Part 11

2K 130 0
                                    

Aku sudah sampai rumah Fano sejak 15 menit lalu, Fano mengajakku ke halaman belakang rumahnya yg tidak terlalu luas tapi cukup nyaman untuk bersantai.

"Ni kamu minum susu coklat aja, biar samaan" ucapnya sambil menaruh susu di meja. Aku hanya mengangguk.

"Kamu nyuruh aku kesini emang ada apaan sih" tanyaku penasaran, takut2 kalo dia mau di masakin capcai atau yg lain.

"Karna besok udah mulai ujian, jadi aku mau liat belahan jiwaku lebih dulu, biar lancar besok" ucapnya. Sungguh kata2 nya bikin aku melambung tinggi ke angkasa. Aku cuma senyum2 malu, tanpa aku sadari pipi aku udah kayak cabe busuk eh cabe merah maksudnya.

"Kamu mau gak main tatep2an sama aku" ucapnya tiba2 yg membuatku mengerutkan dahi.

"Aturan mainnya kita harus saling tatap2an siapa yg memalingkan wajah lebih dulu dia kalah, kalo kalah dia harus masakin makan malem" jelas Fano.

"Ok,  siapa takut" jawabku pede.

Kamipun memulai permainan. Posisi kami sudah berhadapan. Dan langsung memulai menatap satu sama lain.

Aku mulai melihat matanya yg indah. Dia memiliki bola mata coklat dengan dukungan kelopaknya yg melengkapinya makin sempurna. Aku melihat ketulusan di sana, entahlah tiba2 aku merasa sesak nafas ketika menatapnya lebih dalam, dalam dan dalam.lagi, itu membuatku benar2 lemah, dia terlalu mempesona. Astaugfirulah menggoda iman banget.

"Kalah" teriak Fano girang. Lalu tertawa puas.

Aku kalah, karna tidak tahan tiba2 aku memalingkan wajahku. Itu berarti aku harus masak. Aku langsung mengerucutkan bibirku atas kekalahanku.

"Hahhaha sana masak, jangan lupa capcai, buat kakek sayur asem, buat ayah cukup lalapan aja" jelasnya yg menyuruhku.

"Tapikan kaki aku sakit" jawab ku ngeles. Sekalipun kayaknya gak akan berhasil di lihat dari usahaku kemarin2.

"Kalo gitu aku bantuin deh, kita masak berdua" jawabnya yg sepertinya agak ngalah sekarang. Meski dia maksa tetep aku masak tapi gak papa toh dia ikut juga.

Kamipun memasak bersama di dapur aku menyuruh Fano untuk memotong2 sayur. Sedangkan aku sedang membuat bumbu. Kami pun membagi tugas agar cepat selesai.

"Kamu bisa masak?" Tanyaku penasaran, selama ini siapa yg memasak untuk mereka.

"Enggak, biasanya Ayah yg masak" jawabnya sambil terus mengiris kacang panjang untuk sayur asem.

"Jadi ayah jago masak juga" tanyaku lagi.

"Iya" jawabnya singkat.

"Kenapa gak ada daging di kulkas?" Tanyaku yg gak pernah liat daging di kulkas.

"Soalnya keluarga aku vegetarian" jawabnya yg bikin aku syok.

Kalo aku jadi istri Fano aku harus makan sayur tiap hari dong.

"Kenapa?" Ucapku yg gak bisa di rem.

"Soalnya lebih sehat?" Jawabnya yg kali ini membuatku melongo, semua orang juga tau kalo sayur itu sehat.

"Tapi kadang aku makan daging kok, tapi gak sering" timpalinya sendiri.

Lega dengernya, berarti masih ada kemungkinan buat nikah sama dia tapi tetep makan daging.

Setelah selesai masak Fano pun memanggil Ayahnya dan kakek untuk makan, kali ini aku ikut makan bersama mereka.

"Emm gak salah kita milih kamu, masakan kamu emang enak" puji Ayah padaku sambil mengacungkan jempol.

Tapi ada yg aneh dengan ucapanya, kita milih kamu. Kita? Maksudnya apa?

