Masih ingat saat Alana ditabrak Alaska di tikungan waktu itu, Regan memilih diam dengan memandangnya kesal tak lupa berkata tanpa suara dengan mengatakan 'Modus lo bitch.' Andai saja cowok itu bukan orang yang dicintai sahabatnya sudah pasti ia akan menarik jambul sok ganteng cowok itu.

"You know lah," Alana berkata seraya berjalan, merangkul lengan Alaska posesif. Dalam rencana Alana, agar bisa memiliki peluang untuk mendapatkan hati seorang Alaska Tahta Wardana haruslah memiliki sifat sabar dan agresif. Yah, begitulah.

Terlihat sekali jika cowok yang sedang ia rangkul itu mengeluarkan aura kesal tetapi Alana tak memusingkan itu karena sekesal-kesalnya Alaska padanya cowok itu pasti tidak akan memukul dirinya atau tiba-tiba menyeretnya bagaikan pel lantai. Palingan hanya dilemparkan tatapan tajam atau kata-kata tak suka dari cowok itu.

"Lepas!"

"Bentaran ih, kemarin-kemarin aku gak manja-manja gini karena aku kasih apa gitu ke kamu emm waktulah yah buat nenangin diri nah sekarang akunya beraksi lagi."

Chandra dan Tora hanya terkekeh melihat hal itu, sedangkan Regan hanya diam melihat tingkah laku seorang Alana. Yah, memang terakhir Alana berlaku agresif ke Alaska itu saat mereka baru saja berolahraga di lapangan outdoor.

Tercetak jelas di wajah Alana senyum senang saat ia menyandarkan kepalanya di lengan Alaska, sumpah parfumnya itu loh khas laki banget hingga Alana ingin berlama-lama bersandar di lengan kokoh tersebut. Bersandar, tertidur sebentar, melupakan sedikit masalah yang menggelayuti hidupnya.

"Bu, bu liat nih dianya nge-cat rambut, seragam gak sesuai aturan." cowok yang selalu sewot dengan Alana itu mengaduh pada guru yang tiba-tiba lewat. Dan, na'asnya adalah Bu Prita yang notabene guru BK SMA Angkasa.

"Anjeng gue salah apa sama lo sih?" kesal Alana kepada Regan yang sudah mengeluarkan smirk-nya.

Bu Prita berjalan cepat menuju rombongan itu. Chandra dan Tora berlari terbirit ke kelas karena mengetahui guru tersebut pasti akan menyeret mereka juga kalau tau mereka tak memakai seragam sesuai peraturan. Alaska dan Regan mah bebas wong mereka memakai jaket yang melapisi baju mereka yang tidak sedang memakai dasi.

"Alana!"

"E-eh iya bu, ada apa yah?"

"Pake nanya lagi, itu baju kamu kenapa? Gak lunas kamu bayarnya sampe dapat yang kurang kain kayak gitu? Rambut kamu juga, udah mau gantiin kemoceng kelas?"

Subhanallah, mulut Bu Prita mah sebelas duabelasan Regan jadi jangan salah jika sudah berhadapan seperti ini.

Menggigit bibir bawahnya, dengan tangan masih memegang lengan Alaska. "Ya elah buk, ini mah gaya modern, Ibu juga kenapa make sepatu neces kayak gitu? pasti ngikutin jaman ye kan?"

"Kamu yah selain banyak gaya, banyak omong juga sini kamu ikut ibu bersihin perpus." mata Alana seakan ingin keluar saat itu juga saat mendengar penuturan guru ber-lipstick merah menyala itu. Menghindar saat Bu Prita mencoba menarik dirinya untuk ikut ke perpustakaan. Tetapi memang dasarnya Alaska yang juga memiliki rasa kesal yang menggunung padanya, cowok itu dengan ikhlas tanpa beban mendorong tubuhnya hingga dapat digapai oleh guru tersebut.

"Ska, kok tegaaaaa," teriak Alana kepada cowok yang telah berlalu begitu saja. Tak sedikitpun hendak berbalik sekali lagi untuk melihat bagaimana keadaan Alana. Bahu gadis yang ditarik paksa itu turun dalam sedetik, kemudian mengikuti dengan pasrah langkah guru itu.

'Sesusah itu yah, Ska?'

-oOo-

Pukul setengah lima sore lebih sedikit dan Alana masih berada di dalam toilet, mengerjakan tugas yang diberikan Bu Prita padanya. Selain disuruh membersihkan perpustakaan sekolahnya Alana juga disuruh membersihkan toilet siswi. Selain merepotkan juga mencapekkan. Andai saja Bu Prita tidak mengancamnya dengan mengatakan akan menjadikan Alaska sebagai gantinya untuk dihukum sudah pasti Alana pergi dari sini.

Sekolahnya itu sudah terlihat sangat sepi, beberapa menit yang lalu malah hanya ada satu orang yang melintas itupun anak ekskul, Alana jadi berasumsi bahwa anak ekskul pasti sudah ada yang pulang sebagian.

Alana menyimpan dengan sedikit kasar alat kebersihan yang ia pakai membersihkan tadi, mengambil tissue basah di dalam tasnya kemudian membersihkan kedua tangannya itu seraya berjalan menuju parkiran.

Perjalanan melewati kelas-kelas yang sangat sepi cukup membuat Alana mempercepat langkahnya. Merasa jika ada sesuatu yang sedang mengintainya dari belakang. Jika seperti ini pikiran-pikiran Alana jadi mengelana memikirkan hal-hal aneh yang akan menimpanya terutama SMS teror yang tak pernah absen masuk di ponselnya.

Ia sedikit bersyukur saat matanya menemukan mobil merah yang terparkir sendiri di sana. Saat jaraknya mulai mendekat sorotnya itu tak sengaja melihat ban mobilnya yang kempes. Mengumpat kemudian tak lupa menendang ban mobilnya yang kempes tak tau waktu itu.

Dengan terpaksa Alana harus memesan ojek online. Berjalan lemas ke arah gerbang dengan tangan masih setia memegang ponsel. Ia mengirimi pesan kepada papanya agar dayang-dayang papanya itu lekas mengambil mobilnya.

"Kenapa baru pulang kamu? Mau nginep di sekolah?"

"Rencananya sih gitu pak."

Pak Emir yang bertugas sebagai satpam sekolahnya itu hanya bisa menggeleng kepala saat melihat Alana yang berjalan santai menuju gerbang.

Cewek dengan sorot mengantuk itu tiba-tiba melebarkan matanya saat melihat Adrian memukulkan helm ke seseorang yang sedang berada di atas motor. Tak sampai di situ, cowok yang dipukul itu pun tak tinggal diam ia membiarkan motornya kemudian memajuki Adrian hingga terjadilah pertikaian antara geng Adrian dan komplotan yang dibawa oleh cowok yang tidak Alana ketahui siapa.

Diantara mereka ada yang memakai senjata tumpul juga dengan tangan kosong, perlahan orang-orang mulai berkerumun melihat kejadian itu.

Alana ingin berteriak saat melihat Alaska memukul seseorang seperti tak ada ampunan. Tetapi sayangnya teriakan Alaska mampu membuatnya bungkam dan kaget.

"Goblok awas di belakang lo!"






TBC.
Voment juseyo :)












nisaafatm

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang