I said no more love, stupid heart

6.1K 278 0
                                    

Christine POV
Sudah 3 hari Aaron dirawat di rumah sakit. Dokter yang menanganinya mengatakan ia tubuhnya mengalami kelelahan hebat, kurangnya nutrisi dan anemia. Aaron pun sudah 3 hari ini belum terbangun. Membuatku sangat khawatir, setelah beberapa hari lalu aku berjanji pada diriku untuk tidak membiarkan perasaan apapun tercurah untuk pria ini. Namun hatiku menolak untuk tidak peduli padanya.
Malam harinya, sebuah erangan membangunkanku dari tidurku. Aaron terbangun. Walaupun masih terlihat lemah, namun itu sudah menghilangkan sebagian rasa khawatirku. "Hey... syukurlah kau sudah bangun."ucapku tanpa bisa menahan senyum dan air mata bahagiaku.
"Dimana ini." Tanyanya bingung dan berusaha bangun.
"Jangan bangun, berbaringlah. Kau ada dirumah sakit karena kau pingsan 3 hari yang lalu. Tunggu sebentar aku akan memanggil dokter." Jawabku dan bergegas keluar kamar dan memanggil dokter.
Dokter masuk ke kamar dan memeriksa Aaron.
"Kondisimu masih sangat lemah Aaron, jadi kau harus dirawat disini sampai 5 hari kedepan, aku akan mengurus jadwalmu agar kau bisa istirahat total." Ucap dokter dengan name tag yang bertuliskan Dr. George.
" Thank you very much Dr. George." Jawab Aaron. Dokter itu mengangguk dan berjalan keluar kamar.
Aku duduk di kursi sebelah ranjang Aaron. Keheningan menyelimuti kami, sampai Aaron bertanya. "Emm.. apa kau yang membawaku kemari?" Ucapnya memecah keheningan.
"Ngee.. iya. Aku dan Jack membawamu kemari." Jawabku gugup.
"Terima kasih." Ucapnya seraya tersenyum.
Aku membalasnya dengan senyum kikuk dan mengalihkan pandanganku dari wajahnya.

Hari berikutnya aku masih menemani Aaron di rumah sakit. Aaron sedang berbaring sambil membaca buku, entah buku apa. Aku ingin menegurnya dan menyuruhnya istirahat, egoku kembali merajalela. Kami menoleh saat pintu kamar terketuk dan masuk seorang perawat membawakan sarapan. "Selamat pagi, saya membawakan sarapan untuk pasien, dan ini obat yang harus diminum setelah makan." Ucap perawat itu.
Aku mengangguk, dan perawat itu permisi keluar dari kamar.
"Aaron, bisa hentikan dulu membacanya? Kau harus sarapan dulu." Kataku. Ia menoleh sekilas.
"Nanti saja." Jawabnya singkat. Aku tidak menyerah dan menyuruhnya lagi.
"Kau harus sarapan sekarang, semakin lama kau pulih semakin lama kau akan berdiam disini." Kataku dengan nada memaksa.
Ia menatapku. "Yasudah suapi aku. Jadi aku bisa makan sambil membaca." Ucapnya dengan enteng.
Aku menghela nafas kasar. Namun jika ini satu-satunya jalan agar dia mau makan, akan kulakukan.
Aku menyendokkan bubur lalu mengarahkannya ke mulut Aaron. Aaron membuka mulutnya dan memakan bubur itu. Ia tersenyum, senyum yang sangat familiar diingatanku. Seperti aku pernah melihat senyum ini pada seseorang. Tapi aku tidak ingat siapa.
"Kau tahu, aku tidak pernah disuapi oleh siapapun." Ucapnya setelah memakan suapan bubur terakhir.
"Benarkah? Ibumu tidak pernah menyuapimu?" Tanyaku.
"Tidak, seingatku tidak." Jawabnya sambil menggedikkan bahu.
"Aku senang, saat aku dalam kondisi seperti jni, ada kau yang menemaniku dan mengurusku. Terima kasih Christine." Ucapnya dengan tatapan sungguh-sungguh. Setidaknya dimataku.
Jantungku berdegup tak keruan, dan pipiku memerah. Aku tersenyum gugup.
"Tidak masalah, setelah apa yang kau lakukan untuk membantuku, anggap saja ini balas budi." Jawabku. Baru saja hatiku terasa bahagia. Pandangan kami teralih kepada pintu yang terketuk. Dari sana muncul seorang wanita, kuakui sangat cantik, berambut pirang, datang menghampiri Aaron dan mengecup bibirnya. Wanita yang berbeda dengan wanita yang ada diruangan Aaron. Aaron baby.. sejak kapan kau dirawat? Maafkan aku baru bisa menjengukmu." Ucapnya. Lalu pandangannya beralih padaku. "Siapa kau?" Tanyanya padaku.
"Mm.. aku asistennya." Jawabku sekenanya. "Baiklah tuan, jika sudah ada yang menunggui anda, saya permisi dulu." Ucapku sambil tersenyum kaku.
Aku tidak kuat lagi, dua kali perasaan ini muncul, dua kali ia memberikan harapan. Dua kali juga aku melihatnya dengan wanita lain.
Aku pergi ke mansion, membereskan barang-barangku dan berpamitan pada Jack dan May lalu pergi. Entah kemana, yang penting menjauh darinya.

I'm in love with you, doc!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang