SUARA BERAT

1K 39 0
                                    

Cerita ini bermula ketika aku baru pindah ke kontrakan baru di daerah perkampungan  yang terletak di tengah kota Karawang. Aku memutuskan pindah ke kontrakan ini karena harga sewa kontrakan sebelum nya semakin mahal saja. padahal untuk fasilitas dan luas kamar nya sama saja dengan kontrakan baru ini. Mungkin, lokasi nya yang jauh dari keramaian dan kawasan pabrik, membuat harga di sini lebih murah. 

Di sini hanya ada terdapat 6 Kontrakan. Salah satu nya adalah kontrakan yang ku tempati.  Aku memilih kontrakan paling pinggir. Dekat dengan Warung kelontong kecil dan rumah Ibu Lala, pemilik kontrakan-kontrakan ini. Kontrakan lain masih kosong sama sekali.  

Sebenar nya, Aku di tawari Sahabat ku Ririn untuk tinggal di kost bersama nya. Cukup luas memang. Tapi menurut ku di sana sudah terlalu sumpek dan penuh. Aku lebih memilih tinggal di sini. Lebih tenang dan suasana nya masih lumayan adem karena di kelilingi oleh pepohonan rindang. 

Di suatu minggu sore menjelang Magrib. Aku duduk santai di bale-bale kayu yang di sediakan oleh  bu Lala di depan warung. Saat itu Bu Lala sekeluarga sedang pergi ke acara Pemakaman keluarga nya. Mungkin bisa pulang malam. Jadi lah aku sendirian di sini. 

Di sekitar sini, rumah tetangga masih saling berjauhan. Perasaan kesepian mulai terasa saat itu. Burung-burung yang sebelum nya berkicau riang dan ramai, suara nya mulai menghilang. Suasana semakin temaram. aku memutuskan untuk segera masuk ke dalam kontrakan dan menyalakan lampu. baru aku ingin membuka pintu, Flip.. Suasana tiba-tiba jadi gelap gulita. Listrik di seluruh kampung ini mati. Aku berdiri meraba-raba sekitar. Rasa nya seperti berjalan sambil menutup mata. 

Saat sedang ingin mencari senter yang biasa ku letakan di atas televisi. Di dalam kesunyian ini, tidak sulit bagi ku untuk menangkap segala suara-suara sekecil apapun. 

"Ehemmm.. uhuk uhuk.." Suara berat seperti seorang pria tengah terbatuk-batuk. Suara nya sangat dekat. seperti ada di teras kontrakan kosong yang ada di sebelah kontrakan ku. Ku pikir aku hanya sendirian. mungkin Keluarga Bu lala sudah pulang. Setelah berhasil mendapat kan senter dan segera ku nyalakan. Aku langsung berjalan keluar. Sinar senter ku menyorot panjang ke sudut-sudut gelap dan menyinari nya. Tapi, tidak ada siapa-siapa di luar. Desiran angin meniupkan daun-daun dari pohon sawo depan warung bu Lala dan saling berjatuhan ke segala arah. 

Sekali lagi, ku sorot senter ku ke rumah dan warung Bu Lala. Serta ke arah kontrakan kosong di sebelah ku. Tanpa sengaja sinar senter ini menerangi seorang wanita setengah baya memakai daster hitam tengah berdiri di pojok dekat pintu masuk kontrakan. Sontak aku kaget. Bulu kuduk ku langsung MERINDING seketika. Rambut nya yang penuh uban tergerai panjang dengan acak-acakan. Wanita itu mendongak kan wajah nya. Menatap ku tajam dengan wajah pucat pasi. Aku yakin, tadi tidak ada siapa-siapa di sana. 

"Nyari siapa neng?" Suara berat dan serak nya terdengar seperti pria. Namun, jelas ia adalah wanita. 

Tangan ku langsung lemas hingga senter yang ku pegang terjatuh. Pandangan ku langsung gelap. Dan aku pingsan.

 Esok nya, Aku terbangun di kamar ku sendiri. Bu Lala dan suami nya pak Kardi yang menemukan ku lalu menggotong ku ke kamar.  Aku menceritakan semua apa yang telah ku lihat pada mereka. Mereka menduga, kalo itu adalah Jin khorun dari Ibunda Pak kardi yang baru meninggal kemarin lusa karena penyakit asma. Yang membuat mereka yakin adalah Suara berat nya yang mirip seorang pria.  

Story By : Rachma Feehily

MERINDINGWhere stories live. Discover now