"Hati-hati, Ska," dengan sayu Alana mengatakan itu kemudian berbalik melangkah menuju rumahnya.

-oOo-

Diantara ketiga bersaudara, Arka, Alaska dan Cakra. Orang yang paling keras kepala itu Cakra, yang paling cuek dan pendiam yaitu Alaska sedangkan yang paling ramah tetapi masih melekat sifat pendiamnya yaitu, Arka. Jika ditanya interaksi mereka seperti apa yah jawabannya adalah biasa saja, layaknya saudara di luar sana yang biasanya saling berantem kemudian setelah itu baikkan.

Biasanya yang paling sering menjadi perdebatan dan rebutan yaitu, stick PS, remote TV, dan tiduran santai di paha Aruna dengan sapuan halus di kepala mereka. Tama sengaja tidak memfasilitasi TV di kamar ketiga anaknya tersebut karena takutnya interaksi mereka tambah berkurang.

Pukul 7 malam dan seorang Alaska belum juga menampakkan batang hidungnya. Cowok dengan tinggi semampai itu sudah memberi kabar terlebih dahulu kepada bundanya bahwa ia pulang agak telat dengan alasan singgah mencukur rambut bersama Tora.

Cakra dengan anteng tiduran di paha bundanya dengan surainya dielus-elus sayang, kedua orang itu memilih untuk bersantai seraya menonton TV yang menampilkan acara kompetisi masak, sedangkan ayah dan kakak tertuanya memilih bermain PS berdua.

Tak lama suara Alaska yang mengucapkan salam membuat keempat orang itu menoleh. "Ska, kok pulangnya lama?"

"Abis cukur terus temenin Tora gantian dulu dia mau nginep, soalnya mama dan papanya ada urusan di luar kota."

"Bolehkan, om?" Tora bertanya dengan menyembulkan kepalanya di bahu Alaska.

"Boleh, asal jangan homoan di kamar."

"Ya kali, yah."

"Itu mukanya kenapa lagi ada lecet-lecet kayak gitu? berantem?"

"Pastilah, bun," Cakra menyelutuk.

"Kayak kamu gak suka berantem aja," timpal Arka.

"Awas kalau nilai kamu turun dari yang kemaren, siap-siap aja ayah DO dari rumah."

"Astagfirullah, iya yah iya, gak turun kok diusahain bakal dipertahanin kalo perlu yang juara satu kemaren aku geser."

"Ya semoga aja, jangan cuma ngomong, berusaha juga terus doa yang banyak."

Tora hanya dapat diam mendengar perbincangan antara anak dan ayah itu. Ia tau betul bagaimana seorang Tama, ayah sahabatnya itu mendidik anak-anaknya apalagi dalam hal pelajaran. Arka, pintar, anak akselerasi dulu dan sekarang dapat kerjanya gampang, penghasilan juga ngedukung. Alaska, gak hanya pintar adu fisik aja adu otak juga oke. Sedangkan Cakra, Tora tidak terlalu mengetahui tentang bocah bermulut pedas itu, karena selama berteman dengan Alaska, anak itu katanya hanya tau keluar masuk BK dengan nilai yang jeblok.

Tapi, karena Cakra merupakan anak terakhir jadi dia memiliki nilai plus-plus sedikit, sikapnya yang kelewat manja kepada bundanya membuat Aruna sedikit tak tega jika bocah SMP itu kena omel ayah dan kedua kakaknya.

Alaska berjalan menuju kamarnya setelah berbincang bersama keempat orang tadi dan tak lupa adu jotos biasa seperti yang sering ia lakukan bersama Cakra jika mereka berselisih paham. Bukannya mereka dilerai malah dijadikan bahan candaan. Nantilah Cakra sedikit mengeluh dan meraung-raung meminta pertolongan dengan ayah atau bundanya barulah Alaska mau melepaskan adik bodohnya itu.

Untuk membedakan kamar Arka, Alaska, dan Cakra itu sangat gampang. Yang paling polos berwarna hitam, itu pintu kamarnya Arka. Pintu berwarna hitam dengan penuh sticker distro, dan sticker official Batalyon, sudah jelas punya Alaska. Sedangkan, pintu kamar yang berada di tengah-tengah itu miliknya Cakra.

ALASKAWhere stories live. Discover now