p r o l o g :

2.4K 97 12
                                    

"Loh, Pak stop Pak!"

Aku refleks berteriak ke supir mini bus yang sedang kutumpangi, membuat bus itu berhenti mendadak hingga membuatku hampir jatuh tersungkur. Untung saja aku berhasil menarik pundak kernet bus yang sedang berjaga di dekat pintu bus untuk menjaga keseimbangan tubuhku.

"Jangan ngedadak gitu dong, Bang, kalau mau turun!" semprot si kernet bus.

"Maaf, Mas. Tapi, ini busnya belok ke arah sana, ya? Saya kira lurus terus."

Ya, ini memang pertama kalinya aku pulang kantor menggunakan kendaraan umum. Aku biasa mengendarai mobil pribadiku yang saat ini sedang beristirahat di bengkel langgananku. Dan jadilah sore ini aku menaiki bus yang ternyata tidak melalui jalan rumahku. Bodoh sekali, bukan?

"Kalau yang lurus ke sana itu beda bus, Bang! Naik yang lain aja, gih!"

"Oh, gitu ya?" Aku menghela napas, menahan kesal.

Kemudian, aku menyerahkan sejumlah uang kepada kernet bus tersebut, dan melompat kecil keluar bus.

Aku berdecak memandangi bus yang tadi kutumpangi sudah berbelok arah. Benar-benar hari yang tidak menyenangkan. Tadi pagi, mamaku terus saja membanggakan calon istriku yang merupakan pilihannya yang bahkan tidak kukenal. Ya, mamaku menjodohkan aku dengan anak temannya. Untuk apa aku dijodohkan? Alasan mama karena umur dan kondisiku saat ini sudah sangat matang untuk menjadi kepala rumah tangga. Ya, apa pun alasannya, aku tidak suka perjodohan. Itu terlalu kolot!

Setelahnya, mobilku harus diserempet di tengah perjalanan ke kantor hingga harus menginap di bengkel karena baret yang cukup panjang di body mulusnya. Membuatku berakhir di sini karena salah bus menuju rumah.

Aku melirik taman kota yang berada tak jauh di hadapanku. Sepertinya aku beristirahat saja dulu di sana. Kalau diingat-ingat, aku sudah jarang sekali menikmati sore di tempat hijau seperti ini. Biasanya, aku justru masih di kantor dan mengurus semua data-data yang membuat kepalaku mendidih.

Baru saja aku hendak melangkah, aku melihat seorang preman berlari di hadapanku sambil menggenggam sebuah dompet. Tidak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa itu adalah dompetku.

"Tolong!" teriakku seraya berlari mengejar pencopet itu.

Langkahku sontak terhenti ketika melihat seorang wanita menghadang jalan si pencopet. Aku mencoba mengatur napasku yang tersengal-sengal sambil tak lepas memandang aksi wanita itu. Dengan berani, wanita itu menantang si preman dengan mata tajamnya. Lalu, entah apa yang dilakukan wanita itu kepada si pencopet hingga pria sangar itu sudah jatuh terbanting di hadapannya dan lari terbirit-birit dengan raut ketakutan.

"Wah," ujarku refleks.

Dari pengamatanku, wanita itu pasti mahir bela diri. Terlihat dari kukuhnya kuda-kuda yang dia jadikan tumpuan ketika mengatasi preman itu. Benar-benar wanita tangguh!


Tunggu dulu! Wanita itu menatapku. Dia... dia menatapku, tepat di mata biruku. Aku tak bisa bergerak dan lebih memilih menunggunya menghampiriku di tempatku berdiri saat ini. Ya, menunggunya seraya membalas tatapannya yang entah mengapa mampu membuat jantungku treadmill.

"Punya kamu, kan?"

Astaga, suaranya bahkan sangat merdu di telingaku. Aku mengerjap dan mengangguk canggung, tanpa mengucapkan satu kata pun.

Dia menyerahkan dompetku seraya tersenyum manis. "Tolong diperiksa dulu, ada yang hilang atau gak," ujarnya.

"Ah, i-iya." Aku mengambil dompet itu yang untungnya tidak sampai dengan tangan gemetar saking gugupnya.

Ya, mungkin ini yang membuat mamaku menjodohkan aku dengan pilihannya. Aku memang tidak pernah mampu membuka pembicaraan dengan wanita yang sanggup membuat jantungku berpacu tak seritme.

Kalian tahu? Sebenarnya saat ini aku sedang mengumpulkan niat untuk membuka obrolan, bertanya siapa namanya, dan kalau perlu, langsung saja kutanya apakah dia sudah memiliki kekasih? Namun, sampai dia berbalik dan berlari meninggalkanku, aku masih diam mematung.

"Hei, tunggu!" teriakku akhirnya saat dia sudah cukup jauh.


Mungkin dia tidak mendengarku atau dia memang sedang buru-buru, entahlah. Yang jelas, dia terus berlari tanpa menghiraukan teriakanku.

Aku melihat dompet di dalam genggamanku, lalu tersenyum tipis. "At least, aku bertemu wanita cantik setelah rentetan kesialanku."



***

Hai semua. Kali ini saya coba publish dengan naskah revisi. Semoga jauh lebih baik, seru dan bikin baper tentunya. Silakan dibaca.

Oh iya, jangan lupa juga baca cerita romance komediku di akun beliawritingmarathon yang berjudul

MODUS

BISA KAN BUKAIN PINTU HATIMU BUATKU?

Vote dan komen, ya. Soalnya ada hadiahnya juga buat pembaca yang beruntung. Paket novel dari Bentang Pustaka. Nah kapan lagi coba baca kisah seru dan dapat hadiah lagi. Yok meluncur ke ceritaku itu. Nah ini penampakan covernya.



Jangan lupa dukung saya dengan vote MODUS ya teman-teman. Satu suaramu sangat mendukung agar naskah MODUS jadi pemenang.

Makasih.

K. AGUSTA

JANGAN JODOHKAN AKU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang