Part 12

2.1K 119 0
                                    

Aku sedang menunggu Fano di UKS. Dia sakit setelah mengerjakan UTS, dia terlihat begitu lemah, sepertinya dia demam.

"Kamu kok bisa sakit?" Tanyaku sambil mengelus rambut Fano yg sedang berbaring.

"Aku gak sarapan tadi pagi, kayaknya itu ngaruh deh" jawabnya lemah. Tadi pagi Fano memang tidak menjemput ku. sepertinya dia bangun telat.

"Ya udah kamu makan bubur ini aja ya, ayo bangun" kataku sambil menunjukan bubur, dia pun bangun lalu memakan sedikit Demi sedikit bubur yg aku suapkan padanya.

"Harusnya sarapan, tadi bisa gak garap soalnya?" tanyaku sambil menyuapi Fano.

Dia tidak menjawab hanya mengangguk lemah. Gak tau kenapa aku merasa ikut lemah melihat dia sakit. Sekalipun dia gak bisa ganggu aku saat seperti ini. Tapi aku milih di ganggu sama dia tapi dia sehat.

"Orang kayak kamu kok bisa sakit?" Ucap Seli yg baru datang.

"Diakan manusia juga" ucapku membela.

"Kirain bukan" ucap Seli setengah mengejek dan bercanda.

"Kamu tu bukan manusia, kuda nil" jawab Fano membela diri, kayaknya agak sensi.

"Kamu tu curut" balas Seli kesal.

"Gajah bengkak" balas Fano lagi.

"kodok" balas Seli yg mulai jengkel, aku hanya diam membiarkan mereka.

"Upil" balas Fano lagi.

"Kalian tu apa apaan sih? Kayak anak kecil deh" ucapku geram.

Fano hanya membuang muka, begitu pun Seli.

"Kamu kan lagi sakit, sempet2nya sih buat ngeladenin dia" omelku setengah kesal.

"Lagian dia mulai duluan" jawab Fano setengah manja.

"Yeeee dasar tukang ngadu, minta di manja tu Han" jawab Seli nyindir.

"Kamu kesini mau jenguk apa ngajak berantem sih?" Tanyaku heran.

"Mau ketemu kamu Han, mau curhat" jawab Seli yg membuat Fano menarik tanganku lalu menggapitnya sambil duduk seolah tidak memperbolehkanku bersama Seli.

"Dia pacar aku, lagi ngejagain aku, cari temen lain aja sana buat curhat" ucap Fano yg gak rela aku pergi dengan Seli.

"Iya Sel, aku jagain dia dulu ya" kataku pada Seli yg cemberut melihat kelakuan Fano yg terlalu manja.

"Tapikan aku sahabatmu Han, kebelet curhat nih" paksa Seli protes.

"Lebih penting pacarlah, kan aku lagi sakit" ucap Fano yg terus menggapit tanganku erat.

"Ya udah, kamu mau curhat disini?" Tanyaku pada Seli, yg langsung melihat mayat hidup sinis.

"Entar dia nguping, aku tunggu di kelas" jawab Seli sewot lalu melarikan diri ke kelas. Fano melepaskan gapitanya saat Seli sudah pergi.

"Punya temen kok gitu sih, eror" protesnya masih kesal pada Seli.

"Maafin dia ya, dia baik kok sebenarnya" kataku membujuk. Padahal temen2 dia lebih eror.

"Iya deh, tapi kamu bakal tetep di sini kan?" Pintanya manja. Jujur dia itu manja banget, kebalik banget deh sama aku.

" iya, tapikan nanti aku harus kekelas meskipun gak ada pelajaran" jawabku mengimbangi. Fano hanya mengangguk.

Setelah aku kekelas, Seli yg menungguku langsung menarikku duduk dan mulai pidato panjang lebar.

"Tau gak Aa Aziz ngajak aku ketemuan kemaren buat beliin aku sepatu, ya sekalipun aku belum di tembak tapi dia udah ngasih hadiah duluan sebelum jadian, gimana kalo udah jadian" jelasnya panjang sambil ngipas2 tangannya ke muka, sumpah alay banget, mana ngomongnya sambil di monyong2in gitu lagi.

Si Seli belum jadian udah di beliin sepatu, sedangkan aku? Boro2 permen lolipop, barang rongsokan pun nemu dijalan.

