Extra Part 6

4.3K 132 0
                                    

Freaky Honeymoon #2

Christine POV
Setelah 2 jam dalam perjalanan. Kami tiba di destinasi liburan pertama kami. Dalam perjalanan pak Ketut sudah menceritakan tempat ini. Namun aku tidak begitu mengerti karena aksen Bali pak Ketut saat berbicara membuatku tidak fokus dan sukses selalu membuatku tertawa.
Yang bisa ku mengerti, tempat ini berada disalah satu daerah timur Bali, bernama Bangli, dan letaknya di pegunungan. Membuatnya begitu asri, udaranya segar dan sejuk, juga pemandangan hutan yang sangat memanjakan mata, hal yang jarang kudapat di Seattle maupun New Orleans.
Pintu yang terbuka membuyarkan lamunanku, tangan kekar Aaron mengulur dan Ia sedang tersenyum, membuat tingkat ketampanannya naik 100%. Aku menerima uluran tangannya dan Ia langsung merangkulku.

 Aku menerima uluran tangannya dan Ia langsung merangkulku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mr and Mrs. Harris, welcome to Penglipuran." Ucap Pak Ketut begitu kami mulai memasuki tempat ini. Ternyata ini sebuah desa. Dan suasananya sangat asri dan tradisional.
Pintu-pintu mereka terlihat seragam, begitu juga rumah mereka. Sangat rapi, dan satu hal yang unik dari desa ini adalah tidak ada kendaraan bermotor yang memasuki wilayah desa. Membuatku terkagum.
Aaron sedang asik menikmati pemandangan, aku diam-diam mengambil gambarnya. Dan sialnya aku ketahuan.
"Jadi istriku menjelma menjadi paparazzi huh?" Ucapnya sambil menaikkan sebelah alisnya. Aku hanya tersenyum lebar.
"Tuan dan nyonya bisa berpose disini. Saya akan memfoto kalian." Ucap pak Ketut mengarahkan kami.
Berbagai pose kami lakukan dan terakhir Aaron menarikku kedalam pelukannya dan mencium keningku. Uh... aku yakin wajahku memerah sekarang.
"Wah kalian sungguh romantis. Kalian memang benar-benar pasangan yang serasi." Ucap pak Ketut dramatis. Yang membuatku dan Aaron tertawa.
Kami memasuki tiap rumah yang berada di desa Penglipuran. Melihat setiap aktivitas yang ada, seperti memasak. Mereka masih menggunakan tungku api sebagai sarana memasak, aku terkagum melihatnya.
Lalu seorang nenek mendekatiku dan menatapku dengan aneh.
Aku merasa agak canggung. Aku menatap khawatir kearah Aaron dan pak Ketut.
Pak Ketut mendekat kearah nenek tua itu.
"Ada masalah apa nek?" Aku yakin pak Ketut sedang bertanya kepada nenek itu dalam bahasa Bali.
".........." nenek itu menjawab pertanyaan pak ketut.
Mereka berbincang beberapa saat, diakhiri oleh anggukan dan senyuman penuh arti dari pak Ketut.
Aku dan Aaron menatapnya bingung.

