[7]

8.8K 880 25
                                    


Suasana di sekeliling area terasa mencekam. Sunyi, gelap dan dipenuhi oleh pohon-pohon bambu yang menjulang tinggi.

Sesosok bayangan berkelebat menuju ke satu titik. Gelap seolah membantunya menutup jati diri.

Ia menunduk memberi hormat pada seseorang yang sudah menantinya. Wajahnya tertutup oleh topeng yang dikenakkannya.

"Bagaimana?"

"Maaf tuan. Kami terdesak. Tidak ada pilihan lain selain menyerahkan diri untuk mengelabui mereka."

Pria itu menghembuskan napas dengan tenang.

"Bagaimana dengan pasukan. Apa semua aman?"

Dia mengangguk. "Saya memindahkan mereka untuk sementara. Saya yakin ksatria Emerald tidak akan melepaskannya dengan mudah. Jadi untuk sementara ini mereka akan bersembunyi."

"Baguslah kalau begitu. Tetap jalankan misi seperti biasa. Tapi jangan libatkan para trolls dulu. Lebih baik jika kau bergerak sendiri."

"Baiklah. Tapi ada dua berita lagi tuan. Wolf akan segera kembali."

"Hm. Minta dia menemuiku segera setelah dia datang. Aku memang membutuhkannya saat ini. Dia datang di saat yang tepat."

"Baiklah tuan. Tapi ada berita buruk."

Sang tuan menunggu dengan sabar dan tenang.

"Pangeran Api sudah mendengar berita pernikahan itu. Dia mungkin tidak akan tinggal diam."

Hening. Yang terdengar hanya suara jangkrik.

"Apa perlu saya memata-matainya langsung?"

Si tuan menggeleng. "Tidak usah. Tetap seperti biasa, cukup awasi dia dari jauh. Orang seperti dia terlalu berbahaya untuk didekati. Aku tidak ingin mengambil resiko degan kehilangan satu Azcard lagi."

(*Azcard = pasukan khusus yang terdiri dari orang-orang pilihan dan terpercaya. Identitasnya tidak resmi dan dirahasiakan)

"Baiklah tuan. Maafkan kami, karena kelalaian kemarin. Saya tidak menyangka nona Persia akan berada disana."

"Itu bukan salahmu. Urusan Persia biar aku yang urus."

Kedua pria itu akhirnya berpisah. Kembali ke jalan masing-masing.

...

Lucas terlihat memasuki istana. Dia tampak sedikit tergesa dengan ekspresi yang tidak terlalu baik.

"Saya ingin menemui Raja," katanya pada pelayan yang berjaga di depan gerbang menuju kediaman Raja.

Pelayan itu mengangguk. "Raja ada di dalam."

Lucas kemudian berlalu setelah mendapat izin. Tapi langkahnya terhenti saat seseorang menghadangnya.

"Pangeran.." katanya dengan wajah cukup kaget.

Zagga tersenyum. "Majesti," sapa pria itu ramah. (*Majesti : panggilan untuk mertua)

"Apa yang membawa Majesti datang ke sini? Anda terlihat tergesa."

Lucas menggeleng. "Saya ingin menemui Raja, urusan istana." Pria itu melirik pengawal Zagga sekilas.

Zagga manggut-manggut. "Apa penting??"

Lucas menggeleng dan tersenyum. "Anda membutuhkan sesuatu pangeran?"

Zagga menggeleng. Dia kemudian memberi Lucas jalan. "Semoga hari anda menyenangkan," katanya.

Lucas mengangguk dan berlalu.

Raut wajah Zagga kemudian berubah datar. "Dia mungkin mengira aku tidak tau." Perhatiannya kemudian beralih ke Ruiji.

[The Curse] TERSEDIA VERSI E-BOOK ON GOOGLE PLAYWhere stories live. Discover now