"Terus" tanyaku pura2 antusias, padahal itu bikin aku ngiri. Tapi gak papa sih pacarku pelit, karna dia romantis kok dan selalu bikin aku bahagia, kalo lagi gak kumat jailnya.

"Udah" jawab Seli yg bikin aku eneg.

"Gitu doang" tanyaku kecewa, ternyata dramanya udah and.

"Iya gitu doang" jawab Seli polos.

Ngelus dada sekali lagi, si Seli itu emang lebay kalo ngerspon sesuatu, tadi dia heboh sama curhatanya yg pendek banget kayak kurcaci, sekarang dia langsung larut dalam hayalannya yg mungkin juga lebay.

Pulang sekolah aku naik angkot dengan si mayat hidup, karna dia gak mungkin bawa motornya, jadi motornya di titipin deh di sekolah.

"Masih lemes" tanyaku pada Fano yg menyenderkan kepalanya padaku. Dia hanya menganguk.

"Besokkan masih UTS gak boleh sakit" kataku hawatir.

"Makanya kamu rawat aku biar cepet sembuh" jawabnya manja. Bilang aja mau nyuruh aku gantiin kamu buat bersih2 rumah, belom jadi istri udah jadi babu duluan.

"Kan ada kakek, ayah juga" ucapku sambil mengecek dahi Fano masih panas atau enggak.

"Bedalah, mereka gak bisa rawat aku" katanya mengeluh. Kali ini terdengar suaranya yg bergetar, sepertinya dia mengingat ibunya kalo lagi sakit gini.
Jadi ngerasa kasian, pasti dia butuh banget perhatian makanya dia suka manja sama aku.

"Nanti aku kerumahmu, tapi cuma bentar buat mastiin kamu makan" jawabku mengalah, karna kayaknya saat seperti inilah dia butuh aku.

"Iya, janji ya" ucap Fano yg memaksa. Aku hanya menangguk.

DUUKK

Angkotnya rem mendadak dan membuat aku, kejedot kaca angkot.

"Aw" ucapku begitu saja.

"Sakit ya, sopirnya gak hati2" tanya Fano sambil mengelus lembut kepalaku. Aku hanya mengangguk. Angkotpun jalan kembali setelah menurunkan penumpang, dan sekarang hanya ada aku dan Fano di angkot.

"Aku boleh nanya gak, sejak kapan kamu jadi pelanggan di mini market ibuku?" Tanyaku penasaran.

"Udah lama, aku sering liat kamu bantuin ibu kamu di toko" jawabnya seperti sambil mengingat.

Mungkin dugaanku bener, kalo Fano sama ayahnya dan kakeknya itu memilihku bersama karna sering liat aku bantu2 ibu di toko, fano kan pernah bilang juga kalo aku rajin dan pekerja keras.

"Eemm terus sejak kapan kamu suka aku?" Tanyaku sambil menatap Fano.

"Kepo banget sih, aku kasih tau kalo aniversery aja ya" jawabnya sepele yg membuatku tambah penasaran.

Anniversery kan masih lama.

Aku hanya bisa pasrah, dari pada gak di kasih tau.

Kamipun sampai di depan mini market ibuku, aku menaruh tas lalu mengantar Fano dengan meminjam sepeda toko sebelah yg kebetulan salah satu karyawanya memakai sepeda.

Meski rumah Fano tidak jauh dari mini market ibu, aku tetap nganterin Mayat hidup ini karna hawatir.

Kel kuk kel kuk

" kamu laper ya, emang gak makan tadi" tanya Fano yg mendengar bunyi perutku yg gak sopan ini. Aku tersenyum malu, sumpah malu banget, walau dia pacar aku tapi dia terlalu blak2an.

" kan uang aku buat beliin kamu bubur tadi" jawabku jujur.

"Harusnya bilang dong biar aku yg beliin kamu makan" jawabnya yg terlihat hawatir dan menyesal sekalipun nada suaranya lebih terdengar marah.

"Yakan kamu sakit" jawabku ngeles, masa iya aku minta ganti.

"Lain kali gak boleh gitu ya, kecuali aku minta trakir" katanya sewot. Aku tak menjawab dan terus mengayuh.
Agar cepat sampai.

Kasih voment ya dan follow me.

THE SOMVLAK BOYWhere stories live. Discover now