"Iyalah, diakan pilihanku" saut Fano. Aku semakin gak ngerti sama apa yg mereka bahas. Aku ingat pas Ali temen Fano bilang kalo Fano udah nungguin lama. Dan udah jadi pelanggan nomer satu di mini market ibuku (ada di part9). Jadi makin aneh aja.

"Ya itukan bantuan kakek juga" ucap kakek sombong. Aku cuma diem sambil senyum2 kaku.

" kamu maukan jadi menantu disini" tanya Ayah padaku. Aku hanya senyum kecil dan gak berani jawab takut salah ngomong.

"Ya maulah, ngapain juga dia pacaran sama aku kalo mau aku putusin" timpal Fano.

Jadi makin yakin sama Fano, meski dia sering bikin kesel, tapi dia lebih banyak bikin happy nya. Tapi kalo jadi istri Fano harus sabar buat ngadepin kakek yg mungkin bakal cerita dongeng yg bener2 gak bisa masuk otakku, dan Fano yg bakal bikin aku sering koma, paling lumayan Ayahnya Fano soalnya dia jago masak, kan bisa bantu2 kalo aku jadi istri Fano.

Stop ngayalnya.

"Mungkin kamu bakal jadi satu2nya wanita yg bakal tinggal di sini" ucap ayah Fano yg bikin aku jadi merasa istimiwir. istimewa.

Aku senyum bahagia berasa kaya mau di angkat jabatanya lebih tinggi, dari pacar jadi mantu.

Tapi gimana sama nasib ibuku, ayahku, akukan anak tunggal, masih jauh kali udah ngayal.lagi sadar Hani kim.

Selesai makan Fano mengajak ku keluar hanya untuk sekedar mencari angin malam. Kami berjalan di pinggir trotoar.

"Kamu kenapa mau pacaran sama aku" tanya Fano tiba2.

Aku berfikir sejenak, apa ya yg bikin aku suka sama dia.

"Em karna kamu ganteng" jawabku sekenanya. Fano mengehentikan langkahnya lalu menatapku serius.

Jadi takut kalo di tatap Fano gitu.

"Cuma itu alesanya, kan kamu gak tau aku baik atau enggak" ucapnya yg tak puas dengan jawabanku.

Kalo di pikir2 emang iya sih, tapi aku nerima dia karna dia ganteng pinter, anak populer, dan untuk ngilangin jones ku ini. Tapikan aku gak mungkin jujur.

"Terus kenapa kamu nembak aku" tanyaku balik.

"Kok malah balik nanya sih, itu karna kamu rajin, dan cantik, pekerja keras" jawabnya terlihat mikir.

"Dan juga pinter ngurus rumah" lanjutnya.

"Dari mana kamu tau kalo aku rajin dan bisa ngurus rumah" tanyaku yg mencurigai jawabannya.

"Jawab aku dulu, kenapa kamu mau nerima aku?" Tanyanya balik, gak mau kalah.

"Ya karnaaaa..." jawabku lama karna mikir.

Karan Fano gak tahan dia langsung gendong aku gitu aja di punggungnya.

"My king kamu udah gila, turunin gak, malu tau" teriak ku kesal. Tapi Fano tetep gendong sambil terus jalan.

"Ya abis kamu kelamaan jawabnya" sela Fano. Akhirnya aku nyerah di gendong Fano, gak tau kenapa sekalipun sikapnya itu dingin, nyebelin aku masih bisa liat ketulusan dia.

Dia cuma manusia yg gak bisa mengekspreksikan perasaanya sendiri, terlalu bodoh untuk berekspresi, makanya sikapnya kayak mayat hidup. Sekalipun gitu aku tau kalau dia punya hati yg hangat dari pada sikapnya.

Dan aku makin yakin kalo dia di ciptakan untuk aku yg selalu sabar ngadepin dia.

" I love you my king" bisikku di telinganya.

"Iya love you tooooo" balasnya agak nahan rasa malu. Kamipun pulang dengan keadaan aku di gendongnya, sambil nyanyi2 gak jelas saat perjalanan pulang.

Maaf kalo garing.. thor masih belajar nih.. tapi tetep kasih voment ya ok ok ting

THE SOMVLAK BOYWhere stories live. Discover now