"Krucuk ... krucuk ..."

Bunyi suara perut Fahlan yang udah kaya bedug masjid itu pun ngeberentiin aktivitas belajarnya. Novian ngeliatin Fahlan senyum-senyum, lalu memperhatikan perut Fahlan.
"Lo laper kak ?" Tanya Novian dengan senyum geli.

Fahlan mengangguk dengan mukanya yang agak malu-malu kampret itu.

"Kita makan diluar aja gimana ? Gue yang traktir" seru Novian.

"banyak duit lo mau traktir gue ?"

"Nggak lah, sisa uang jajan gue sebelum liburan nih. Mau ga ?"

"Mau lah kalo gratis" ujar Fahlan sambil angguk-angguk.

Giliran gratisan aja, cepet. Coba kalo minta anuan, eh.

***

Berhubung anak kelas 12 mau UN, jadi adek kelas dapet jatah libur. Lumayan, bisa bulan madu seharian di pulau kapuk tercinta. Atau nongki-nongki gitu. Cuma kalo Raka mah beda, liburannya mah tetep gak jauh-jauh dari buku. Emang sih sekarang dia nggak lagi baca buku pelajaran atau soal-soal olimpiade kaya biasa, tapi dia lagi sibuk baca novel yang baru dibeli dua hari yang lalu. Yang ngebeliin novel pun bukan sembarang orang, ituloh si Dion, yang sekarang berstatus sebagai pedekate-an si Raka.

Masalahnya adalah ... Kenapa Raka harus baca buku di sela-sela kencan mereka ? Kasian Dion elah, dari tadi cuma ngeliatin cover buku yang nutupin buka imut Raka. Dan ini bukan kali pertama Raka baca buku di sela-sela kencan mereka.

"Huft .. baca buku mulu sih beb" seru Dion sambil memutar bola matanya malas.

Raka kemudian menurunkan setengah bukunya, memperlihatkan mata indahnya dan hidung mancungnya.

"Kenapa memangnya ?" Tanya Raka mengkerutkan dahinya. Raka tuh emang gak pekaan. Jadi polos aja nanya-nya.

"Kita tuh lagi nge-date beb. Sekali-kali kek gak usah bawa buku. Kita ngobrol, romantisan gitu"

"Romantis ? Gue gak bisa romantis orangnya"

Raka sudah menutup bukunya. Lalu ia menatap Dion sambil menyipitkan mata sebelah kirinya ketika Dion mencoba mengambil tangannya dan menggenggamnya.

"Apaan ?" Kata Raka gak terima tangannya di ambil seenak jidat.

"Nih, romantisan beb!" Seru Dion sembari menaik turunkan kedua alisnya dan memamerkan telapak tangan lebarnya itu yang sudah menggenggam tangan Raka.

Raka lalu melihat kanan kiri. Mencoba memastikan bahwa orang-orang di sekitarnya tidak memperhatikan mereka berdua. Ngeliat Raka aneh gitu, Dion jadi bingung juga.

"Kenapa ? Lo malu ?" Suara Dion lirih.

"Bu--bukan gitu, gue.."

Dion lalu senyum ganteng ngebuat Raka jadi gak bisa lanjutin kata-katanya.

"... gak usah perduliin orang sekitar. Anggap aja kita di sini cuma berdua aja"

Dan hati Raka benar-benar luluh setelah Dion ngomong gitu. Rasanya tubuhnya baru aja meleleh, kaya abis berdiri di depan matahari yang jaraknya cuma 1 mw

"Coba lo itu Novian, Yon." Batin Raka mengeluh.

Sebenarnya dia sudah sepenuhnya move on dari Novian. Apalagi kejadian Novian nembak Fahlan yang jadi viral banget itu, sukses bikin Raka galau tujuh hari tujuh malam. Jadilah dia mati-matian buat move on. Apalagi Dion yang selalu ada di sampingnya, ngebuat Raka lebih sadar kalau ada orang yang lebih tulus sama dia. Cuman masalahnya, Raka masih sulit pindah haluan hati dari Novian ke Dion. Lebih tepatnya, dia gak mau anggap Dion cuma sebagai pelarian nantinya.

I Love My Cute Bastard ✔Where stories live. Discover now