Part 10

2K 129 0
                                    

Hari ini Fano mengajak ku kencan, dan ini pertama kali kami kencan selama jadian selama seminggu.
Dia menjeputku, Bahkan memakai mobil ayahnya. Karna ini tepat malam minggu jadi otomatis tempat bioskop yg kami datangi penuh dengan pasangan di lobi.

"Kita mau nonton apa?" Tanyaku pada Fano yg sedang menggandengku sambil clingak clinguk.

"Eemm.. kita nonton Harry potter aja" jawabnya setelah berfikir sejenak.

"Gak salah?, kamu gak mau nonton film romantis gitu?" Tanyaku yg heran dengan film yg dipilih Fano.

"Film romantis banyak yg nonton, rame"

"Ya udah deh, kita nonton Harry potter" jawabku pasrah. Gak mungkin dia mau dengerin pendapatku. Fano pun membeli tiket, lalu membawaku ke tempat bioskop yg isinya cuma ada beberapa orang saja. Kami dudk di bagian depan, dengan Fano yg masih menggandengku. Entah dia takut aku hilang atau emang biar romantis.

Kamipun larut dalam film, tak ada satupun dari kami yg membuka suara. Sebelum Fano teriak.

"Winggardiam leviosa (mantra dalam film Harry potter maaf kalo salah)" Fano teriak menirukan mantra itu dengan keras. Orang yg ada dalam ruangan pun melihat Fano aneh. Aku menarik kausnya.

"Kamu ngapain?" Tanyaku sambil menunjukan orang2 yg menatap kami.

"Biarin aja" jawabnya cuek. Aku nepok jidat dengan kelakuan pacar satu ini bener2 malu2in. Tapi mayat hidup kayak dia gak bakal punya rasa malu.

Setelah aku menahan rasa malu dengan kelakuan Fano di dalam bioskop. Akhirnya film selesai dan aku keluar dengan Fano.

"Aku mau es cream" pintaku manja.

"Ya udah tunggu sini" jawab Fano lalu menuju ke penjual es cream. Lalu dia kembali dengan dua es cream di tangannya. Dia memberikan yg satu padaku.

"Eemm enaknya" ucapnya menirukan caraku makan es cream. Aku mencubitnya karna kesal. Baru mendapat satu cubitan dia langsung menghindar sambil tertawa.

"Tangkap aku jika bisa" tantangnya padaku. Akupun tak segan2 mengejarnya yg lari menghindar. Terus, sampai aku tak sengaja menginjak jalan berlubang dan membuat langkahku tidak seimbang. Dan jatuh dengan es cream yg terlempar.

Fano lari menghampiriku, sepertinya dia sangat hawatir.

"Kok bisa jatoh sih, mata kamu ketutup belek ya" bentaknya yg memegang lututku. Karna aku memakai dress selutut jadi lututku berdarah.

"Aku ya jalan pake kakilah, liat baru pake mata" isakku yg masih bisa membalas bentakn Fano.

"Gini doang kok  nangis" ucapnya menyepelekan lukaku.

"Sakit tau" jawabku sambil di bantu berdiri oleh Fano.

Rasa malu yg aku tanggung yg lebih sakit ketimbang lukanya.

Fano mendudukan ku di kursi yg di sediakan di halaman bioskop. Fanopun lari, sepertinya dia mau mencari plester. Dia kembali dengan cepat, lalu membuka obat merah dan menuangkan sedikit dilututku.

"Aww" selaku meringis kesakitan.

"Tahan dong, kamukan tangguh" ucapnya lalu membuka plester dan menempelkannya ke lututku.

Sakit sih tapi gak papa kalo my king seperhatian ini.

"Selesai, masih bisa jalankan?" tanya Fano. Aku menganguk, lalu dia membantuku berdiri, aku mulai berjalan dengan dia yg menuntunku untuk masuk ke mobilnya.

Aku tidak tau dia mau membawaku kemana, tapi mobil sedan hitam ini berhenti di mini resto. Dia menuntunku keluar dari mobil dan masuk ke dalam resto.

"Mau maem dulu, kamu mau apa" tanyanya lembut, sepertinya dia agak hawatir.

"Samaan sama kamu, tapi pesen es cream, kan tadi es creamku jatoh" pintaku memelas.

Dia tersenyum sepertinya ingin menertawaiku tapi kali ini dia nahan karna melihat keadaanku yg menyedihkan. Dia pun memesan makanan dan tentunya es cream untukku.

