10. Wordscapes

50 9 0
                                    

Hei! Lihat, Seze masih saja awet membopong Naura yang baru-baru ini berat badannya naik 5 kilogram.

Bukankah ini suatu hal yang menguntungkan bagi Naura? Ingat, berbicara dengan Seze dulu itu jadi suatu kebanggaan, lha ini, Seze menggendong Naura ala bridal, seluruh warga sekolahnya wajib tahu ini.

Naura masih saja memandang wajah tirus Seze, matanya sipit, hidung mancung, alis matanya yang sedang, tidak tebal dan tidak pula tipis. Uh, mata sipitnya yang bagai elang membuat Naura tergila-gila. Entah apa yang mendasari Naura menyukai lelaki keturunan China itu. Lupakan itu, terlalu sibuk mengagumi Seze, tidak terasa mereka sudah hampir sampai di gerbang Illusion Palace.

Lila dan Lowis sudah menunggu di depan gerbang yang tertutup rapat dengan wajah ditekuk. Melihat bayangan tubuh Naura dan Seze membuat semangat Lila muncul. Syukurlah, gadis itu masih selamat. Terlebih Naura berada di pelukan Seze, uh, irinya.

"Kenapa kalian belum masuk?" tanya Seze sesekali membetulkan posisi bokong Naura yang mulai merosot tanpa protes.

"Gue gak paham Ze, ini gerbang bukan sembarang gerbang kayaknya. Gemboknya gak ada, cuma ada beberapa huruf di atas kayu lapuk yang sepertinya harus disusun kayak di tivi," jelas Lila sambil menyentuh permukaan gerbang itu.

"Gila, besinya sebesar paha gue. Gimana cara bukanya? Tingginya juga  gak lebih dari tinggi pohon yang tadi," ucap Naura tanpa ada nada mengeluh. Dia menyukai hal seperti ini, tantangan. Namun masih dalam dekapan Seze.

"Teman kalian si Tresno mana?" tanya Lowis akhirnya membuka suara membuat mereka semua tersadar akan satu hal.

Benar sekali, bayangan anak itu saja tidak kelihatan sejak mereka sampai di Illusion Palace.

"Bagaimana ini? Bukankah dia yang lebih tau, dia kan anak dukun," ucap Seze membuat rahang ketiga insan itu hampir melorot.

Tresno seorang anak dukun? Bagaimana Seze lebih mengetahui mengenai Tresno.

"Gue curiga sama lo berdua, jangan bilang ini cara kalian buat dapatin hati gue," sambar Naura dari pelukan Seze.

Pluk!!

Marvelous, itu sudah cukup sebagai balasan bagi mulut cantik Naura. Bokongnya mendarat kasar ke atas permukaan tanah.

"Sorry, refleks," ucap Seze tanpa merasa bersalah sambil menepuk-nepuk baju dan celananya.

Naura masih mengelus bokongnya yang kesakitan, untungnya Seze tampan jadi bebas. Iya kan?!

Lila yang melihat sahabatnya itu hanya tersenyum geli, dasar Naura, modus.

Seze memerhatikan gerbang itu, "I know, ini mirip seperti permainan yang pernah diberikan Miss Laura, kalian ingat gak?" ucap Seze kemudian.

Ketiga temannya mendekat, "Kalian yang lebih tau, gue kakak kelas kalian," seru Lowis.

Hah, baiklah, sekarang saatnya bagi Lila tampil pintar di depan orang yang disukainya itu.

"Benar, ini persis sama game yang pernah kita mainkan di kelas, wordscapes, kan?" sambut Lila dengan lagak sok pintar. Padahal dia sangat membenci pelajaran bahasa.

Naura memutar bola matanya malas, "Awas! Kalau soal bahasa Inggris serahin ke gue. Itu makanan sehari-hari gue di rumah," ucapnya seolah melupakan kakinya yang sebelumnya sangat sakit.

"Yey, anak debat maju," sorak Lila menyemangati.

Ternyata Naura berguna juga.

"Gue gak bisa ngerjain ini tanpa kalian teman-teman," tutur Naura dengan senyum malu-malu. Wiidih, apa-apaan memasang wajah seperti itu.

