URBAN LEGEND#120: PIED PIPER OF HAMELIN

43.7K 2.2K 262
                                    

" PIED PIPER OF HAMELIN "
" PENIUP SULING DARI HAMELIN "
- DONGENG DISNEY -
- SC : Liputan 6 & Osalamanderz -

.

***

Dongeng 'Peniup Suling dari Hamelin' berdasarkan kisah nyata. Kisah tersebut diyakini bukan sekedar dongeng atau legenda. Dalam konteks tersebut, figur Pied Piper bisa jadi adalah representasi kematian, yang sering digambarkan pada Abad Pertengahan, yang sedang meniup seruling.

Banyak teori untuk peristiwa faktual hari itu tapi yang paling logis tampaknya bahwa piper mewakili kematian (kematian digambarkan sebagai kerangka mengenakan pakaian apel di abad pertengahan) dan bahwa anak yang meninggal dibunuh oleh wabah.

Fakta menarik: “Pied” berarti “Memiliki dua atau lebih warna” berasal dari bahasa Inggris lama dan diambil dari kata “magpie.”, piper pied adalah seorang pria yang mengenakan pakaian dengan banyak warna.

***

.

- VERSI WIKIPEDIA -

Celaka menimpa Kota Hamelin di Jerman. Entah dari mana asalnya, ribuan tikus tiba-tiba menyerbu masuk ke rumah-rumah dan gudang, menggerogoti apapun yang bisa dimakan: gandum, persediaan pangan, kain, perabotan, bahkan kayu dan atap bangunan. Meninggalkan kotoran dan kerusakan di mana pun mereka berada.

Kala itu, pada 1284, 90 persen warga kota hidup dalam kemiskinan ekstrem, kelaparan, dan berjuang untuk memberi makan keluarganya. Hewan pengerat itu menjadi ancaman besar.

Dari kejauhan, tampak noktah-noktah hitam di paving jalanan di pusat kota. Ternyata, itu adalah tikus yang bergerombol dan bikin begidik siapa pun yang melihatnya.

Penduduk pun dilanda nestapa. Makanan kian langka, kalau pun ada telah bercampur dengan kotoran tikus. Kuman-kuman penyakit bertebaran, satu per satu orang jatuh sakit.

Segala upaya telah dilakukan. Namun, sekeras apapun usaha dikerahkan, tikus-tikus seakan justru bertambah banyak.

Suatu hari, muncullah seorang pria berpakaian warna warni, mengaku sebagai pengusir tikus. Maka kesepakatan pun dibuat, jika si pendatang berhasil mengusir hama, maka ia akan mendapat imbalan dalam jumlah besar.

Orang asing itu pun beraksi, ia memainkan seruling ajaib, suaranya yang merdu memikat para tikus yang segera keluar dari rumah dan liang, mengikuti sang peniup suling.

Terhipnotis dengan alunan suling, para tikus tak sadar telah berada di pinggir Sungai Weser, tercebur dalam airnya, dan kemudian tenggelam. Kecuali 1 ekor.

Setelah berhasil menunaikan tugasnya, si peniup seruling atau Pied Piper menagih janji pada walikota -- yang kemudian ingkar. Ia yang berang bukan main meninggalkan kota, dan bersumpah akan kembali untuk menuntut balas.

Hari itu, 26 Juni 1284, bertepatan dengan Hari Yohanes dan Paulus, Pied Piper kembali ke kota, dengan pakaian berburu berwarna hijau. Kala itu dikisahkan, orang-orang dewasa sedang berada di gereja.

Ia kembali memainkan serulingnya. Ia menghipnotis 130 anak di desa, yang mengikutinya dengan senang sambil melompat kegirangan, menuju pegunungan.

Kali terakhir anak-anak malang itu terlihat berjalanan ke Bungelosenstrasse. Setelahnya, mereka tak pernah pulang. Dalam beberapa versi cerita, ada yang mengatakan bahwa pemusik itu hanya meninggalkan 3 orang anak di desa tersebut. Seorang anak yang lumpuh, Seorang anak yang buta, dan seorang anak yang tuli.

Urban LegendsWhere stories live. Discover now