Terbang

28 0 0
                                    

Kalau kita perhatikan, yang mengendarai sesuatu seperti motor, mobil, bahkan pesawat sekalipun, pasti memerlukan pengendaranya. Sama seperti tubuh manusia ini, kalau tubuh tidak ada ruh maka sudah menjadi mayat, dan juga ruh tanpa tubuh maka layaknya seperti roh gentanyangan. Mengutip ayat Alquran ; Allah memegang nyawa seseorang pada kematiannya, jadi kalau dalam hal ini bahwasanya manusia tidak akan berdaya kalau ruh nya sudah tidak berada di dalam raganya/tubuhnya, sama seperti motor ia akan mati jika ia tidak dihidupkan. Makanya sebelum ruh diambil oleh Allah, alangkah baiknya kita menjadikan hidup ini menjadi lebih bermakna, baik untuk diri sendiri maupun orang lain adapun mengutip dari hadits Nabi Muhammad SAW ; Barang siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Muslim, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat

Berkenaan dengan manusia, pada dasarnya ia pasti akan mati atau terbang bagaikan burung yang ingin bertemu dengan tempat kembalinya, pada saat itu saat saya mau pergi ke Jakarta dengan menggunakan Lion Air, saya semakin yakin bahwa hidup ini sebenarnya sangat bermakna apabila kita bisa memanfaatkan waktu yang singkat ini dengan kehidupan yang lebih baik. Kalau pun kita sudah terlanjur hidup yang tidak menyenangkan maka kita perlu sadari bahwa apa yang salah dari hidup kita ini kalau ada yang salah pasti ada karena manusia tidak selalu benar.

Banyak orang yang menyangka bahwa kematian itu merupakan hal yang ditakuti oleh semua orang tetapi orang percaya bahwa dirinya pasti akan mati. Meminjam istilah Prof. Komaruddin Hidayat,

"Dalam Islam, saya memandang mati itu dipandang positif, bukan ditakuti, bukan dicaci, bukan dikutuk tapi positif. Sampai-sampai Islam mengatakan meninggal itu pulang, raajiun, pulang itu kan adalah kata-kata yang positif, kata yang indah, kata yang damai, kata yang menyejukkan. Coba renungkan, peristiwa apa yang paling menyenangkan dalam hidup ini selain pulang?, pulang sekolah, pulang rekreasi, pulang kampung, pulang lebaran, pulang-pulang-pulang. Dan betapa repotnya kalau orang tidak tahu peta rumahnya, betapa sengsaranya orang punya rumah tidak bisa pulang, atau ia merasa punya rumah tidak bisa pulang sengsara sekali."

Seperti kutipan diatas, bahwasanya Prof. Komaruddin Hidayat mencoba untuk menghilangkan mainset ketika kita berbicara kematian pasti ini menjadi sesuatu yang mengerikan, padahal tidak, kita sering mendengar kata Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raajiun yang artinya Sungguh, kami milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Kata Raajiun di dalam Alquran merupakan kata yang indah nan damai, dan kita akan kembali kepada Sang Pencipta kita yaitu Allah SWT. Lalu bagaimana caranya bisa mendapatkan kata "damai nan indah itu?", asal kita tahu peta In syaa Allah kembali kepada Allah itu menjadi sesuatu yang otomatis, mengapa tidak?, kalau ia mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangannya ia pasti akan kembali kepada Allah.

Di dalam kajian eksatologi Islam, bahwasanya kematian itu bukanlah sesuatu akhir dari kehidupan, melainkan kematian itu merupakan awal dari kehidupan yang selanjutnya yaitu The Eternal Life atau Kehidupan yang kekal makanya kita pernah mendengar tentang malaikat Mungkar dan Nangkir itu akan menanyakan sesuatu tentang beberapa pertanyaan yang akan diajukannya, kalau orang yang tahu peta pasti ia akan menjawab dengan nyaman dan tentram dan juga tidak akan ada yang namanya siksaan itu.[]


QS Az Zumar 42

HR Muslim No. 2699

Video YouTube dari Mizan Tube yang berjudul Komaruddin Hidayat : "Psikologi Kematian"

QS Al Baqarah 156

Essay Of Life (Kumpulan Esai)Where stories live. Discover now