"Makanya kalo jalan tu liat2 masa lubang segede danau gak liat" ejek Fano padaku sambil nahan tawa dengan terkekeh pelan. Aku cuma mendecak kesal.

Kamipun mulai makan saat pesanan udah dateng. Aku nungguin dia mau romantis gak kayak di sinetron main suap2an gitu tapi nihil dia makan sendiri.

"Kamu gak mau suapin aku dikit gitu" sindirku nekat.

"Kan kaki kamu yg sakit, tangan kamu kan masih bisa megang sendok" jawabnya cuek.

Gak papa dia ngajak aku kencan dan perhatian gini ini udah mendingan banget buat manusia kaya Fano yg kaya mayat hidup ini.

Kamipun selesai makan.
"Setelah ini kita mau.kemana?" Tanya ku antusias. Dia mengelap.mulutnya lalu menjawab.

"Pulang, aku udah gak ada duit" jawabnya terang2an. Akupun hanya bisa patuh, pasti harus ngurangin uang jajan banget kalo ngajak kencan pas belom kerja. Ini udah lumayan mewah kok.

Kamipun pulang, tapi karna kelamaan di mobil dengan perut kenyang aku ketiduran. Perjalanan terasa cepat pas Fano bangunin aku jauh dari kata lembut.

"My queen bangun, dasar pelor" teriaknya membangunkanku sambil memetot hidung mancungku.

"Gak bisa lebih lembut apaaa" protesku sambil menguap.

"Cewe pelor kaya kamu bangunya pasti susah" elaknya sambil keluar dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuku. Dia masih menuntunku ke rumah.

"Asalamualaikum, kami pulang bu"  salam Fano sambil.menaruh ku di kursi.

"Walaikumsalam, Loh Hani kamu kenapa?" Tanya ibu panik yg melihatku di bantu duduk oleh Fano.

"Jatoh bu, matanya meleng" jawab Fano nyindir. Aku cuma cemberut ke arahnya.

"Kok bisa, sakit gak" tanya ibu lagi.

"Sakit bu" jawabku manja sambil memanyunkan bibir bawah.

"Dia aja bu, lari malah nginjek lubang segede laut gak liat" jawab Fano menyalahkanku. Ibu terkekeh melihat ekspresiku dan Fano yg cuek gak merasa bersalah.

"Kamu tu gak bejus jagain akunya" protesku membela diri.

"Kan kaki kamu yg lari, masa aku harus megangin kaki kamu gitu" jawabnya lagi yg bikin aku jengkel. Cowokku ini emang gak bisa berubah kadang bikin baper, kadang bikin sewot.

Sebelum aku mengalami koma karna dia aku milih gak ngelawan dia lagi.

"Ya udah gini aja , mata Hani yg meleng Fano yg kurang jagain, adilkan" ucap ibu menengahi.

Tidak ada yg jawab di antar kami berdua.

"Fano mau minum apa?" Tanya ibu sambil melihat ku lalu mengeleng, seolah mengisyaratkan. Jangan gitu, gak baik.

Akupun ngalah. "My king mau minum apa" tanyaku lembut.

"Gak usah bu, Fano udah kenyang" jawabnya sambil pamer senyum yg sumpah menawan banget, sekalipun dia jawabnya keibu. Ibupun masuk.meninggalkan kami di ruang tamu.

"Besok kamu kerumahku ya" pintanya sambil nyengir lalu duduk di sampingku.

"Kenapa?" Tanyaku polos.

"Udah dateng aja, aku jemput deh" bujuknya.

"Kaki akukan sakit" ngeles, karna takut di hari minggu tetep harus berurusan sama dia ayahnya, dan kakeknya itu.

"Kamu gak perlu jalan, kan aku jemput" bujuknya lagi kali ini dia agak memohon.

"Ya udah iya" jawabku kalah. Dia emang gak bisa di tolak. Bukan cuma cintanya aja yg gak bisa di tolak tapi maunya juga

"Gitu dong besok aku jemput ya, sorean, sekarang king kamu ini harus pulang, cape" ucapnya sambil beranjak dari tempat duduk, aku menganguk dan mengantarnya keluar dari rumah, meski hanya sampai pintu. Aku melambai saat dia melambai dan melihatnya pergi dari pandanganku. Akupun memutuskan untuk tidur, karna jelas lukanya baru terasa nyeri sekarang.

Kasih jejak ya kalo suka
Voment thor butuh suntikan semangat nihh

THE SOMVLAK BOYWhere stories live. Discover now