"Terserah kamu lah. Kamu ngga pernah ngerti gimana rasanya jadi aku yang ngawatirin kamu kalo kamu bertindak kaya gini."

"Maaf ndra. Kali ini kamu ga bisa ngeluluhin ego aku."

Setelah mengucapkan itu, Fathan pun memilih pergi dari pada terus menerus beradu argumen dengan Andra. Sedangkan Andra pun kembali ke kursinya tadi.

"Kenapa ndra? Kok malah jadi kusut gitu muka lo?" Tanya Tania.

"Udah lah jangan tanya tanya dulu. Mood gue lagi jelek parah." Jawab Andra sinis.

Akhirnya Kinta, Rosa, dan Tania pun memilih untuk diam. Karena mereka tau, mengintrogasi Andra sekarang sama saja seperti memancing singa keluar dari kandangnya.

Sedangkan dilain tempat, Fathan pun sedang berfikir tentang perkataannya pada Andra tadi. Ditengah lamunannya tiba tiba.

"WOI THAN!" Ucap Satya sambil menggebrak meja Fathan.

"Bangsat. Kaget gue bego." Ujar Fathan sambil memegangi dadanya.

"Ya lagian. Ngelamun aja dari tadi. Ditungguin di kantin ga dateng dateng. Ehh ternyata di kelas lagi ngelamun. Kesambet arwahnya Joni mampus lo." Cerocos Satya.

"Hah? Joni? Siapa tuh?"

"Lahh si bego, kudet banget si jadi kapten basket. Itu loh, anak kelas 10 yang meninggal seminggu yang lalu di toilet gara gara."

"Gara gara apaan?" Tanya Fathan dengan tatapan penasaran.

"Itu loh anuu."

"Apaansi ana anu."

Satya tertawa puas. "Gara gara dia kepeleset di lantai yang baru di pel. Kayanya si dia buru buru mau pipis gitu. Ehh malah dapet musibah. Kasian ya."

Fathan memutar matanya.
"Ya namanya umur mana ada yang tau. Eh parah banget si kita ngegibahin orang yang udah meninggal."

"Eh iya ya. Ya tuhan ampunilah dosa hambamu ini." Ucap Satya sambil mengangkat tangannya dan menatap keatas.

"Eh tadi lo kenapa ngelamun gitu?" Lanjutnya lagi.

"Gue mikirin Andra. Tadi dia marah sama gue gara gara gue gamau ngalah sama Tama." Jawab Fathan lesu.

Satya pun mengangguk paham. "Gara gara itu. Ya emang sih, kalo gue jadi Andra, gue bakal ngelakuin hal yang sama. Tapi kalo gue jadi lo, gue bakal abisin tu junior abis abisan."

Fathan berdecak.
"Sumpah ya sat, ngomong sama lu ga guna."

Satya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hehehe ya seenggaknya lo udah ceritain ini, jadi beban pikiran lo sedikit tersalurkan."

Obrolan mereka pun terhenti saat terdengar bel istirahat selesai, pertanda pelajaran selanjutnya akan segera dimulai.

♢♢♢

4 jam berlalu, bel yang ditunggu tunggu pun terdengar. Sorak gembira bagi seluruh siswa, terkecuali Fathan dkk dan Tama dkk. Ini tandanya bendera perang sudah mulai dikibarkan.

My Bad Boy Senior [TELAH TERBIT]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz