The truth

6K 265 0
                                    

Aaron POV
Setelah menginap di rumah ibu. Keesokan paginya aku sudah bersiap-siap untuk pulang. Aku mengambil ponselku dan menekan satu nama.
Setelah menunggu sesaat, suara diseberang sana menyahut. "Hey, bisakah aku bertemu denganmu? Aku ingin meminta bantuanmu." Kataku. Setelah itu memutus teleponnya.
Aku memacu mobilku kearah gedung apartment di pusat kota Seattle. Menekan tombol lift paling atas dan langsung membawaku kepuncak. Lalu aku memasuki sebuah penthouse milik sahabatku Brian. Ia adalah Psikiater hebat. Kami sudah bersahabat sejak masuk kuliah kedokteran.
"Hey, bro.. lama tidak berjumpa. Bagaimana kabarmu." Ucapnya sambil memelukku.
"Seperti biasa, bagaimana kita akan sering bertemu, kau sangat sibuk. Bagaimana karirmu di New York?" Tanyaku.
"Yah.. benar.. namun aku memusatkan aktivitasku di Seattle. New York terlalu ramai buatku." Jawabnya sambil tersenyum lebar.
"Apa yang bisa kubantu? Sepertinya ini sangat serius?" Lanjutnya.
"Bagaimana membuat orang yang lupa akan ingatanya, dapat mengingat kembali kenangan masa lalunya?" Tanyaku langsung.
Brian tampak menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Kenapa? Kau ingin mengetahui masa lalumu? Bukankah kau sudah tahu? Kau yang mengatakannya padaku." Jawabnya.
"Ini bukan soal orang tuaku. Ini soal seorang wanita. Aku rasa dia ada hubungannya dengan masa laluku." Kataku. Dan langsung menceritakannya dari awal kepada Brian.
Brian tampak mengangguk dan berpikir sejenak.
"Jadi kau ingin aku mempraktekkan hypnotherapy padamu?" Tanyanya.
"Iya, aku ingin mengetahuinya. Karena aku mulai mencintainya." Kataku akhirnya mengakui.
"Mengapa tidak kau katakan padanya lebih awal?"
Pertanyaannya membuatku terdiam.
"Mungkin egoku terlalu besar untuk mengakuinya. Jadi bagaimana?" Ucapku kemudian.
"Baiklah." Jawabnya.
Lalu dia menggiringku ke pada sebuah sofa dan menyuruhku berbaring dan menutup mata.
Setelah ia memberikan sedikit sugesti yang membuatku menjadi relax, pikiranku mulai melayang dan sedikit demi sedikit kembali kedalam mimpi itu.

Dengarkan ayah Leo. Kita harus pindah ke Seattle. Ayah mempunyai peluang kerja yang bagus disana, disana juga kau akan mendapat pendidikan yang lebih berkualitas." Seorang lelaki tua sepertinya sedang berbicara pada anaknya.
"Tapi ayah, itu artinya aku tidak akan tinggal disini? Tidak akan bertemu lagi dengan Christine?." Itu aku? Siapa pria tua ini? Apa ini ayah kandungku?
"Maafkan ayah Leo, tapi ayah tidak punya pilihan lain. Jika kamu tetap disini, siapa yang akan merawatmu?"
"Baiklah ayah, tapi aku harus berpamitan pada Christine." Dari ekspresinya, pasti aku sangat sedih saat itu, pikirku.
"Baiklah.."
Mimpiku melayang kepada adegan dimana aku bertemu anak perempuan itu.
"Leo, apakah kau harus pindah rumah?"
"Yes, I have to. Ayahku harus pindah, jadi aku juga harus pindah Tine."
"Lalu siapa yang akan bermain denganku? Memberi makan mr. Fluffy? Dan mengobatiku jika aku terjatuh?"
"Aku janji, aku akan sering mengunjungimu. Aku juga janji akan menjadi dokter sungguhan agar bisa mengobatimu terus."
"Bagaimana kamu akan mengunjungiku? Kata mom Seattle sangat jauh, lebih jauh dari Kiddy Land."
"Iya juga ya. Begini saja. Ini, kamu bawa fotoku, dan aku akan bawa fotomu. Jadi saat kau merindukanku, atau sakit. Kau bisa selalu mengingatku. Dan jadi kuat."

Mimpiku kini berkelebat, dan membawaku kepada sebuah ingatan saat aku berada didalam mobil.
Ayah sedang menyetir dan ibu duduk dikursi penumpang depan.
Aku yang saat itu masih seorang bocah kecil, sedang menatap keluar jendela, saat sebuah truk menghantam mobil kami. Mobil kami terguling beberapa kali sampai akhirnya terhenti oleh sebatang pohon. Aku melihat ibu dan ayahku terluka. Begitu banyak darah. Ayah sudah tak bergerak. Namun ibu. Ibu menggerakkan tangannya ke tombol kunci dan membuka kunci pintuku dan mengisyaratkanku untuk keluar dari mobil. Aku berusaha keluar dan setelah berhasil, aku segera lari meminta bantuan. Saat itulah mobil meledak dan terbakar.
Memoriku berpindah kepada kenangan saat dirumah sakit. Mereka memberitahuku bahwa orangtuaku sudah meninggal. Saat itulah aku bertemu dengan ibu dan ayah angkatku.

Aku tersentak dan terbangun dari proses hypnotherapy ku. Brian menatapku menunggu jawaban.
"Jadi bagaimana? Kau menemukan jawabanmu?" Tanyanya langsung.
"Sepertinya begitu. Terimakasih Brian." Ucapku lalu segera bangkit dan pergi dari penthousenya.
"Anytime bro." Jawabnya

I'm in love with you, doc!Kde žijí příběhy. Začni objevovat