai tamu kakaknya pulang.

Reyhan menarik Nessa dan mendorongnya ke dapur sebelum kembali ke ruang tamu di mana Raga berada.

"Nessa masih angetin makanan, lo makan siang di sini aja."

Raga mengangguk dan menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Tatapannya menerawang.

"Gue baru tahu gimana gak enaknya dibenci orang yang kita sayang."

"Siapa?"

Adek lo, Rey.

Raga tersenyum sebagai jawaban.

"Gila."

Raga mana peduli dengan cibiran itu. Ia langsung berdiri saat Rey mengajaknya ke ruang makan. Di sana Nessa sudah selesai menyiapkan makan siang untuk mereka.

"Mau ke mana, Dek? Ayo makan bareng." ajak Rey menahan Nessa.

"Nessa udah makan di kampus. Nanti kalau selesai panggil aja."

Raga harap Rey memaksa. Agar Nessa bisa lebih lama berada di dekatnya. Namun ternyata tidak. Rey hanya mengiyakan dan lanjut makan.

Sesi makan siang itu selesai tak lama kemudian. Raga tetap di dapur sementara Rey memanggil Nessa untuk membereskan meja makan.

Raga membantu mengumpulkan piring kotor dan meletakkannya di bak cuci piring. Ia melakukannya dalam diam dan kecanggungan yang luar biasa karena Nessa seolah tak menganggapnya ada.

"Apa kabar?" Raga membuka suara.

Nessa tak menjawab. Memang apa yang Raga harapkan?

"Van-"

"Baik." sahut Nessa singkat. Gerakan tangannya mencuci piring terlihat sangat cepat. Terburu-buru.

Raga tertawa pelan, "Aku tahu. Maksudku hatimu."

Nessa tercekat, membeku di tempat. Piring yang ia pegang terlepas dari tangannya. Terlalu terkejut dengan apa yang Raga tanyakan. Ia dengan cepat menguasai diri dan menyelesaikan acara cuci piringnya.

"Apa empat tahun ini gak cukup buat kamu? Apa seabadi itu sakitnya? Apa gak ada maaf buat aku? Sebesar itukah salahku? Kamu tahu bagaimana aku berusaha menjelaskan. Tapi kamu selalu menghindar. Kamu gak pernah mau memberiku waktu dan kesempatan. Padahal-"

"Kadang aku benci sama orang yang banyak bicara." gumam Nessa dingin. Ia memutar badan, hendak meninggalkan ruangan namun terpaku di ambang pintu.

"Aku diam pun kamu akan tetap membenciku, kan?"

Dan Nessa menjawabnya dengan derap langkah menjauh. Raga membuang napas pelan. Rasanya ... sakit.

***

Fiiy
31/08/17

(Un)forgiven Mistakes [Open Pre Order: 70k!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang