6. Apa ini sebuah takdir??

Start from the beginning
                                    

Aku memasuki warung nasi itu dengan percaya diri, dan aku melihat orang orang yang sedang makan di dalam warung, langsung menatapku dengan pandangan?? Apa ya? Aku juga ga ngerti. Ga perduli juga.

"Permisi mba." Sapaku pada Emba Emba yang berada di balik stand makanan.

Aku melihat Emba Emba itu membalikan badannya tanpa menatapku, karena sedang sibuk menyendok nasi ke dalam kertas nasi.

"Iya mas?" Tanya wanita itu.

Aku menatap wanita itu dengan kaget. 'dia kan??' gumamku dalam hati.

"Masnya mau bel_" ucapan wanita itu menggantung dan menatap wajahku dengan kaget. Seakan dia baru saja melihat hantu. Begitupun dengan aku, aku juga tidak kalah kagetnya dengan wanita itu.

Kami sudah bertemu sebanyak tiga kali dengan tidak sengaja. Dan menurut orang, kalau kita bertemu dengan seseorang secara tidak sengaja sebanyak tiga kali, berarti kita_

'Jodoh? Hahaha.. ya kali. Gue kan dua Minggu lagi nikah ama sesil.'

Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku. Mengusir pemikiran anehku.

"Masnya mau beli apa?" Tanya wanita itu dengan wajah gugup.

Kalo di liat liat, ni cewe cantik juga. Imut, manis.

Oh my God!! Inget Bayu! Elo juga udah punya cewek. Lebih cantik, lebih imut, dan lebih lebih segalanya dari cewek manapun.

"Mas. Mas." Aku tersadar dari lamunanku ketika mendengar suara wanita itu lagi. Aku langsung gelagapan saat menyadari bahwa sedari tadi aku melamun sambil memperhatikannya.

"Ah. I- iya." Jawabku tiba tiba merasa gugup.

"Saya_ saya mau beli lauk." Lanjut ku lagi setelah berfikir.

Gila! Ni otak kenapa mendadak nge- blank?

"Lauk apa, mas?" Tanya wanita itu dengan sabar.

"Lauk. Yang biasa di beli sama ibu Indri." Jawabku. Aku melihat wanita itu tampak berfikir. Dan bergumam 'Ibu Indri?' dengan bingung.

"Sebentar ya mas!" Perintahnya padaku, kemudian wanita itu menepuk pundak ibu ibu gemuk, yang berada di sampingnya yang sedang sibuk melayani pengunjung warung yang lain.

Kalau di lihat lihat. Warung ini rame juga. Padahal tempatnya sangat kecil dan juga sempit.

'Mungkin karena masakannya yang enak. Mangkanya rame.' aku berucap dalam hati sambil menganggukan kepalaku dan menatap sekeliling warung.

"Bu Tuti, kenal Bu Indri ga? Itu, masnya beli, tapi bilangnya 'lauk yang biasa Bu Indri beli'?" Aku masih sempat perkataan wanita itu, yang saat ini sedang berbicara pada ibu ibu gemuk di sampingnya itu.

"Ibu Indri?" Ulang ibu ibu gemuk itu, dengan wajah berfikir. "Itu, nis. Ibu ibu yang beberapa hari lalu ngobrol sama kamu tuh." Ucap si ibu gemuk kepada wanita itu. Si wanita tampak mengingat ngingat.

'Aduhh.. kenapa dari tadi gw perhatiin tu cewek terus ya?' aku benar benar bingung dengan mataku ini.

"Itu, yang ngobrol lama sama kamu, sama si Jay juga nis." Ucap si ibu gemuk dengan gemas karena melihat si wanita itu hanya diam saja.

"Oohh.. ibu itu. Iya iya. Aku inget Bu." Seru wanita itu, setelah mengingat apa yang sedari tadi ia fikirkan.

"Maaf lama ya mas." Ucap wanita itu sambil menatapku dan tersenyum canggung. Yang aku respon dengan anggukan kepala seperti orang bodoh.

"Oh iya, si masnya silahkan duduk dulu." Ucapnya sambil menunjuk bangku panjang di depan etalase masakan.

Aku langsung menuruti perintahnya dan duduk di hadapannya. Dengan duduk seperti ini, aku jadi bisa melihat dengan jelas kegiatannya yang saat ini sedang memasukan masakan apa? Aku juga ga tau, apa namanya itu.

 Dengan duduk seperti ini, aku jadi bisa melihat dengan jelas kegiatannya yang saat ini sedang memasukan masakan apa? Aku juga ga tau, apa namanya itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Aku terus memperhatikan kegiatannya yang sedang asyik membungkus sesuatu dengan cekatan. Sampai aku tersadar dengan suara lembutnya.

"Maaf mas. Kebetulan ayam panggang sama sambel ijonya udah abis." Ucap wanita itu menatapku.

"Aaahh.. ya udah. Yang ada aja, mba." Jawabku sedikit bingung.

Aduh. Harusnya aku kan tanya mamah dulu ya. Udah lah, sebodo.

"Ini mas, jadi 37 ribu." Ucap wanita itu, sambil menyodorkan kantong kresek berwarna hitam kehadapanku.

Bukannya segera mengambil kantong kreseknya, aku malah menatap tangan wanita itu, yang terulur di hadapanku.

Aku inget, aku pernah menumpahkan kopi panas pada tangannya. Dan aku melihat, ada sedikit luka bakar yang menggelembung di tangannya itu.

"Itu." Aku menunjuk tangannya yang terdapat luka bakar. "Maaf untuk lukanya." Ucapku sambil menatap wanita itu dengan sedikit bersalah.

"Ga papa. Lagian itu ga sengaja." Ucapnya sambil menatap tangannya yang terluka.

"Ini mas, lauknya." Ucap wanita itu lagi, mencoba mengalihkan ku dari tangannya.

"Oh, iya maaf." Ucapku mengambil kresek di tangannya dan mengambil dompet di saku celanaku. Dan memberikan uang selembar seratus ribuan kepadanya.

"Kembaliannya." Ucap wanita itu sambil menyodorkan uang kembalian padaku. "Makasih." Ucapnya lagi saat aku menerima uang kembaliannya.

"Sama sama." Ucapku sambil tersenyum ramah kepadanya. Setelah itu, aku keluar dari warung nasi ini dan berjalan menuju mobilku.

Saat aku memasuki mobilku. Aku menghembuskan nafas berat.

"3 kali ketemu, berarti jodoh." Gumamku sambil menatap warung nasi dari dalam mobil. "Itu cuman mitos. Karena gue dan perempuan itu adalah bukti nyatanya." Ucapku tersenyum yakin.

Aku langsung menghidupkan mesin mobilku dan menyetir mobilku menuju rumah orang tuaku.

Dan disepanjang jalan menuju rumah, entah kenapa, pikiranku terus tertuju pada perempuan itu.

Ada apa, sama kamu Bayu?

*****

I'm combek. Moga suka 😂😁🤗

Dah gitu aja 😘😗😙😚🤗
Bye- bye

BISAKAH AKU BAHAGIA: Stay With Me Please!!Where stories live. Discover now