•~ Part 7.b ~•

Start from the beginning
                                        

Beby melihat ke arah tumpukan boneka yang ada. Matanya tertarik kepada sebuah boneka Monokorobo berwarna hitam.

"Yang itu," tunjuk Beby.

"Serius mau yang itu? Itu babi loh," ujar Farel kurang yakin.

"Suka-suka gue lah. Lo gak mau ambilin?" ketus Beby.

"Iya deh iya."

Farel mulai menggerakkan pengait tersebut. Saat yakin pengaitnya sudah berada tepat di atas boneka incaran Beby, Farel pun memencet tombol. Beby memperhatikan sambil berharap Farel berhasil.

"Yah yah yah!" seru Farel saat pengait itu kembali naik. Tanpa boneka Monokorobo.

"Yah gak dapet,"gumam Farel.

Diam-diam Beby ikut kecewa,
"Bodoh banget sih. Gini doang gak bisa!" sungut Beby. Ia mengambil kartu dari tangan Farel lalu menggesek kartu tersebut ke tempat yang disediakan.

"Liat aksi gue," ujarnya. Ia mulai menggerakkan pengait ke kiri dan ke kanan. Beby memposisikan pengait itu tepat di bagian telinga si Monokorobo.

"Gue pasti dapet," kata Beby lagi. Ia menekan tombol dan menunggu pengait itu turun. Tanpa disadari ternyata Beby deg-deg-an saat menunggu hasilnya.

"Yes," pekik Beby saat pengait tersebut sudah menjepit telinga boneka. Boneka itu terangkat dan terus terangkat. Tapi sayang saat sudah setengah jalan boneka itu kembali terjatuh ke tumpukan boneka yang lain.

"Yaaaaah!" seru Beby kecewa.

"Belum rezekinya mungkin Beb," hibur Farel.

"Pokoknya gue mau Monokorobo!"

"Ya udah. Kita beli aja gimana?" usul Farel.

"Beli gimana?"

"Beli boneka Monokorobo di lantai atas. Banyak kok."

"Gue maunya yang ini. Gue suka yang ini," kekeuh Beby.

"Tapi kan kita gak berhasil ngambilnya. Beli aja ya?" bujuk Farel.

"Oh lo nolak keinginan gue? Iya?"

Farel menggeleng. Niatnya membawa Beby ke sini adalah untuk membuat Beby melupakan masalah tentang Nina. Ia tak ingin membuat Beby kecewa lagi.

"Terus gimana?"

"Usaha dong!"

Dan akhirnya butuh uang 200.000 rupiah hanya untuk mendapatkan boneka Monokoro incaran Beby. Entah pada percobaan yang ke berapa belas, akhirnya Farel berhasil menyerahkan boneka itu langsung ke tangan Beby.

"Padahal kalo beli di atas gak sampe dua ratus ribu," kata Farel sambil tertawa.

Beby menyipitkan matanya. "Lo gak ikhlas udah ngeluarin duit buat gue?"

"Nggak gitu maksudnya Beb. Cuma--"

"Cuma apa hah? Kalo lo nggak ikhlas bilang! Gue ganti duit lo!"

"Ikhlas kok ikhlas. Kan aku cuma ngomong," jawab Farel yang berusaha untuk sabar sesabar-sabarnya.

"Ikhlas tapi kok disebut-sebut?"

"Aku cuma mau bilangin aja kok."

"Gue pengen mandi bola."

"Ha? Apa Beb?" tanya Farel seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Gue mau mandi bola. Tuh di situ," tunjuk Beby ke arah tempat anak-anak mandi bola.

"Tapi itu kan cuma buat anak-anak," jelas Farel.

"Ini gue bawa anak-anak di perut."

"Bukan yang itu maksudnya Beby. Mak--"

"Jadi lo gak mau bikin gue happy?" potong Beby.

Farel menepuk dahinya. Kata-katanya tadi kini bagai senjata makan tuan!

"Oke deh oke. Aku tanyain yang jaga dulu boleh apa nggaknya. Kamu tinggu di sini," ujar Farel akhirnya.

"Gitu kek dari tadi!"

Farel berjalan menuju cewek yang menjaga tempat mandi bola tersebut. Entah apa yang mereka bicarakan sampai akhirnya Farel kembali dengan sebuah senyuman lebar.

"Boleh kok. Yuk mandi bola," ajak Farel.

Beby tak menjawab dan melengos masuk ke dalam tempat mandi bola. Gadis itu segera menenggelamkan dirinya di antara banyak bola, mengabaikan tatapan anak-anak yang ikut bermain di sana.

"Sini masuk! Gue gak mau main sendiri!" seru Beby.

Farel tersenyum geli dan ikut masuk ke tempat tersebut. "Perut kamu gak sakit 'kan?" tanya Farel.

"Gak usah nanya-nanya," jawab Beby sambil melempar bola ke sembarang arah.

"Awas jangan sampe bolanya kena anak-anak," peringat Farel.

"Bawel lo ya!"

JDUK.

Sebuah bola mendarat di kepala Farel.

                               oOo

Dont Touch Me! Where stories live. Discover now