Day 15. Meis Sengaja!

11.7K 2.2K 233
                                    

Meis datang setelah itu. Dia melihat aku dan Kak Mias yang duduk di meja makan dan mengobrol canggung. Dia melangkah ke dekatku, lalu duduk dan ikut makan.

“Maaf, ya tadi aku keluar nggak bilang-bilang kamu dulu! Nggak tega, sih!” Meis nyengir. Dia menyuapkan nasi ke mulutnya. Masakan Kak Mias enak sekali, tapi karena orangnya ada di sini... tekananku makin berat.

“Nggak apa.” Aku berbisik, mencoba mencairkan suasana. Untung saja Meis datang, jadi aku nggak perlu berdiam diri bersama Kak Mias seperti tadi.

Meis tersenyum lebar dan kembali menyuapkan makanan ke mulutnya. Dia menatapku, lalu tertawa. Aku merengut karena curiga. Dia minus hiburan, jadi menjadikanku sasaran tawanya. Padahal nggak ada yang aneh denganku. Hanya bajuku yang raib dari badan. Tinggal kaos dalam yang kupakai beserta celana seragama sekolahku.

“Kenapa?” tanyaku pelan.

“Lucu, Mahi! Pas kamu tidur tadi, aku nggak tega bangunin. Kamu tidurnya nyenyak banget, sih!”

Percakapan ini nggak akan ada yang aneh selama Kak Mias nggak ada di sini. Cowok itu masih saja nggak peduli dan sibuk dengan piringnya. Aku juga nggak tahu apa yang dia pikirkan saat ini.

“Lucu apanya?”

“Kakak tahu, nggak? Mahi kalau tidur lucu banget, lho! Imut. Badannya digulung, trus ya... matanya gerak-gerak. Pengen aku jahilin, tapi aku nggak tega juga.”

Perasaanku makin nggak enak. Aku malu sekali dengan ucapan Meis sekarang. Bagaimana bisa dia mengatakan hal-hal memalukan seperti itu? Aku nggak bisa menerima semua ini!

“Nggak ada yang lucu, Meis!” ucapku ketus.

“Tapi lucu, lho, Kak! Tadi awalnya aku mau manggil Kak Mias buat lihat juga, tapi Kak Mias masih masak. Ya udah aku biarin. Ternyata Mahi udah turun duluan, ya!”

Meis biadab! Dia memang sengaja meninggalkan kami berdua! Dia memang sengaja meninggalkanku dan Kak Mias di rumah ini! Dia sengaja melakukannya!

Baru kali ini aku merasa dikhianati olehnya! Tapi sayangnya aku nggak bisa bilang ataupun marah. Aku nggak enak, nggak mau cari musuh! Meis tersenyum lembut dan akhirnya menepuk bahuku.

“Kakak, Kakak sibuk, nggak?” tanyanya.

“Ada apa?” Kak Mias mendongak, menyahut pelan. Tatapan mata kami bertemu. Aku menelan ludah dan kembali menunduk.

“Aku punya PR matematika, tapi aku nggak bisa. Mahi ada PR juga, kan?” Meis menyenggolku. Aku mengangguk. Aku baru mendapatkan PR itu hari ini. Guru matematika kami sama. Meis di jam pertama, aku di jam setelah istirahat tadi.

“Trus?”

“Ajarin, ya? Ya?” Meis merayu.

“Kakak lagi sibuk, Meis. Nanya temen aja!” Kak Mias menolak cepat, tanpa pikir panjang lagi.

“Tapi, Kak...” Meis mengembuskan napas. “Mahi kan nggak bisa juga!” Dan dia kembali merayu.

Aku melongo. Kenapa dia menjadikanku alasan agar diajari matematika? Meski aku nggak diajari oleh Kak Mias, aku bisa menyontek pada teman-temanku yang ahli besok.

Menyontek memang bukan gayaku, tapi kalau sudah kepepet, aku mau-mau saja! Lagi pula... menyontek di pagi hari adalah rutinitas yang nggak aneh lagi di kalangan siswa. Kami sudah biasa menyontek satu sama lain.

Karena aku bukan siswa pintar yang menonjol, jadi aku jarang diperhatikan. Aku hanya suka pelajaran bahasa Inggris. Itu juga karena gurunya baik hati dan menyenangkan. Selebihnya, aku nggak terlalu suka. Meskipun nilaiku nggak terlalu rendah, tapi pas di atas standar kelulusan minimal itu lumayan menyakitkan.

30 Days Make Me Feel Your LoveWhere stories live. Discover now