Awal Sebuah Perjuangan

618K 29.6K 316
                                    

Setelah obrolan Andra dan Fathan selesai, Andra kembali berfikir bagaimana cara Fathan mendapatkan nomornya melalui ruang tata usaha.

Tapi sebenarnya bukan itu yang menjadi pusat pemikiran Andra, yang menjadi pusatnya adalah mengapa Fathan sampai nekat bertanya tentang nomor hp nya, dan tiba tiba saja mau mengobrol dengan Andra.

"Kira kira, kenapa ya kak Fathan bisa sampe nekat gitu minta nomor gue ke ruang tata usaha. Ahh udah lah, mungkin dia emang iseng aja. Ngga usah dipikirin mending gue tidur aja," ucap Andra sambil memutar mutar handphone nya lalu berbaring di kasur.

♢♢♢

Keesokan harinya, saat Fathan
memarkirkan motornya di parkiran sekolah, ia langsung disambut dengan guru tata usaha yang kemarin ia bohongi, yaitu Pak Ripto. Guru itu berdiri dengan gagahnya di dekat parkiran motor sambil bertolak pinggang dan melihat ke kanan dan kiri mencari sosok yang membohonginya kemarin.

Melihat hal tersebut Fathan langsung mencari jalan lain agar tidak bertemu dengan Pak Ripto, namun saat Fathan mencari jalan lain Pak Ripto sudah mendekatinya. Tak lama kemudian, terdengarlah teriakkan dari Pak Ripto.

"Fathan...... mau kemana kamu," fathan hanya melihat ke sumber suara tersebut dan tidak berkutik, hanya suara di dalam hatinya yang mewakili perasaannya.

"Duh mampus deh gue," ucap Fathan dalam hati.

Tak lama setelah terdengar teriakkan dari Pak Ripto, datanglah sebuah jeweran yang mendarat di telinga Fathan. Jeweran tersebut langsung direspon Fathan dengan memegang telinganya sambil berkata,

"A...duh duh, sakit pak. Masa bapak pagi pagi udah marah aja si sama saya. Nanti cepet tua loh pak kalo pagi pagi udah marah."

"Halah, gausah kebanyakkan ngeles kamu. Kemarin kamu udah bohongin bapak karna minta data rahasia siswa, buat apa kamu minta nomor siswa itu ha?. Kalau kamu mau modus, ngga usah sampai ngebohongin guru, kamu kan bisa minta nomornya dari teman temannya."

"Loh pak, kalau saya minta nomornya ke temen temennya, kan belum pasti bener pak lagian juga udah biasa pak kalau dari perantara temen. Nanti juga pasti temen temennya langsung bilang ke dia kalau saya minta nomornya. Kan kalau dari bapak, nomornya udah pasti bener, terus juga biar adrenalin saya terlatih pak. Selain itu juga perjuangan saya pasti bisa lebih di hargai sama dia," ucap Fathan dengan nada sok bijak.

"Halah sok bijak kamu, bapak gak mau dengar 1001 alasan kamu. Pokoknya sekarang kamu berdiri di tengah lapangan sampai jam kedua selesai, awas kalau kamu kabur."

"Yah pak, nanti rambut baru saya lepek dong pak kena keringat saya. Nanti baju saya bau, terus nanti kulit saya bisa gosong pak. Masa bapak ngga kasian sama saya," kata Fathan sambil menunjukkan tatapan penuh harapan belas kasihan.

"Gaya kamu, potong rambut 6 bulan sekali aja kamu bangga banggain. Udah sana cepetan berdiri di lapangan, saya awasin kamu dari ruang piket."

Akhirnya Fathan berjalan dengan lesu menuju lapangan, semua orang di sekitarnya hanya memandanginya sambil menahan tawa. Mereka takut ingin tertawa di depan Fathan, karna bisa saja hal tersebut akan memancing emosi Fathan dan membawa mereka pada bencana.

Andra yang baru saja datang di kejutkan dengan pamandangan yang baru pertama kalinya ia lihat namun sudah biasa dilihat oleh murid murid SMA NUSA 1. Yaitu Fathan yang berdiri di tengah lapangan, Andra menebak di dalam hati apakah penyebab Fathan berdiri di tengah lapangan adalah karna ia meminta nomor Andra dari ruang tata usaha.

"Kak Fathan dihukum apa karna kemaren dia minta nomor gue ke tata usaha ya, ahh udah lah lu gausah geer deh ndra," Gerutu Andra dalam hati.

—————

My Bad Boy Senior [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now