Day 27. Rumah Hantu

11.7K 2.1K 165
                                    

Aku dan Kak Mias dekat mendadak. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja kami sering dekat tanpa sebab. Kak Mias sering sekali meneleponku tanpa alasan. Ketika ditanya ada apa, dia nggak menjawab dan langsung memutus teleponnya. Aku nggak tahu apa yang ada dalam benak Kak Mias. Aku bahagia meski begitu. Terlalu bahagia sampai aku mirip orang gila. Tiap kali namanya muncul, jantungku berdegup kencang.

Bahagia tiba-tiba menyerbuku. Mungkin ini yang mereka sebut dengan kasmaran. Aku nggak peduli namanya, yang jelas nama Kak Mias sudah jadi obat tersendiri ketika aku merasa gundah.

“Mahiiii...” Suara Meis terdengar manja. Aku melepas HP-ku dari telinga, lalu memperhatikan nama yang tertera di sana. Ada nama Kak Mias, tapi yang kudengar malah suara Meis. Aku mimpi atau nama di HP-ku berubah otomatis?

“Meis? Kok nomormu jadi nama Kak Mias?”

Meis tergelak. “Orang yang lagi seneng emang selalu nggak bisa mikir rasional. Sekarang kan udah keliatan jelas, nih siapa yang sebenernya gila!”

“Jadi...?”

“Pulsaku habis.”

“Kamu pinjem HP Kak Mias?”

“Iya, lah! Masa logika sereceh itu kamu nggak peka dan paham juga, Mahi?” Meis menggerutu. Aku nyengir. Dugaanku tentang telepon dari Kak Mias itu berubah. Aku agak sedikit kecewa, tapi aku nggak boleh melupakan sahabatku sendiri.

Nggak boleh lupa sahabat ketika lagi bahagia, tahu!

“Ada apaan? Kayaknya ada yang penting banget gitu!”

Meis berdehem. “Banyak!”

“Sebutkan!”

“Pertama, aku pengen ngajakin kamu maen ke rumah hantu.”

Aku melongo. Ada sebuah tempat wisata yang menyediakan rumah-rumahan untuk kaum begituan di kotaku. Aku nggak yakin Meis mengajakku ke sana, tapi aku tahu kalau dia memang ingin ke sana! Seleranya terhadap horor terlalu receh, tapi seleranya terhadap humor mahal sekali!

Bahkan ketika nonton film hantu terbaru, Meis sering ketiduran di bioskop. Waktu pulang, dia selalu bertanya padaku bagaimana jalan ceritanya. Aku yang sibuk menutup mata hanya mencari alasan kalau aku nggak fokus karena ada cemilan.

Aku dan Meis kebalikan. Seleraku terhadap horor receh sekali. Bahkan aku sering merinding ketika mendengar suara kucing di tengah malam! Aku nggak berani!

“Kenapa ngajak aku?” Aku protes.

“Takut?” Meis mengejek.

“Nggak, ih!”

“Trus?”

“Aku... takut nggak punya waktu aja!” Aku menghindar dan mencari alasan. Meis di sana terdengar kesal sekali.

“Kedua...”

Aku melongo. “Lah? Masih ada yang kedua, nih?”

Meis berdecak mendengar protesku. Sebenarnya ada masalah berat sekarang. Aku nggak bisa sering-sering main dengan Meis. Karena kalau aku sering main dengannya dan Kak Mias ikut serta, jantungku bisa-bisa lepas di tempat. Degupnya terlalu kencang. Hanya Alga yang sepertinya curiga. Kalau adik Kak Mias?

Entah, dia bertingkah seperti itu sejak dulu, jadi aku nggak tahu dia sadar atau nggak dengan keanehan kami! Meis mungkin sadar, tapi dia masih bersikap nggak peduli! Atau dia memang nggak peduli!

“Yang kedua...” Meis melanjutkan, “Aku mau ajak Kak Mias juga.”

Gugur sudah semua keraguanku tentang rumah hantu. Aku yakin untuk datang ke tempat Kak Mias sekarang juga! Bahkan aku nggak akan pernah ragu untuk melakukannya! Tapi kalau Kak Mias illfeel gara-gara tingkah pengecutku bagaimana?

30 Days Make Me Feel Your LoveWhere stories live. Discover now