"Nenek tadi menanyakan, apakah kalian pengantin baru. Dan sesuai tradisi masyarakat, pengantin baru akan diberikan semacam seserahan ala masyarakat Bali." Ucap Pak Ketut.
Aku dan Aaron hanya ber oh ria. Dan tak lama kemudian nenek itu keluar dari rumahnya, dan memberikanku dan Aaron sebuah gulungan daun. Kami menerimanya dengan ragu.
"Jangan sungkan tuan dan nyonya Harris. Itu adalah daun sirih, dicampur buah pinang dan kapur sirih. Sebagai penyambutan tradisional rakyat Bali pada tamu yang berkunjung kerumah mereka. Dan berharap semoga tamu yang berkunjung terhindar dari mara bahaya dan selalu selamat." Ucap pak Ketut menjelaskan.
"Lalu kami apakan ini?" Tanya Aaron sambil menatap gulungan daun itu.
"Kalian tinggal mengunyahnya saja. Harusnya sih ditelan kalau kalian bisa. Tapi karena kalian tidak terbiasa, kalian bisa mengunyahnya secara simbolis." Jawab pak Ketut sambil mengunyah daun yang diterimanya dengan santai.
Aku dan Aaron mengunyahnya sedikit.
"Oh jadi ini yang namanya daun sirih. Daun ini yang berkhasiat menguatkan gigi dan gusi. Aku sangat jarang menemukan daun ini di Seattlebahkan tidak pernah." Gumam Aaron mengunyah gulungan daun itu.
"Disini ada banyak tuan." Sahut pak Ketut sambil tertawa.
Lalu nenek tua itu kembali dan membawakan kami dua buah gulungan kain dan menyerahkannya pada kami.
"Ini adalah tradisi lain di Bali. Jika ada pengantin baru, maka anggota keluarga tertua akan memberikan seserahan, dalam bahasa bali disebut 'penyalin'. Berisi kain batik dan pakaian tradisional Bali. Sebagai simbol bahwa kalian akan menjalani suasana hidup yang baru, dengan memakai pakaian adat Bali yang baru atau 'anyar'." Jelas pak Ketut.
Kami menerima pemberian nenek itu dan mengucapkan terimakasih.
"Suksma nggih odah." Ucap pak Ketut dalam bahasa bali, yang berarti 'terimakasih nek' sambil mencakupkan tangannya didada seraya membungkuk.
Nenek itu membalasnya dengan senyum lebar.
Kami keluar dari pekarangan rumah nenek itu dengan perasaan senang. Aku merasa sangat tersanjung dengan perlakuan nenek yang ramah itu. Membuatku memeluk erat lipatan kain itu didadaku.
Kami berjalan menuruni jalan Desa dan pandanganku berhenti menangkap sebuah lahan kosong yang ditumbuhi rumput liar ada papan yang bertuliskan 'karang memadu'. Aku yakin itu bahasa Bali, karena sangat sulit untukku mengeja nya.
Rasa penasaranku membuat aku memanggil pak Ketut.
"Pak, ini tempat apa?." Tanyaku antusias.
"Ini adalah karang memadu, karena masyarakat Penglipuran tidak mengijinkan adanya sistem Poligami dan Poliandri atau memiliki pasangan lebih dari satu. Maka setiap masyarakat yang ketahuan memiliki pasangan lebih dari satu, tidak diijinkan bermukim di kawasan Desa, mereka akan ditempatkan di lahan ini." Jelan pak Ketut.
"Dan tidak pernah ada masyarakat yang berpasangan lebih dari satu. Selama yang saya tahu." Lanjut pak Ketut.
Aku mengangguk mengerti.

Hari sudah semakin sore, saat kami meninggalkan desa Penglipuran.
Aku bersandar di pundak Aaron karena kelelahan.
Aaron juga kelelahan, namun Ia sempat-sempatnya menjahiliku dengan menggelitikiku ataupun menarik hidungku.
Pelakunya hanya tertawa saat aku menatapnya dengan galak.
Kami tiba pada destinasi kedua kami saat hari sudah sore. Pak Ketut menyuruh kami untuk mengenakan pakaian yang tadi diberikan oleh nenek itu.
Pak Ketut membantu kami mengenakan kain itu di pinggang kami. Khusus Aaron, Pak Ketut memakaikan pengikat kepala pada Aaron. Ditambah dengan kacamata hitamnya, Aaron semakin terlihat tampan. Membuatku selalu menatapnya.
"Puas menatapku Mrs. Harris?" Ucapnya sambil menyeringai.
Aku hanya mengalihkan pandanganku darinya.
"Sekarang kita berada di Pura Tanah Lot, dan pas sekali kita akan menyaksikan sunset yang ikonik disini." Seru pak Ketut antusias.
Kami hanya bisa tersenyum melihat tingkah guide kami itu.
Aku kagum melihat pemandangan yang ada didepanku. I mean, come one. Dimana lagi aku dapat melihat tempat ibadah yang berada tengah laut.
Kami berdiri diantara banyak pengunjung yang menikmati tempat ini.
Tibalah saat yang ditunggu oleh wisatawan, yaitu sunset.
Aku menatap sunset dengan kagumnya, Pura Tanah Lot dengan latar belakang langit jingga dan deburan ombak membuat suasana begitu memukau. Aaron yang sejak tadi berdiri disampingku, menarik tubuhku menghadap padanya. Ia menatapku lekat lalu mencium keningku dengan sayang.
"I love you Christine." Gumamnya sambil menatapku lekat.
Aku hanya bisa tersenyum tanpa bisa berkata-kata.

Kami tertidur selama perjalanan pulang, dan pak Ketut membangunkan kami setelah sampai di hotel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kami tertidur selama perjalanan pulang, dan pak Ketut membangunkan kami setelah sampai di hotel.
Kami berterimakasih pada pak Ketut dan melangkah gontai kedalam kamar kami.

Aaron dengan santainya menanggalkan semua pakaiannya didepanku. Membuat wajahku memerah melihat pemandangan didepanku.
Ia menatapku dan menyeringai seram. Ia mendekatiku dan memelukku erat, namun tangannya merayap menanggalkan pakaianku satu persatu.
Ia menatapku dan menciumku pelan.
Lalu dengan lengan kekarnya menggendongku masuk kekamar mandi tanpa melepas ciuman kami.

I'm in love with you, doc!Where stories live. Discover now