URBAN LEGEND#120: PIED PIPER OF HAMELIN

Start from the beginning
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***


- VERSI CERITA -

Hamelin adalah sebuah kota yang makmur, penduduknya merasa puas dan bangga tinggal di sana. Kemudian datanglah tikus-tikus. Di setiap kota selalu ada tikus yang kadang-kadang sangat mengganggu, tetapi biasanya mereka masih bisa terkontrol. Tidak demikian halnya dengan Hamelin, tikus yang datang ke sana berjumlah ribuan. Belum pernah orang menjumpai tikus yang datang sebanyak itu di satu tempat. Mereka bergerombol di seluruh kota, mencuri makanan, menggerip bangunan-bangunan, menyebarkan kuman-kuman penyakit. Para penangkap tikus bekerja siang malam untuk membebaskan kota dari tikus-tikus, tetapi rasanya makin banyak tikus yang mereka bunuh, makin banyak tikus muncul untuk menggantikan yang mati itu.

Penduduk kota  merasa sangat celaka. Makin lama keadaan makin memburuk. Tikus-tikus itu mencuri makanan dari lemari-lemari makan dan gudang-gudang makanan. Kemana pun mereka pergi ditinggalkannya kotoran dan kerusakan. Makanan menjadi langka dan orang-orang pun mulai khawatir akan terjadi bencana kelaparan. Anak-anak dan orang tua menjadi sakit karena makan makanan yang telah dicemari oleh tikus-tikus.

Dalam keputus-asaan, walikota mengadakan pertemuan untuk mencari jalan melenyapkan wabah tikus itu. Semua orang berkumpul di lapangan. Setiap kali sebuah ide dilontarkan, ada orang lain yang mengatakan bahwa cara itu telah dicoba tanpa hasil.

Ketika itu tampillah seorang asing di depan kerumunan orang banyak itu. Pakaian orang itu sangat aneh dan berwarna-warni, di kepalanya ia memakai topi besar yang ada bulu burung meraknya. Kelihatannya dia lebih cocok menjadi pemain sirkus. Semua penduduk Hamelin memperhatikannya ketika ia mulai berbicara dengan suara yang aneh, seakan-akan sedang menyanyi.
”Aku dapat menolong kalian mengusir tikus-tikus dari kota ini, tapi jangan salah, biayanya mahal sekali,” katanya.

”Dalam perbendaharaan kota ini ada sepuluh ribu keping emas,” kata walikota. ”Jika engkau dapat mengenyahkan wabah tikus dari kota ini, seluruh emas itu akan menjadi milikmu. Tapi sebelumnya, tuan yang baik, bagaimana caranya engkau akan membuat keajaiban ini?”

Orang asing itu tersenyum penuh rahasia.

“Semua yang kuperlukan ada di sini, terjahit diikat pinggangku,” katanya sambil menunjuk kesebuah suling bambu dipinggangnya. ”Jika kalian ingin aku mengusir tikus-tikus ini, kalian harus percaya padaku.”
Walikota tidak terlalu yakin bahwa orang asing itu dapat berbuat seperti yang dikatakannya, tapi tak ada salahnya jika dicoba, maka diapun setuju. Kemudian peniup suling itu berpaling kepada kerumunan orang banyak.

“Sekarang pulanglah ke rumah kalian, dan tunggulah sampai tugasku selesai,” katanya.

Setiap orang meninggalkan lapangan dan pulang kerumah, sambil bertanya-tanya apa gerangan yang akan dikerjakan oleh orang asing yang berpakaian warna warni itu. Setelah semua orang pergi, orang asing itu mengambil sulingnya dan mulai meniupnya. Irama ajaib yang dimainkannya merembes ke seluruh kota. Dan seperti suatu keajaiban, orang melihat tikus-tikus keluar dari rumah-rumah mereka lalu berkumpul membuat arak-arakan.dari jendela-jendela mereka dapat melihat beribu-ribu ekor tikus terburu-buru berkumpul di lapangan di mana peniup suling itu sedang meniup sulingnya. Ketika tikus pertama sampai didekatnya, si peniup suling mulai menari lalu turun ke jalan ke luar kota diikuti oleh tikus-tikus itu. Arak-arakan tikus itu makin lama makin besar, jumlahnya benar-benar menakjubkan. Kelihatannya setiap tikus mengikuti irama musik yang dimainkan oleh peniup suling.

Urban LegendsWhere stories live. Discover now