16. Kangen Yoshi

1.2K 200 30
                                    

Icha, Rendy serta Yoshi sudah meninggalkan rumah Al. Mertua Icha , alias orangtua Rendy sakit. Mau tidak mau, mereka harus pulang.

Keadaan rumah sepi, termasuk hati Yuki.
Tidak ada lagi bayi menggemaskan yang akan menghiburnya kala teringat sakit hatinya terhadap Al. Tidak ada lagi seruan manja dari Yoshi untuknya, bahkan tawa Yoshi pun hanya terngiang di ingatan.

Yuki rindu Yoshi, sangat.
Apakah Yuki juga merindukan Al ?
Entahlah, karena hingga detik ini, Yuki masih betah menyimpan kekesalannya.

Al sudah melakukan berbagai cara untuk membuat kepercayaan Yuki terhadapnya kembali, namun nyatanya semua masih sama. Yuki masih dingin, tidak sehangat dulu.
Jika tau akhirnya akan seperti ini, Al tidak akan melakukan tindakan bodoh itu. Berbohong hanya untuk menuruti permintaan Arina.
Baiklah, nasi sudah menjadi bubur. Dan bubur tidak akan kembali menjadi nasi. Maka dari itu, Al akan membuat semuanya kembali baik dengan caranya sendiri  .
Biarlah itu menjadi pelajaran. Lainkali, tidak boleh terulang.

Sedingin-dinginnya Yuki, perempuan itu tetap melakukan kewajibannya.
Menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan Al termasuk memasak.
Akhir-akhir ini Yuki sering memasak untuk Al. Dari sarapan hingga makan malam. Dibantu asisten rumah tangga atau ibu mertuanya. Bunda Maia.

Yuki ingat pesan ibunya jauh sebelum menikah dulu.
'Rumah tangga itu tidak selamanya indah. Masalah akan selalu ada termasuk bagi mereka yang menjalani dengan cinta .
Jika ada masalah, usahakan selesaikan berdua. Karena itu adalah salah satu sarana ujian kedewasaan kalian.'

"Gimana cara nyelesaiinnya kalo saat gue liat muka Ale aja gue selalu inget Arina dan kebohongannya? " gumam Yuki.

"Sayang, sarapannya udah siap? "
Maia mendekat sambil membawa sebuah ceret kaca  lalu mengisinya dengan air dari dispenser.

Yuki terkesiap, "udah Bund. Tinggal dibawa.! "
Jawab Yuki.

"Kamu kenapa?" tanya Maia dengan tatapan khawatir.

Yuki menggeleng, "Nggak kenapa-kenapa Bund. Yuki cuma ingat Yoshi, " kilah Yuki.

"Oh,, "

"Ayo Bun! " ajak Yuki membawa piring sarapan yang sudah berisi nasi goreng yang asapnya masih mengepul.

**
Ritual sarapan telah selesai. Seperti biasa, Yuki akan mengantar Al sampai di depan pintu.
Mereka berkomitmen untuk menjaga hubungan baik ini setidaknya di depan orangtua Al. Mereka hanya tidak ingin keduanya khawatir lalu berpikir yang tidak-tidak.

"Aku bakal pulang telat. " ucap Al.

Yuki mengangguk sambil berdehem.
"Aku berangkat! " pamit Al.

Dua langkah berjalan, Al kembali mundur.

"Yuki,, " panggilnya pada Yuki yang baru saja hendak masuk.

Cup

"Biar aku semangat.! " ucap Al setelah mengecup dahi Yuki sedikit lama.

Yuki diam tidak berkutik.
Untuk ke sekian kali, dia hanya menerima perlakuan manis itu tanpa perlawanan. Bahkan detak jantungnya selalu berulah saat berada dekat dengan Al.

Yuki menarik napas lalu mengembuskan pelan.

Tangannya terangkat  menempelkan punggung tangan itu tepat pada bagian yang Al cium tadi.

"Rasanya selalu kaya' gini. Tapi kenapa hati masih gengsi buat maafin? " monolognya pelan.

Sepertinya Yuki lebih suka bicara sendiri sekarang.

[••••]

Bosan sudah pasti. Kegiatan Yuki telah habis. Dari membereskan kamar hingga menemani ibu mertuanya di belakang sudah diselesaikan. Tinggallah dia duduk di kamar . Bersender pada ranjang dengan malas.

