3.6

3.9K 595 147
                                    

BAB TIGA PULUH ENAM

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB TIGA PULUH ENAM

"Yes. And also, if it's okay by you, I'd like to shut up now... Or possibly just go somewhere and swallow my face."

― Lesley Livingston

-

Jakarta,

delapan tahun sebelumnya


Siang harinya, sepulang sekolah, Gita mendapati adik dari mamanya, Tante Aria, tengah berdiri menunggunya di depan gerbang. Sudah lama sejak terakhir kali Gita menemui tantenya tersebut, sehingga gadis itu merasa sedikit canggung. Setelah mencium tangan Tante Aria, Gita pun diajak menuju mobil sedan yang terparkir di dekat sana. Meskipun ia bertanya-tanya dalam hati, Gita tidak bertanya apa-apa sampai akhirnya mereka telah duduk di dalam mobil.

"Papa kamu ada rapat mendadak, dan mama kamu kayaknya antar anjing kamu ke toko hewan, deh," ujar Tante Aria sambil memasang sabuk pengaman untuk Gita. Melihat Gita memasang ekspresi panik, wanita itu cepat-cepat memberi senyum menenangkan. "Bukan buat dijual atau apa, kok. Mau dimandiin, soalnya takut kamu sakit."

Gita mengerucutkan bibir. "Kenapa nggak tunggu aku pulang aja?"

Tante Aria berpikir sejenak, sementara tangannya bergerak memutar kunci untuk menyalakan mesin mobil. "Mungkin ... biar surprise? Lagipula, nanti kan enak, kalau kamu pulang, abis itu bisa langsung main sama anjing kamu itu — siapa namanya? Muffin?"

"Iya, Muffin," angguk Gita.

Tante Aria tersenyum. Mobil pun mulai berjalan meninggalkan kawasan sekolah Gita. Gita berinisiatif untuk menyalakan radio. Dan seolah mengerti, Tante Aria telah memasukkan kaset berisi lagu-lagu Elvis Presley ke dalamnya sebelum ia menjemput Gita tadi, sehingga lagu-lagu yang telah Gita hapal di luar kepala pun mulai meramaikan suasana.

"Kita ke rumah Tante, ya. Soalnya nanti nggak ada yang jaga kamu di rumah," ucap Tante Aria sambil mengecilkan volume radio. "Omong-omong, kalau kamu lapar, Tante baru beli cupcake. Ada di bawah kakimu. Pilih aja rasa yang kamu suka ya, Sayang."

Gita melirik ke arah kakinya, dan matanya pun langsung tertumbuk pada sebuah tas plastik berwarna merah muda dengan logo toko cupcake yang biasa dikunjungi mamanya. Dengan sedikit ragu, Gita pun meraih salah satu cupcake dengan asal. Untungnya, ia mendapatkan rasa yang ia suka — cokelat.

Sambil membuka bungkus cupcake, Gita menjawab ucapan tantenya tadi. "Indra bisa jaga aku, kok. Aku juga biasa main sama dia, Tan."

Alis Tante Aria terangkat sebelah. "Indra itu siapa? Temanmu?"

"Iya, Tan. Dia baiiiik banget sama aku. Asyik banget main sama dia, nggak kayak teman-temanku di sekolah," jawab Gita antusias. "Tapi, masa' mereka nggak bisa lihat Indra?"

Indra ke-6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang