Mak Mala

926 41 1
                                    

Ibu Saya pernah bercerita tentang kehidupan masa kecil nya dulu. Ketika masih berumur 10 tahun, Beliau tinggal di sebuah perkampungan daerah Bogor. Ia tinggal bersama nenek nya yang biasa di sebut Mak mala oleh warga kampung sekitar. 

Berbeda dengan Bogor masa sekarang yang sudah di padati oleh perumahan, ruko-ruko, atau pun pusat perbelanjaan. Jaman dulu, lebih banyak daerah hutan ataupun kebun milik warga daripada bangunan rumah. Masih banyak Anjing hutan bahkan babi yang masih berkeliaran di hutan itu. Kadang kala, warga sekitar mendengar suara auman Harimau dari arah hutan.

Tidak jauh dari perhutanan itu. berdirilah Rumah gubuk Mak Mala, yang juga di tempati oleh Ibu saya. Tiap sore, Ibu saya dan Mak Mala duduk di teras gubuk nya dengan sesekali tangan kiri nya menggosokan daun sirih ke gigi nya hingga menjadi kemerahan. Sedang kan tangan kanan nya menyisir lembut rambut cucu nya yang sering kusut itu. 

Namun, Datang lah suatu hari yang membuat ibu Saya begitu terpukul. Mak Mala meninggal secara tiba-tiba karena sesak nafas yang tiba-tiba menyerang nya. Bagaimana tidak terpukul, Ia telah di rawat oleh nenek nya itu sejak umur 3 tahun. 

Suatu malam, sehabis Isya, Tetangga sekitar dan keluarga mengadakan Tahlilan untuk mendoakan Mak Mala di gubuk itu. Suara orang-orang mengaji dan hewan malam saling bersahutan menghapus kesunyian kampung itu.

Ibu saya, duduk termenung di dapur. Di Temani oleh Bu Siti yang tengah menata makanan di atas piring. Tidak lama, samar-samar Dari kejauhan terdengar suara Auman harimau. Bu Siti seperti langsung terkejut mendengar suara itu. Begitu juga dengan ibu Saya. 

"Baca doa neng. itu mah suara harimau jadi-jadian." Kata Bu Siti sambil berdiri mengintip ke luar dari celah jendela yang terbuka.  Namun tiba-tiba tubuh bu Siti seperti terdorong ke arah belakang dan jatuh terduduk di lantai menyenggol piring-piring isi makanan yang sudah ia siapkan hingga membuat kegaduhan. Ibu Saya tentunya kaget bukan main.  Beberapa orang yang sedang mengaji di ruang depan langsung menengok ke arah dapur. 

Bu Siti tidak sadarkan diri selama beberapa detik. Tapi kemudian ia kejang-kejang. lalu menggeliat dengan mata yang masih tertutup. Suara nya menggeram. Tangan nya menggapai-gapai sesuatu di atas tampah. Ternyata ia mengambil Sirih yang biasa di pakai Mak Mala. Lalu langsung di gosok-gosokan ke gigi nya. Ibu Saya makin MERINDING ketakutan dan berlari ke arah orang-orang yang sedang mengaji. Pengajian pun langsung di hentikan oleh kegaduhan yang di buat oleh bu Siti. Bu Siti masih terduduk sambil menggeram-geram seperti sedang marah. Tangan nya tak henti-henti menggosokan sirih ke gigi nya secara kasar hingga mulut nya belepotan oleh warna merah. Orang-orang sekitar langsung berhamburan menghampiri bu Siti. ada yang hanya sekedar menonton karena penasaran, dan beberapa  memegangi tubuh nya yang tengah memberontak itu. 

"Ya Allah. Istighfar Siti. kamu kenapa?" Kata bu Ani, Kakak dari Bu Siti. Karena menurut orang-orang, bu Siti tidak pernah 'menyirih' sama sekali. satu-satu nya warga yang masih  'Menyirih' hanyalah Mak Mala. 

Bu Siti lalu berteriak kencang. meronta-ronta meminta tubuh nya di lepas kan dari genggaman orang-orang. Bu Ustad yang memimpin pengajian langsung ikut menghampiri wanita paruh baya itu sambil membaca-bacakan doa. Suasana sangat mencekam saat itu. Ibu saya, Masih ketakutan. bersembunyi di balik tubuh bibi nya. Baru kali ini ia menyaksikan kejadian seram ini secara langsung. 

"CICIIHHHH!!!! CICIHHHH!!!KE SINI!!" Kali ini Bu Siti berteriak memanggil nama ibu saya. Ibu Saya semakin takut dan  erat memeluk tubuh bibi nya. Suara bu Siti sekarang lebih parau dan hampir menyerupai suara Mak Mala. Nenek nya! 

Kejadian itu tidak berlangsung lama. Bu Ustad terus  membaca-bacakan ayat-ayat Qur'an sehingga Bu Siti kembali tenang . Dan Akhir nya pingsan. Tidak di sangka, bahwa Jin Khorun Mak Mala merasuki Bu Siti sampai memanggil-manggil nama Ibu Saya. Mungkin karena saking sayang nya, hingga Mak Mala takut untuk meninggalkan ibu Saya sendirian di gubuk itu. Sejak itu, Ibu Saya di bawa oleh keluarga nya yang lain ke Jakarta dan tidak lagi tinggal di Gubuk Mak Mala. 

Cerita : Rachma Feehily

MERINDINGWhere stories live. Discover now