•~ Part 7.b ~•

Start from the beginning
                                        

"Nina tolong lepasin aku. Banyak orang yang ngeliat ke arah kita. Oke gini, aku janji bakal ceritain semuanya ke kamu. Nanti kita ketemu lagi. Oke?" ujar Farel berusaha menenangkan Nina yang terus mengamuk sambil memukuli dadanya.

"Aduh Pak satpam tolongin suami gue dong! Dokter! Suster! Ada cewek gila nih nyentuh-nyentuh suami gue!" teriak Beby meminta pertolongan.

Sejujurnya Beby ingin menjambak Nina dari belakang. Tapi ia sadar kondisi tubuhnya yang tidak memungkinkan untuk main jambak-jambakan. Beby kesal dan gemas melihat ulah Nina yang dinilainya terlalu berlebihan dan penuh drama. Persis seperti FTV yang pernah Beby tonton.

"Eh eh eh. Ada apa ini?" teriak seorang satpam yang akhirnya berlari ke arah mereka.

"Ini Pak. Ada orang gila ngaku-ngaku jadi cewek suami gue.  Sampe dicakar-cakar tuh liat tuh," terang Beby kepada sang satpam.

"Mbak kenapa nangis dan nyerang suami Mbak ini?" Kini sang satpam bertanya kepada Nina.

Nina terdiam. Ia berhenti meraung dan memukuli Farel yang terlihat kelabakan. Sambil tersenyum gadis itu melihat ke sekeliling, banyak orang yang berkerumun melihat ulahnya, bahkan ada juga tukang parkir yang ikut menyaksikan.

Tiba-tiba saja rasa malu yang luar biasa menyerangnya. Ia salah. Tak seharusnya seorang Nina yang terkenal tenang melakukan hal seperti ini. Dengan kasar dihapusnya air mata yang menggenang di pipi.

"Makasih karena kamu udah mau ngasih uang buat pengobatan Ibuk. Makasih karena kamu pernah hadir buat aku. Makasih buat ... rasa sakit ini."

Farel tersenyum kecut kepada Nina. Cowok itu menelan ludahnya dengan susah payah. Sejujurnya saat ini badan Farel sudah panas dingin karena ulah kedua gadis tersebut.

"Aduh ini kapan selesainya sih? Malu gue diliatin orang!" pekik Beby tiba-tiba.

Farel tersentak. Ia segera memegang bahu Nina dan berkata dengan lembut, "Aku janji bakal ceritain semuanya. Untuk saat ini aku cuma bisa minta maaf sama kamu. Maaf."

"Oke Rel. Aku tunggu!"

Dengan langkah gontai Nina berjalan masuk ke rumah sakit. Mengabaikan banyak pasang mata yang dari tadi menonton kelakuannya.

"Tolong ya Mbak, Mas, kalo mau ribut jangan di sini!" tegas satpam yang tadi mendekat. Satpam tersebut pergi sambil menyuruh para penonton untuk bubar.

"Udah kangen-kangennya?" tanya Beby tajam saat di area parkiran tinggal mereka berdua. Kini Beby dan Farel berdiri berhadapan.

"Kamu kenapa lagi Beb? Aku capek. Ayo kita pulang," jawab Farel lemah.

"Cantik cewek lo!" ujar Beby sebelum ia membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya. Setelah itu Beby membanting pintu dengan keras.

Farel masih berdiri dengan perasaan berkecamuk. Ia malu, sedih, menyesal, kesal, marah. Tapi kepada siapa? Untuk apa? Dengan perasaan kacau ia membuka pintu kemudi dan ikut masuk ke dalam mobil.

"Kamu kenapa duduk di belakang? Duduk di samping aku aja ya?" pinta Farel.

Beby tak menjawab. Ia tampak sibuk memainkan HP-nya.

"Beb."

"Please gak usah ngomong. Gue capek! Gue muak! Mending lo diem aja!" bentak Beby tiba-tiba.

"Beby. Asal kamu tahu aku juga capek. Aku bingung. Aku gak tahu harus ngapain," balas Farel frustasi.

"Lo pikir gue peduli? Gak cukup bikin gue repot dengan anak brengsek ini, sekarang lo bawa-bawa cewek lo itu ke dalam hidup gue! Apa mau lo sebenarnya hah? Lo udah gak sabar buat dekat lagi ama dia? Iya?" ujar Beby penuh emosi.

Dont Touch Me! Where stories live. Discover now