Naura membaca huruf demi huruf yang tertulis di atas kayu petak itu. Ada 5 petak kayu lapuk, tiap-tiap kayu tertera huruf  C, A, E, S, dan U yang sudah hampir hilang. Hanya huruf S yang hurufnya dicetak timbul.

"Ini apa ya? Coba kita masukkan C-A-U-S-E," tebak Naura. Dengan sigap tangannya menyusun membentuk kata C-A-U-S-E.

Semuanya terdiam, melihat apa yang akan terjadi pada gerbang itu. Perlahan namun pasti gerbangnya bergerak, terdengar decitan suara besi yang berkarat. Naura tersenyum bangga, eh, tunggu dulu. Gerbangnya malah tertutup lebih rapat dari semula. Terpampang satu besi yang awalnya ada dua besi, besi yang lain sudah masuk ke dalam lingkaran. Dalam lingkaran itu terdapat 3 tempat besi, apakah itu berarti mereka hanya memiliki satu kesempatan lagi?

"Besinya tinggal satu, apa mungkin sebelum kita sudah ada yang memasukkan kata yang salah," selidik Lila bak detektif. Sementara, lihatlah Lowis yang duduk malas melihat matahari yang mulai terbenam di ufuk barat.

Belum juga menyerah, Naura mencoba mencari kata lain. Aduhai manusia, siapapun, tolong bantulah, apa kata yang tepat untuk membuka gerbang itu? Tolong beri komentar!

"Stop! Jangan masukkan dulu," tahan Seze membuat Naura menghentikan tangannya.

"Perhatikan huruf S ini, dia dicetak berbeda dari yang lain, apa mungkin ini jadi huruf pertama," lanjut Seze berpikir keras.

"Teruskanlah, selama kalian berpikir maka Tiglon itu akan sampai dan memakan kepala kalian satu-satu," ucap Lowis santai mengubah posisinya yang semula duduk menjadi berdiri. Merasa was-was akan seekor Tiglon yang berlari ke arah mereka.

Bukan, itu mudah jika hanya seekor Tiglon. Berbeda, kini ada 5 ekor Tiglon ditambah 4 ekor Liger. Astaga, itu banyak sekali. Mungkinkah jarum suntik Seze sanggup melawannya.

"Ayo cepat pikirkan kata yang cocok!" perintah Lila sambil menatap para binatang buas itu mendekat.

Naura bingung, dia harus bisa.

"Tunggu, kalian ingat gak makanan kesukaan Pak Eesr?" tanya Naura membuat Seze terpanggil akan ayahnya yang disebut.

Lila dan Lowis mendongak heran, bisa-bisanya di situasi pelik begini Naura masih memikirkan makanan kesukaan Pak Eesr.

"Bukan, gue sering melihat Pak Eesr makan mie di kantin Pak Budi," ucap Naura penuh misteri membuat Naura menatap tidak sabaran.

"Nanti saja ngomongin Pak Eesr. Sekarang kita harus menghadapi binatang buas itu!" titah Lila ketakutan melihat binatang-binatang buas itu meraung di sekitar mereka.

"Kak Lowis," panggil Lila ketakutan mengharap perlindungan dari lelaki yang berdiri mewanti-wanti kapan binatang-binatang itu menyerang.

Seze membalikkan tubuhnya, menatap tajam ke arah para Tiglon dan Liger itu. Bagaimana ia bisa menghadapi mereka?

Srakk!!

Satu gigitan berhasil mengenai lengan Seze, dia meringis kesakitan. Apapun itu, rasanya lebih sakit dari gigitan harimau/singa biasa. Benar saja, mereka hasil perkawinan silang antara harimau dengan singa, dan anehnya itu jarang sekali terjadi.

Naura terkejut, terlebih merasa sedih melihat orang yang disukainya kesakitan. Ingin sekali Naura menolongnya, ia malah mendapat teriakan keras dari Seze,

"Teruslah pikirkan kata apa yang cocok!" ucapnya dengan suara keras.

"Oh oke," angguk Naura memfokuskan pada kata yang masih tidak diketahui itu.

×××

Arduous Path (On Going) Where stories live. Discover now