Day 23. Sakit Ini Lucu

11.6K 2.2K 275
                                    

Aku menang. Meis berkali-kali menari senang di depan kelasku. Dia mengantongi uang seratus ribu. Dia memberiku uang limapuluh ribu sebagai bayaran karena aku sudah berhasil. Padahal aku juga sudah mendapatkan hadiah. Meski hadiahnya nggak terlalu besar karena tingkat kelas, aku membelikan cemilan sederhana untuk teman-teman di kelasku. Mereka ikut senang meski para cewek masih saja sakau ketika melihatku.

“Suara kamu ternyata bagus! Dan kamu pinter maen gitar! Kalau tahu gitu, lebih baik aku minta kamu nyanyi pas ulang tahunku kemaren!” Mereka berisik sekali. Meis yang sejak kemarin bertingkah sangat menyebalkan dan mengaku sebagai bodyguard-ku hari ini tampak adem. Terlalu ayem malah!

“Tenang! Tenang! Kalau kalian butuh penyanyi dengan harga teman, silakan hubungi aku! Aku manajer eksklusif Mahi! Jadi kalau kalian emang pengen dapat harga murah, silakan melakukan booking sebelum hari H!” Meis mengangguk senang.

Aku melongo, makin nggak paham dengan apa yang dia katakan. Hari ini aku kena flu. Harusnya aku nggak masuk sekolah, tapi karena hari ini ada ulangan dan nggak mau difitnah mangkir dari syukuran, aku terpaksa sekolah. Mama membawakan obat flu yang anti menyebabkan kantuk karena aku harus sekolah.

Aku hanya harus memakai masker agar nggak menulari yang lain. Bisa gawat kalau aku dianggap penyebar virus nanti! Bahkan karena papaku datang, akhirnya aku diantar ke sekolah hari ini. Nggak lagi ikut tukang ojek lagi.

“Kamu masih bisa ngomong, kan, Mahi?” Meis menyenggolku. Aku menganggguk.

“Aku cuma flu, bukannya sakit pita suara.”

“Kamu kemaren dibawa ke mana sama Kak Mias?”

“Apanya?” Pipiku mungkin bersemu sekarang. Nggak masalah, Meis nggak mungkin peka. Kalau memang dia sadar, bilang saja aku terkena flu dan demam sampai wajahku merah seperti ini!

“Kok kalian bisa kena flu kompakan? Kalian kemaren kehujanan, kan? Trus neduh di mana?”

Aku mulai gugup. Meis kembali menyentuh hal-hal yang harusnya kurahasiakan saja. Apa jadinya kalau dia tahu aku dan kakaknya sudah baikan dan kami sempat mengobrol seolah nggak pernah bermusuhan sebelumnya? Dia pasti akan mengolok-olok aku!

“Meis!” Aku menatapnya. “Kok Kak Mias bisa kena flu?”

“Aku kan nanya kamu!” Dia menggeleng, menggerutu.

“Kemaren ada cowok kutil yang nyuruh kami kabur.”

Meis nyengir. Dia merasa tersindir. Dan aku memang sengaja melakukannya. Aku sengaja menyindir Meis agar dia sadar kalau aku nggak akan kena flu tanpa rencana anehnya itu! Mana ada cowok disuruh kabur karena kejaran cewek? Sok ngartis banget aku!

Tapi kenapa aku mau-mau saja dipaksa begitu?

Pasti ada apa-apanya ini! Pasti Meis sudah merencanakan sesuatu yang sangat biadab. Meski badannya kecil dan kurus begitu, tapi otaknya gemuk dengan kejahatan!

“Kabur bukan berarti hujan-hujanan, lho!”

“Ya mana kami tahu! Hujannya kan mendadak, nggak bisa di-pause dulu gitu!” Aku membela diri. Meis menghela napas sok dramatis. Jemarinya bergerak di depanku. Dalam beberapa detik, dia tersenyum lebar dan mencurigakan.

“Flu Kak Mias parah banget, lho!”

Aku menelan ludah. Sebenarnya kemarin ada hal besar yang terjadi. Kak Mias melepaskan kemejanya, lalu memberikannya padaku. Aku sempat menolak, tapi dia memaksa. Malu dilihat orang katanya. Dia juga memakai kaos lengan pendek, jadi nggak terlalu topless dan bikin malu. Mungkin dia sadar kalau aku kedinginan waktu itu.

30 Days Make Me Feel Your LoveWhere stories live. Discover now