5.Cafe

1.2K 41 17
                                    


Minggu, 05 : 59.am

Kubuka tirai kamarku yang seolah matahari ingin menerobos masuk menyinari hariku, untung matahari bukan awan mendung , lalu kulanjutkan untuk mandi dan bersiap untuk sarapan.

" Rinaa lo udah bangun ?"gumam kakaku memanggil.

" Udah kak !" jawabku yang sibuk merapikan kamar.

Kakakku, ia seorang yang tegas walau begitu ia juga penyayangkok
Itulah kakaku yang selalu setia membimbingku, kau ingatkan saat aku mengerjakan tugas kemarin malam ?, dan inilah keseharian kakaku yang selalu berteriak untuk memanggilku, ma'lumi saja karena kamarku dan kamar kakaku hanya di pisahkan oleh satu dinding pembatas jadi tak heran jika rumah ini slalu di penuhi oleh teriakanku dan kakaku.

Seusai sarapan dan mandi kupakai dress warna biruku untuk berjalan menelusuri kota yang pasti ramai dengan para pesepeda dan pelari pagi, toko toko dan cafepun ikut serta meramaikan pagi ini, Green tea latte itulah minuman yang slalu menemani hari mingguku saat berada di tengah tengah kota, kau suka latte kan ?

" Bu aku pergi dulu ya !"

" Iya, hati hati ya nak !"

Setelah pamit akupun pergi dengan sepeda ku, dan mulai menelusuri kota yang ramai, kring... kring...
kubunyikan sepedaku yang telah lama tak bersuara untuk menambah suasana kota, ngomong ngomong apa gunanya ya ?

Kulihat toko toko dan cafe mulai berganti kata yaitu dari " close " to " open ", kulihat itu setiap minggu yang pastinya membuat para pemilik cafe bersenang hati karena banyak pelanggan yang ingin bersarapan.

Ku hentikan sepedaku dan mulai mencari cafe untuk ku mampiri, kulewati lorong kota yang gelap tak terterangi di penuhi tumpukan tong sampah.

" Meoww "... suara itu, kucing !, apa memang di dalam sana ada kucing ? ,kurasa aku sebaiknya masuk ke dalam lorong itu, suaranya terasa semakin mendekat dan semakin mendekat, semoga jangan anjing yang mendekat ya, kau taukan giginya yang tajam itu, tapi itu tak mungkin bukanya suaranya juga sudah jelas kucing ?

Dan benar saja, kulihat dua anak kucing di dalam kardus, aku rasa ada orang yang membuangnya ke tempat pembuangan ini, tega benar orang itu, apakah sebaiknya kurawat saja kucing ini, tapi bagaimana jika Ibuku melarangnya ?, mudah mudahan tidak, lalu akupun membawa kedua anak kucing tersebut dari lorong dan memberinya susu yang sudah kubeli dari toko sebelah.

" Kamu suka kucing ya ?" aku kenal suara ini, Harry !.

" Harry, kenapa kamu ada di sini ?"

" Enggak, gue tadi mau ke cafe tapi gue liat lo disini jadi terpaksa gue kesini dulu."

" kebetulan aku juga mau ke cafe, tapi tadi aku nemu anak kucing ini jadi mampir dulu kesini." Gumamku menjelaskan.

" kalau begitu, bareng yuk."

" Tapi kucingnya..."

" Bawa aja ."

Lalu kamipun mulai berjalan menuju cafe terdekat dengan menjinjing sebuah dus yang berisi dua anak kucing, dan sampailah kami di cafe yang menyediakan banyak berbagai jenis Latte dan Coffe yaitu cafe berwarna biru bernuansa eropa klasik yang berdekatan dengan toko sepatu.

Setelah itu kamipun memesan menu kami masing masing, kau tahukan menu yang akan ku pesan ?, lalu pelayanpun datang dengan membawa dua gelas kopi yang telah kami tunggu selama lebih dari dua menit.

" Ngomong ngomong kamu suka Cappuccino ya ," ujarku pada Harry yang sedang menyeruput Cappuccino nya.

" begitulah, kamu tahukan Cappuccino asalnya dari mana ?"

" Italia kan ," lalu entah kenapa ia malah tersenyum padaku.

" Tapi sebenarnya ada dua jawaban sih, kesatu dari Italia dan kedua dari Turki ." Turki apa itu benar ?

" Aku ceritain sedikit ya ,Ceritanya berawal dari kopi kopi Tentara utsmani ( Turki ) yang tertinggal di Wina, Austria tepatnya setelah peperangan melawan tentara gabungan Polandia dan Germania, kemudian berkembanglah minuman yang berbahan dasar kopi tersebut seperti lattemu itu ."

" Ternyata luas juga ya wawasan kamu ."

" Cuma tahu sedikit ," gumamnya dengan seulas senyuman yang kedua kalinya.

" Eh aku balik dulu ya ."

" kalau begitu hati hati di jalan ya ."

Lalu iapun pergi dan mengayuh sepedanya yang tersimpan di dekat toko, beberapa menit kemudian akupun berjalan menuju pelayan untuk membayar menuku.

" Ini uangnya pak ,"gumamku memberikan uang.

" Udah neng ," udah... jadi ada yang bayarin ?

" Sama siapa Pak ?"

" Sama orang yang duduk sebangku ," Harry yang bayarin, tajir banget orang itu, makasih ya.

Setelah itu akupun berjalan kembali ke mejaku untuk membawa anak kucing tadi, Sweater, jaket sweater siapa ini, oh iya bukanya ini milik Harry kenapa ia bisa melupakan sweaternya sediri ?, jadi terpaksalah aku harus membawanya pulang bersamaku dan kedua anak kucing ini, lalu ku kayuh sepedaku untuk berjalan menuju rumahku dengan membawa beban sedemikian rupa ini.

Chapter 5
Jangan lupa votenya di tunggu.

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang