5. Dukun

70 18 0
                                    

"Gak bener gimana? Jangan ngaco deh."

"Terus ngapain dia bisa ada disini Nauraa?"

"Gak penting! Sekarang mikirin kondisi Hondo dulu, liat dia mencakar-cakar meja lo kayak orang kerasukan."

"Kok gak penting? Masalahnya tuh dia, apa jangan-jangan lo jadian sama si Tresno?" tanya Lila masih menaruh curiga.

"Apa kita bawa saja si Hondo ke dukun?" tanya Naura tanpa menggubris pertanyaan Lila.

Mata Lila melotot mendengar perkataan Naura, ingin ia mengangkat bicara, namun dipotong oleh Naura, "Awalnya gue mau ngajak lo berdua ke dukun buat ramalin primbon gue. Gue sih hari ini sial banget."

"Lariii Naura, si Hondo bawa pisau!" teriak Lila meninggalkan Naura yang sedang baper dengan masalahnya.

"Aahkhhh......!!!!"

Jlebb!

"NAURAA???" panggil Lila dari kejauhan, ia menutup matanya menyaksikan Hondo yang mengarahkan pisau ke arah kepala Naura.

Merasa hening, lantas Lila membuka kedua matanya dan mendapati Hondo sudah terbaring di kedua tangan Tresno.

"Huftt!" Naura menghembuskan napas lega lalu tersenyum ke arah Lila. Lila hanya memajukan bibirnya, kesal.

"Nana benar kita harus bawa Hondo ke dukun." ucap Tresno, tanpa aba-aba membopong Hondo keluar.

"Ta-pii?" cegah Lila.

"Sudahlah Li, demi Hondo." jelas Naura lalu mengikuti kemana Tresno membawa Hondo.

*

Tresno membawa Hondo memakai mobilnya. Naura dan Lila ada di sisi Hondo, dibelakang kemudi. Naura sibuk mengusap rambut bob Hondo berharap Hondo membaik.

"Li, kenapa si Tresno gak pernah bilang punya mobil?" tanya Naura kepada Lila yang sedang menggenggam tangan Hondo.

"Kenapa tanyak ke gue, tanyak tuh sama gebetan lo!" ejek Lila.

Naura melotot, "kamvreet, gue masih waras tahu, Seze masih disini, hah!" jelas Naura sambil menunjuk ke arah perutnya.

"Di lambung lo?" tanya Lila menahan tawa.

"Hati Li! Kata bu Tity guru biologi kita, hati itu yah disini bukan di dada." jawab Naura diikuti dengan isyarat tangan.

"Iya deh, anak bu Tity." ucap Lila gemas.

Naura dan Lila larut dalam canda tawa mereka, tanpa mereka sadari Tresno sudah lama memerhatikan mereka.

"Ra, kita dimana ya? Ini udah jam 4 sore. Dua jam Ra? Cuma mau ke rumah dukun aja. Si Tresno tahu gak tempatnya?" Tanya Lila cemas.

Naura mengangguk, "Eh, Tresno, lo tau kan tempatnya?" tanya Naura memastikan.

"Iya Nana, Nono tau kok." jawab Tresno sesekali melihat mereka dari kaca mobil.

"Udah lo tenang aja Li, kalau si Tresno macem-macem kan ada gue, si sabuk hitam."

"I-iya, tapi Tresno itu gak bener Na."

Arduous Path (On Going) Место, где живут истории. Откройте их для себя