CH.10

2.7K 334 77
                                    

Kibum kembali menelan kecewa.

Ini sudah hari kesekian dan...

Kyuhyun tetap tidak muncul di sekolah.

Ryeowook menatapnya tidak enak. Ingin menghibur namun nyatanya dia juga sama khawatir. Hanya Jonghyun yang terlihat lebih tenang di antara keduanya, dia mengusap bahu Kibum pelan, mecoba menyampaikan kepedulian.

"Kalau begitu, hyung kembali ke kelas dulu. Tolong kabari hyung, jika kalian melihat Kyuhyun atau jika akhirnya dia menghubungi salah satu dari kalian." pesan Kibum pada keduanya sebelum beranjak pergi meninggalkan kelas adiknya itu. Ryeowook dan Jonghyun hanya mengangguk singkat untuk menjawab.

"Bagaimana ini? Aku tidak tega." Ryeowook membuka suara lebih dulu setelah siluet tubuh Kibum menghilang di belokan koridor. Jonghyun yang ada di sampingnya segera merangkul bahu temannya itu seraya mendekat.

"Kita harus tahu dimana dia lebih dulu, baru setelah itu bisa bilang pada Kibum hyung. Jika dia menelepon lagi, kau harus paksa agar dia bilang ada dimana dia sekarang!"

"Ck, kau seperti tidak tahu Kyuhyun saja!"

"Makanya kau paksa!"

"Kalau dia malah marah dan tidak pernah menelepon lagi bagaimana??? Kau mau begitu!!?" sembur Ryeowook kesal. Jonghyun menghela nafas. Benar juga, pikirnya.

"Lalu bagaimana?" tanya Jonghyun bingung. Membuat Ryeowook mengerang kesal.

"Ya mana aku tahu!!! Kenapa malah balik bertanya padaku!!!"

"Waktu dia meneleponmu kemarin, serius cuma bilang kalau dia tidak bisa masuk? Tidak ada yang lain? Kalian tidak ada bicara yang lain lagi?"

"Tidak ada. Dia cuma minta aku kumpulkan buku tugasnya yang ada di loker karena dia tidak bisa masuk. Katanya sakit, aku percaya saja. Tidak tahunya Kibum hyung malah mencari. Ck, anak itu benar-benar! Kalau ketemu awas saja!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Di sebuah bangunan tua. Masih di Seoul tentunya, tidak jauh-jauh dari perkotaan namun tidak pula bisa disebut daerah pinggiran. Kyuhyun ada di salah satu kamar disana. Sedang merapikan buku-bukunya. Menyimpan alat tulisnya pada sebuah rak persegi kecil yang terbuat dari kayu. Menyisakan hening yang terlampau lirih hingga bunyi pintu yang berderit terdengar, membuatnya menoleh ke belakang. Lantas tersenyum kecil melihat seorang remaja bertubuh tinggi masuk ke ruangan itu dan segera mengambil duduk bersila di dekatnya.

"Sudah?" tanya remaja itu basa-basi karena dia sendiri pun bisa melihat kalau Kyuhyun hampir selesai.

"Ya, sedikit lagi. Terimakasih sudah mencarikan ini." tunjuk Kyuhyun dengan dagunya pada rak kayu kecil tempatnya menyusun buku. Kyuhyun tersenyum sekilas dan kembali memutar tubuh untuk melanjutkan kegiatannya.

"Kau yakin mau tinggal denganku disini?" sosok itu kembali bertanya, sembari menopang dagu pada telapak tangan. Menatap Kyuhyun yang baru saja selesai dengan buku-bukunya dan sudah berbalik penuh menghadapnya. Sekilas lagi tersenyum sebelum merenggangkan tubuh yang pegal lalu bersandar pada 'rak' buku dibelakangnya.

"Kau sudah berulang kali menanyakan itu, tidak bosan?" balas Kyuhyun dengan dengusan lelah. Kalau orang itu tidak bosan, maka dia yang bosan menjawabnya.

"Bukan begitu, hanya saja...kau kan sedang eumm...tidak sehat? Aku tidak bisa mengurus orang sakit juga, nanti kalau kau mati disini, aku yang repot!"

Kyuhyun tertawa, sementara lawan bicaranya mendengus. Heran, mengapa anak itu malah tidak tersinggung.

"Kau yang mulanya menawarkan, kenapa sekarang malah terkesan menyesal?" sindir Kyuhyun, membuat pemuda di depannya mendengus lagi dengan keras.

"Aku lupa kau sakit dan aku terlalu putus asa mencari teman yang mau berbagi uang bayar sewa." sinis pemuda itu yang hanya ditanggapi Kyuhyun dengan cengiran tak perduli.

My BrotherWhere stories live. Discover now