Ingin keluar rumah, tapi sepertinya bukan pilihan yang tepat. Cuaca di luar sedang mendung, mungkin sebentar lagi hujan. Bahkan dari ramalan cuaca yang tidak sengaja Yuki lihat di televisi,  hari ini akan hujan.

Yuki melirik ponselnya di atas nakas. Jam segini Icha sedang apa, pikirnya.
Sebenarnya bukan Icha. Tapi Yoshi.
Yuki kan bukan merindukan Icha.
Tapi tidak mungkin dia bisa terhubung dengan Yoshi tanpa bantuan Icha.

Menelpon Yoshi di saat seperti ini mudah-mudahan pilihan tepat. Yuki benar-benar merindukan bayi itu sekarang.

"Hallo Ki,, "

Panggilan tersambung. Suara Icha terdengar parau. Persis seperti orang baru bangun.

"Tadi tidur? Ganggu dong. " Yuki meringis tidak enak.

"Iya. Ngantuk. Semalem Yoshi rewel. Dia demam. " jelas Icha.

"Demam? Astaga,,  sekarang keadaannya gimana? "

Yuki berubah dari tenang menjadi panik. Dari bersender malas menjadi duduk tegap. Baru mendengar Yoshi yang demam saja, membuat perempuan itu teriak nyaris memekakan telinga. Bahkan Icha sempat menjauhkan ponselnya karena terkejut.

"Duhhh,,  " keluh Icha.

"Bentar-bentar. Kamu khawatir udah kaya' emaknya aja. "

"Iya kan aku Aunty-nya. "

"Hem,,,, rasa keibuan kamu udah muncul nih. Jangan tunda Ki. "

"Kode banget Cha. " celetuk Yuki.
Icha hanya membalas dengan cekikikan.

"Emang yang boleh khawatir cuma ibu-ibu doang. Aunty-aunty nggak boleh gitu? " tanya Yuki sambil memanyunkan bibir.

"Iya deh iya. Aunty-nya Yoshi boleh kok khawatir. Kan bentar lagi juga bakal jadi ibu. Hahahah,,,"

"Eh,, video call dong. Aku rindu !" ucap Yuki terdengar lebay.

"Ya udah, matiin dulu! "

Mata Yuki berbinar melihat damainya wajah Yoshi saat tidur. Sayang, bayi itu sedang tidak sehat. Jika saja tidak, Yuki pasti akan meminta Icha membangunkan Yoshi untuk mendengar suara gumamannya.

"Cha,,, aku beneran kangen sama Yoshi. Sayang banget kalian nggak ada di sini! " bibir Yuki melengkung ke bawah karena sedih.

"Yeee,,,, Bikin sendiri dong." ledek Icha sambil tertawa.

"Ichaaa,,,, ihhh " teriak Yuki tak terima diledek.

"Iya biar Bunda Maia ada temen main. Biar kamu ada kegiatan selain nanyain Yoshi. kenapa nggak mau? Lagian anak kan bisa mendekatkan hubungan kita sama suami.
Dan Biar kalian makin cintahhhh. Heheheh,,,,"

Yuki hanya diam.
"Asik tau punya anak. Dari kita hamil sampe ngelahirin, kita bakal tau perjuangan seorang ibu kaya' gimana.!" sambung Icha.

"Kita juga akan tau gimana repotnya jagain dia malem-malem. Saat dia rewel minta susu di waktu yang harusnya dipake' buat tidur. Saat dia sakit juga. Nih kaya' sekarang. "

"Kamu nggak minat? "

"Duh,,,, kok jadi bahas ini sih? Ganti topik yuk! " ujar Yuki memohon.

"Hahaha,,,, "

"Pikirin baik-baik Ki. Punya anak nggak semengerikan yang kita liat. Kita dibuat repot pun akan kebayar saat kita liat senyumnya dia. Aku buktinya. "

Yuki kembali diam. Entahlah. Diam karena sebal atau sedang memikirkan kata-kata Icha yang terdengar seperti saran.

Tbc

Eaaaa,,,,,, bisa banget si Icha.
😂😂😂

Bagaimana dengan part ini?
Sweet dikit doang. 😊
Pesen aja, jangan berharap lebih sm author kaya aku, ntar cugak.

Hahahah,,,,,
Selamat menunggu part selanjutnya. 😂😂

Mission 2 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang