Day 8. Kali Ini Lagi

12.8K 2.3K 289
                                    

Kondisiku yang seperti ini bukan hanya menguntungkan, tapi juga merugikan. Aku nggak tahu kalau pada akhirnya Meis begitu responsif dengan tanggung jawabnya. Dia merasa sangat bersalah dan bertekad untuk merawatku hingga aku sembuh. Masalahnya, dia nggak merawatku seorang diri. Dia malah melibatkan kakak tercintanya untuk ikut serta.

Aku nggak terlalu suka merepotkan orang lain, jadi aku mencoba untuk menolak. Tapi yang namanya Meis, pasti penuh dengan tipudaya. Dia nggak akan pernah mundur sebelum berhasil membuatku terpedaya.

“Kamu mau ke mana, Mahiyang?” Meis menghadangku. Ketika Meis memanggilku begitu, berarti dia sedang marah.

“Aku mau ke mana, ya?” Aku kaku, terpaku. Nggak bisa kabur lagi! Selain karena kondisi kakiku yang masih pincang, aku juga harus melewati kelasnya kalau ingin pulang.

“Mau kabur lagi?”

Perasaanku nggak enak. “Kabur ke mana?”

Meis merangkulku. “Hari ini kamu harus pulang bareng aku!”

Aku menggeleng kencang. “Nggak lagi, deh!”

“Kenapa, sih nolak rezeki mulu, nih anak?!” Meis sok kesal. Aku menelan ludah. Aku bukannya nolak rezeki, tapi aku punya alasan yang masuk akal kenapa nggak mau diajak nebeng.

Alasannya hanya satu. Karena yang menjemput kami adalah Kak Mias! Aku canggung dan sungkan sekali berdekatan dengannya. Apalagi dia sudah menciptakan trauma tersendiri dalam hidupku. Aku masih baper karena ulahnya dulu. Kalau saja dia nggak begitu, mungkin aku bisa berteman baik dan ramah dengannya.

Hanya saja...

Semua sudah terlambat. Kak Mias dan kubis adalah sesuatu yang sangat kubenci, bahkan melihatnya saja aku muak.

“Kalau aku ikut kamu, ntar ngerepotin namanya!”

Meis menggeleng kencang. Dia nggak mau aku pergi semudah itu. Dia kembali menarik lenganku, lalu menyeretku hati-hati. Aku terpaksa mau. Dia kembali mengungkit tentang aku yang mulai menjauh dan berubah. Padahal aku sama sekali nggak berubah. Dia berhasil membuatku menyerah hanya gara-gara rasa sungkanku ini! Sialan!

“Meis bawa Mahi, nih, Kak!” Meis tersenyum lebar. Dia mengetuk pintu depan. Pintu depan terbuka, dan menampilkan seorang cewek yang sangat cantik. Dia duduk di depan dan tersenyum menatap kami.

Aku terpaku.

Ini kali pertama aku melihat Kak Mias duduk semobil dengan cewek. Mungkin dia pacarnya. Iya, mereka serasi sekali! Cewek Kak Mias terlihat cantik, anggun, dan juga elegan. Cocok sekali dengan Kak Mias yang ganteng dan juga pintar.

Meis menarikku, lalu membuka pintu belakang. Dia mendorongku masuk lebih dulu, lalu dia duduk manis di dekatku.

“Untung aja masih keburu! Tadi Mahi mau kabur lagi, Kak!” Meis nyengir. Kak Mias membisu. Sudah kubilang, kan? Kak Mias nggak tertarik dengan ucapan Meis tentangku, tapi Meis selalu saja membahasku di depan Kak Mias.

Itu perbuatan yang sia-sia, tahu!

Kak Mias duduk di depan bersama cewek cantik itu. Parfumnya juga punya aura sendiri. Ada aura lembut. Aku mengendus sekali lagi. Ini mirip sabun yang kupakai di rumah. Mungkin kakak cantik ini memang sengaja menggunakan parfum dengan aroma yang sama.

Aku nggak berani bertanya karena itu nggak sopan. Itu juga bukan urusanku. Aku sungkan mau melanjutkannya juga!

“Kalian dari mana? Kok bisa berdua?” Meis bertanya ceplas-ceplos. Dia punya sesuatu yang nggak kupunya. Dia bisa mengutarakan apa yang kupikirkan. Aku kagum sekali dengan cowok labil ceriwis ini!

30 Days Make Me Feel Your LoveWhere stories live. Discover now