12. Kali kedua

1.1K 217 48
                                    

Yuki masih terjaga. Harusnya di jam selarut ini, dia tidur tenang dengan selimut yang mampu membuat tubuhnya nyaman.

"Ucapan dia nggak akan mempengaruhi aku untuk ninggalin kamu, walau dia bisa kasih aku semua cinta yang dia punya. "

"Lagian kamu , kenapa nggak cerita kalo kita udah nikah?"

"Tunggu, tapi kamu nggak cemburu kita ketemu Arina di sini ,kan? "

Yuki terduduk , lalu menyender. Sejak Al mengatakan dirinya tidak akan berpaling, lelaki itu belum juga kembali ke kamar. Apa yang dilakukannya di luar pun Yuki tidak tahu.

Satu kata yang masih membuat Yuki ragu akan hatinya sendiri.
Sejak kemarin malam, pembahasan selalu merembet pada kata cemburu, cemburu dan cemburu.
Yuki sudah katakan bahwa dirinya memang cemburu. Tapi ketika dengan alasan status, Yuki sedikit tidak yakin.
Apakah benar hanya status yang mengikat mereka atau bahkan cemburu itu karena rasa yang lain. Cinta misalnya?

Yuki menyalakan lampu tidurnya, lalu berdiri keluar kamar mencari Al.

Ruang tengah gelap. Cahaya penerang hanya bersumber dari TV yang menyala. Anehnya, Yuki tidak merasa takut seperti kemarin. Mungkin karena dia sudah lupa. Bisa jadi.

Saat Yuki mendekat, Al tidur dengan memeluk remote TV.

"Kenapa malah tv yang nonton kamu? " gumamnya.

"Ale, kenapa tidur di sini? Ayo masuk kamar.! " ucapnya pelan sambil menggerakkan tubuh Al.

Al hanya menggeliat tanpa membuka mata.

Tubuhnya berbalik ke arah senderan sofa.

Yuki menghela napas pelan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yuki menghela napas pelan. Kakinya melangkah lebih dekat pada Al. Posisinya kini tidak lagi berdiri.
Perempuan itu duduk, mensejajarkan tubuhnya lalu dengan refleks, tangan putih itu menyentuh dahi Al. Mengelusnya pelan sambil menikmati wajah damai suaminya yang terlelap.
Kini tangannya beralih menarik pelan remote yang masih setia berada di pelukan Al, lalu memencet tombol power untuk mematikan TV yang terabaikan itu.

Senyap. Hanya suara dengkuran halus milik Al yang terdengar di telinga Yuki.

"Ale, kaya'nya aku emang terlalu berlebihan. Maaf ya. !"
Pintanya dengan nada penyesalan.

"Harusnya aku nggak nyindir masalah Arina sama kamu." sambungnya berbisik.

"Lagian aku juga yang salah minta rahasia'in pernikahan kita di depan Arina. !"

Yuki tersenyum simpul. "Kamu tau? Saat kamu bilang bahwa bukan cinta Arina yang kamu butuhin, aku ngerasa kalo kamu nunggu cinta dari aku.!"

"Nunggu cinta yang nyatanya aku sendiri bingung seperti apa.! "
Yuki menghela napasnya.
"Makasih udah buat aku ngerasa jadi perempuan beruntung karena dicintai oleh laki-laki kaya' kamu."
" Laki-laki yang nggak nuntut apapun dengan ketidaksabaran."

Mission 2 (✔)Where stories live. Discover now