2. Gara-gara Video Game

127 23 0
                                    

Sepulang sekolah Naura tetap nyaman pada kondisi murungnya. Mulutnya bahkan enggan membalas pertanyaan Lila yang sedari tadi sudah komat-kamit panjang kali lebar. Lila pasrah, akhirnya ia memaksa Hondo agar angkat bicara kepada Naura.

"Naura, gue minta maaf yah tadi ngajak lo ngobrol," ucap Hondo memelas.

Mata Naura membulat, otaknya langsung berputar, "gue gak mau nerima maaf lo, sebelum lo mau menyetujui kalau kita pergi ke tempat itu!" desaknya memanfaatkan kondisi.

Mata Lila seketika melotot, dalam hati merutuki Naura yang dengan pandainya memeras kepolosan Hondo.

"Ayo kita pergi Hondo! Ntar lo jadi pregedel dibuatnya," sambil memicingkan mata ke arah Naura, Lila menarik tangan Hondo.

"Ta-tapi, tunggu!" cegah Naura pasrah. Kini kedua sahabatnya sudah pergi meninggalkannya seorang diri.

"Sudah lo terima, ikuti apa kata pak Eesr," teriak Lila sambil menarik tangan Hondo kencang.

"Maaf gue gak bisa bantu lo Na," sambut Hondo dengan suara sedikit bergetar.

Naura hanya mampu menghela napas pasrah. Menurutnya sungguh tidak adil. Tapi apa mau dikata, tantangan tetaplah tantangan, menang kalah tidaklah menjadikan seseorang itu menjadi pengecut.

"Baiklah, nanti malam gue bakal ke rumah pak Eesr. Gue bukan pengecut!" batin Naura.

*

Malam gelap membuat Naura memaksa otaknya berputar dua kali. Bukan takut, malah ia ragu bagaimana bila nanti kakaknya tidak mengizinkan. Kalau orang tua Naura sedang diluar kota, jadi tidak masalah bila tidak mendapat izin.

Menyesal? Kesal? Pasti! Tapi Naura harus melakukannya, pergi ke rumah pak Eesr dengan terpaksa.

Dengan mengendap-endap Naura berjalan, napasnya berdegup kencang, merasa was-was saat tepat melewati kamar kakaknya, Xiole.

Terdengar suara bariton beberapa orang laki-laki, mungkin itu suara teman-teman Xiole yang tengah asyik mencoba kaset video game yang baru dirilis baru-baru ini.

Untunglah, sepertinya mereka sibuk. Naura bisa melewati semua rintangan bak melewati lembah itu. Namun lagi-lagi semua tak seperti yang diharapkan. Lowis tiba-tiba keluar, padahal tadi lagi asyik berbincang dengan kakaknya dan entah siapa lagi yang berada di dalamnya.

"Lo?!" Tegur Lowis terheran-heran.

Dunia itu sepertinya sempit yah, sampai Naura dipertemukan dengan si dia.

"Lo ngapain disini?" tanya Lowis datar.

Hampir saja Naura tersedak selokan. Seharusnya ia yang berhak mengajukan pertanyaan tersebut, tapi malah sebaliknya.

"Anu kak, itu... " jawab Naura tersendat-sendat, bingung harus berkata apa.

"Lo kenapa? Oh, gue tahu. Udah gak pa-pa, ayok masuk. Sesama gamer gak perlu malu-malu. Lo mau ketemu teman gue, Xiole kan?" Tukas Lowis panjang lebar.

Apa? Bertemu Xiole katanya? Ini rumah gue, terus yang ngajak masuk siapa seharusnya?

"Iya itu maksud saya kak, tapi lain kali aja kita main bareng, soalnya PR, iya PR numpuk nunggu dikerjain. Hehe."

Arduous Path (On Going) Onde histórias criam vida. Descubra agora