Gilang akhirnya tahu apa maksud dari hal yang dilakukan Karen tadi. Gilang tersenyum lalu melipat kedua tangannya di depan dada.

“Lo nya aja yang terlalu kaku, hidup tuh dibawa enjoy aja, Ren. Ga selamanya kita mau nurutin perintah-perintah lo. Anak kelas tuh lagi pusing karena nanti ada ulangan Sejarah kan? Tiga puluh soal essai. Lo ga bisa bayangin gimana stresnya mereka?”

Karen sedikit tertohok karena ucapan Gilang, lalu Karen memberanikan diri untuk kembali berbicara. “Gue tau. Tapi ya ga harus berisik banget kaya tadi kan? Tugas lo tuh menertibkan kelas. Bukan malah bikin gaduh!” Karen sedikit berteriak.

Gilang tersenyum miring lalu mengupas bungkus permen karet yang entah dari kapan ia genggam, membuang bungkusnya sembarangan dan melahap permen karet itu seraya berkata, “Ya suka-suka gue lah. Lagian kalo lo tau semua tugas-tugas seorang ketua kelas, kenapa lo ga nyalonin diri waktu pemilihan ketua kelas?” tanya Gilang sambil terus asyik mengunyah permen karet.

Karen membuka mulutnya sejenak lalu menutupnya rapat-rapat kembali. Ia kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Gilang.

“Kenapa? Lo ga bisa jawab? Udah deh, Ren. Lagian Bu Yuli ga ngajar sekarang, dia ada acara keluarga.”

Karen mengerutkan keningnya, “Tau darimana lo Bu Yuli ga masuk?”

“Tadi sebelum masuk kelas, gue ketemu guru. Gue gatau namanya. Dan gue gamau tau. Terus gue juga ga ada niatan buat ngajak kenalan. Intinya tuh Bapak guru gendut nanya ke gue, kamu Gilang ketua kelas 12 IPS 1 kan? Gue jawab iya. Terus dia bilang kalo Bu Yuli ga ngajar hari ini soalnya ada acara keluarga.” Gilang berhenti berbicara sedangkan Karen masih menunggu penjelasan selanjutnya dari Gilang.

“Disitu gue sadar kalo gue itu most wanted di sekolah, sampai guru-guru yang ga ngajar di kelas kita aja kenal sama gue. Yoi ga lu?” lanjut Gilang tersenyum lebar sambil menyisir rambutnya ke belakang dengan jari-jarinya sendiri. Karen bergedik jijik karena kepercayadirian seorang Gilang yang terlalu over itu.

“Ck, plis deh, Lang. Tingkat kepedean lu diturunin dikit bisa?” sinis Karen yang dibalas hanya dengan gelengan kepala Gilang.

Karen hendak berjalan menuju pintu kelas, tetapi sebelumnya Gilang terlebih dahulu menahan pundaknya.

“Apaan sih?!” sungut Karen lalu menjauhkan tangan Gilang dari pundaknya.

“Lo harus tanggung jawab. Lo udah narik-narik gue keluar kelas tadi. Sekarang lo harus nemenin gue, baru lo bisa masuk kelas!” ucap Gilang.

Karen mengerenyitkan dahinya. “Kemana?”

“Ke WC. Gue kebelet pipis.” jawab Gilang dengan watados-nya.

“BODO AMAT, LANG!!!”

******

Setelah cukup lama ia berpikir keras tentang isi dari ketiga puluh soal Sejarah yang diujikan tadi. Karen akhirnya bisa menenangkan otaknya sekarang.

Bel istirahat telah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Karen mengambil kotak makanan dari dalam tasnya. Hari ini Mamanya memasak nasi goreng sosis dan omlette kesukaannya.

Belum selesai Karen membuka kotak makannya. Tiba-tiba Gilang duduk mendekat menghadap kotak makan berwarna kuning milik Karen. Dengan segera Karen menggeser bekalnya agar menjauh dari jangkauan Gilang.

Orang KetigaWhere stories live. Discover now