Bagi Darel, Steffy itu lebih menjijikan dari sebuah kotoran.

Bagi Darel, semenjak mengenal Steffy Leo bukan lagi Leo yang dia kenal.

"Gue tau kita disini cowok semua. Mau lo pada making out sesering apapun di tempat nista yang sering kalian kunjungin itu, kalian gak bakalan bunting."

Mata Leo melotot sempurna mendengar ucapan Darel yang sama sekali gak difillter itu.

"Tapi sadar dong, kita tinggal di perkampungan bukan di komplek perumahan elit yang lo sekarat sekali
pun di dalem rumah, orang sekitar gak bakal tau."

"Kalau tetangga sekitar pada ngira yang macem-macem gimana?"

"Peduli banget sih Rel sama omongan orang."

"Iya lah harus."

Oke Leo kalah telak. Pria berkulit sepucat susu itu memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di atas sofa. Darel sendiri sudah siap berangkat ke kampus karena sekarang pria itu mulai memakai jaket denimnya.

"Jangan kebiasaan tidur di sofa, nanti sofanya jebol gak ada duit buat beli yang baru,"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Darel langsung menyambar kunci mobilnya dan berjalan keluar rumah menuju garasi. Meninggalkan Leo yang kini sedang tercengang sambil menatapi punggung Darel yang perlahan menghilang dari penglihatannya.

Makna tersirat dari kalimat Darel barusan sebenernya adalah;

Jangan keseringan tidur di sofa nanti badan lo pada sakit.

Dulu, Leo pernah tidur hampir seharian di sofa karena ia terlalu malas untuk naik ke lantai dua. Pada akhirnya pria itu tidak masuk kuliah selama dua hari karena terserang sakit pinggang.

Perlahan sudut bibir Leo terangkat. Darel Azio memang akan terus menjadi Darel Azio. Pria dingin bermulut pedas namun diam-diam sangat perduli terhadap orang sekitarnya. Darel bukan tipe orang yang secara terang-terangan menujukkan kepeduliannya. Dia lebih suka mengutarakan kepeduliannya dalam bentuk perintah-perintah bernada pedas atau sindiran khas seorang Darel Azio Farjana.

Leo berniat menutup matanya tanpa menutup pintu rumah terlebih dahulu karena dirinya sudah benar-benar mengantuk. Namun belum ada lima menit pria itu memejamkan matanya, suara kegaduhan membuat ia terpaksa membuka matanya kembali diiringi dengan umpatan sebal.

"ADRIEL ANJING GUE UDAH MULES BANGET NIH BENTAR LAGI MAU KELUAR!"

"YAUDAH GALI PASIR AJA GUE MASIH NGEDEN!"

"EMANG GUE KUCING?!"

"LAH KAN EMANG LO KUCING GARONG?"

"TAI!"

Leo berjalan ke arah kamar mandi sambil menenteng bantal sofa. Pria itu menyipitkan matanya ke arah pria yang hanya menggunakan kaos oblong dan boxer spongebob yang sedang menggedor pintu kamar mandi dengan membabi buta.

"Berisik banget woi anjir!"

Leo melemparkan bantal sofa tersebut tepat di kepala pria yang kini sedang mengumpat karena kaget. Pria berboxer spongebob itu memungut bantal yang jatuh tepat di kakinya sebelum akhirnya membalikkan badan menoleh ke arah Leo yang wajahnya sarat akan kekesalan.

"Eh Babang Yoyo udah pulang?"

Selalu. Seorang Baraputra Rajendra selalu menyebut namanya dengan panggilan yang sangat menjijikan di telinganya.

"Bisa gak sih sehari aja lo gak berisik?"

Bara cemberut. Leo mengambil alih bantal sofa dari tangan Bara dengan kasar.

Tacenda [Republish]Место, где живут истории. Откройте их для себя