[19]

6.9K 987 112
                                    

Note : Eh update lagi.. :) Iya, sengaja bonus. Anggap sebagai modusnya Green. Hehehe. Tapi pendek gapapa yaa...

Happy enjoy it

Lopyuu pull

...

[PERSIA POV]

Aku tidak lupa. Aku hanya tidak ingin mengingatnya. Karena tidak ada gunanya memperpanjang masalah. Memangnya kenapa kalau Zagga bertemu Detera? Apa yang bisa aku lakukan? Toh aku juga tidak bisa menghentikan mereka untuk bertemu. Jadi lebih baik aku jalani saja hidupku.

Dan sayangnya tidak semudah itu. Aghhh... Zagga...

Aku sesekali melirik Zagga yang sedang fokus dengan buku di depannya. Semenjak menjadi putri, ini adalah ketiga kalinya aku di sini, menemani Zagga membaca buku. Kami memang sangat jarang melakukan hal ini. Karena Zagga sendiri sangat jarang berada di istana. Tidak seperti Pangeran pada umumnya, Zagga memang mengambil alih sendiri misinya. Dia juga lebih sering berkegiatan di luar. Hmmm..

Aku jadi merindukan duniaku dulu. Meski tanpa aku sadari, rasa tertarikku pada duniaku dulu sudah mulai berkurang hari ke hari. Dan kini aku mulai menikmati kehidupanku di istana, bayiku dan juga... kehadiran Zagga.

"Kau butuh sesuatu, Putri?" tanya Zagga membuyarkan lamunanku. Aku mengerjap beberapa kali. Ia mengangkat wajah, memandangku. Lalu kenapa aku jadi gugup begini?

"Hmm, aku bosan di sini. Boleh aku keluar?"

Zagga tak langsung memberikan respon. "Tidak ada buku yang ingin kau baca?"

Aku langsung menggeleng. Aku tidak begitu tertarik pada buku. Setidaknya saat ini. Aku benar-benar butuh udara segar.

"Baiklah."

Aku langsung tersenyum, tak menyangka Zagga memberikan aku izin. Tapi kemudian dia ikut bangkit membuat keningku mengerut.

"Ayo. Kau bilang ingin keluar," katanya menatapku, menunggu.

Aku masih bingung, tapi kemudian bangkit dengan agak susah. Zagga langsung membantu. Kurasakan tangannya melingkar di sekitar pinggangku.

"Perutmu sudah sebesar ini, tapi kau masih ingin berkeliaran."

Aku tak begitu merespon kata-kata Zagga. Percuma saja. Toh suasana hatiku sedang sangat baik hari ini. Jadi nikmati saja.

Aroma segar dari bunga yang mekar langsung menyapa hidungku. Benar-benar menyejukkan. Tapi hanya sesaat, pandanganku beralih dari Zagga ke pengawal dan pelayan di belakang kami. Zagga melakukan hal yang sama.

"Bisakah mereka tidak ikut? Aku agak risih."

Zagga menaikkan alisnya. "Kau tidak sedang berencana melarikan diri, kan?"

Aku memutar bola mata. Berdiri saja butuh bantuan darinya, lalu bagaimana aku bisa melarikan diri? Apa dia bercanda?

Zagga akhirnya menyuruh pelayan dan pengawal meninggalkan kami berdua. Lalu kami melanjutkan langkah. Aku tak pernah menyangka, menyusuri taman penuh bunga mekar dan pohon dengan pucuk segar bisa semenenangkan ini.

Tak ada obrolan antara kami. Tapi aku menikmatinya.

"Apa tidak boleh jalan-jalan keluar istana?" tanyaku hati-hati.

"Tidak," jawab Zagga langsung. Tegas.

Astaga. Apa dia harus setegas itu? Dasar diktator.

Kembali hening. Aku menikmati pemandangan danau yang ditumbuhi oleh teratai yang sedang berbunga. Aku suka teratai. Mereka sangat cantik dan juga mempesona.

"Boleh aku bertanya satu hal?" tanya Zagga tiba-tiba.

"Hm?"

"Kenapa kau sangat membenciku?" tak seperti biasa. Nada suara Zagga kali ini terdengar sangat tenang.

Aku menatap jalanan yang akan kami lalui. Pertanyaan itu, aku punya banyak sekali jawabannya. Kenapa aku membenci Zagga? Karena tidak ada alasan untuk aku menyukainya. Karena dia Zagga. Aku sangat menghormati Raja dan Tuan Ratu. Tapi aku tidak akan pernah bisa menyukai Pangeran... dulu.

"Karena memang sudah seperti itu, kurasa."

Zagga manggut-manggut.

"Kita adalah orang yang berlawanan sejak kecil, Zagga. Bahkan bukan sekali dua kali peramal mengatakannya."

Ya. Tidak akan pernah ada damai. Setidaknya itu yang selalu dikatakan peramal dulu. Dan benar. Aku tumbuh besar dengan keadaan selalu berlawanan dengan Zagga. Jika iya bagi Zagga maka tidak bagi Persia dan sebaliknya. Kami tidak akan bisa berdamai. Aku juga tak yakin apa kami sekarang bisa dikatakan berdamai.

"Tapi kau adalah permaisuriku."

"Karena kau mengalihkan takdirnya."

Langkah kami sama-sama terhenti. Tapi Zagga tak memandangku. Pandangannya masih tertuju lurus ke depan.

Zagga tiba-tiba menghadap ke arahku. Menatap mataku dalam, membuat aku tak bisa mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Apa kisahnya akan berbeda? Jika seandainya aku tidak mengambil kesucianmu malam itu?" tanyanya masih tenang. "Apa yang harus aku percaya? Takdir yang dibacakan peramal atau keyakinanku?"

...

TBC

Lots of love

Greenqueen_

[The Curse] TERSEDIA VERSI E-BOOK ON GOOGLE PLAYWhere stories live. Discover now