11. Di balik semalam

1.3K 219 32
                                    

Dari pagi hingga tengah hari, Al masih betah menatap layar datar di depannya. Rasanya Icha ingin mengatakan semuanya tentang kejadian semalam. Pasalnya, gara-gara keisengan yang mereka lakukan, kini hubungan Al dan Yuki terlihat tidak baik.
Yuki berdiam diri di kamar ,sedang Al memilih berada di ruang tengah menghabiskan waktu dengan rasa malas.

Ya, semalam adalah rencana mereka. Icha dan Bunda. Sedang Rendy dan Ayah hanya menuruti perintah .
Dari kepergian Ayah dan Bunda Al ke rumah Kakek, lalu lampu yang tiba-tiba padam dan benda jatuh semalam.
Sebenarnya tujuan keisengan itu adalah hanya untuk menyatukan keduanya. Namun, rencana mereka tidak membuahkan hasil. Bukannya memperbaiki, mereka justru memperkeruh .

Langkah kaki amat ragu Icha tetap mengantarkan tubuhnya mendekat pada Al. Dia berdehem sebentar lalu menyapa dengan suara pelan.

"Al,, "

"Hem,, " Al menjawab dengan sebuah deheman. Tangannya memegang remote TV lalu mengganti channel terus menerus sampai mendapat satu acara yang paling tidak dapat membuatnya lebih baik.

"Maaf ya,! " pinta Icha pelan.

"Maaf untuk apa? " jawaban itu masih sangat mengusik hati Icha. Rasanya ingin jujur, tapi mendadak sekarang takut.
Jujur saja, Al bisa jadi sosok menyeramkan jika sedang marah. Icha tahu. Amat sangat.
Icha mengambil duduk di samping Al dengan gerakan pelan.

"Maaf buat yang semalem. " ucapnya.

"Yang mana? "

"Semuanya. "

Al tidak menggubris permintaan Icha. Lalu dengan tidak sabar, Icha menarik tangan Al dan menggenggamnya.
"Al, maaf. " lagi Icha bicara.
"Maaf karena gue lancang ajak Arina nonton bareng kita semalam, dan biarin dia nyium lo yang justru diliat sama Yuki.! "

Al menoleh membalas tatapannya.
"Tunggu. Lo tau Yuki liat Arina nyium gue?"

Icha mengangguk pelan.
"Kenapa lo nggak bilang Cha?" tanya Al. Raut wajahnya berubah semakin menakutkan bagi Icha.
"Yuki salah paham ke gue semalem. Dia kira gue kesenengan dicium Arina."

Al berdecak kesal.

"Andai lo bilang ke gue kalo Yuki liat itu semua, gue akan jelasin ke dia. "

"Iya, sorry . Gue sengaja biar Yuki jujur ke elo tentang perasaannya kalo dia cemburu Al. !"

Al menghela napas.

"Gue sengaja ajak Arina nonton karena gue pengen saat ada Arina, dia ngerasa terancam dan jujur sama perasaannya kalo lo cuma milik dia. "

"Dan semalem saat mati lampu dan suara yang buat kalian berdua terkejut bisa nyadarin dia kalo lo itu bisa jadi sosok pelindung saat dia takut. Tapi nyatanya dia malah bilang gitu ke elo ."

Icha tertunduk menyesal.

"Bentar, kok lo tau semalem mati lampu? Kan kalian berdua pulang setelah lampu nyala?"

Ups,,,

Icha seketika terdiam. Pengakuan secara tidak langsung itu keluar begitu saja tanpa disadari.
Al menarik dagu Icha agar menatapnya dan menuntut jawaban.

"Hehe,,, " mata Icha memicing sambil nyengir. "Sorry . Ini yang mau gue bahas dari tadi. !"

Al menarik napas berulang-ulang. Ingin marah, tapi dia sadar jika tujuan Icha baik. Ini bagian dari misi kan?

[••••]

Usai makan malam , Yuki memilih pergi ke kamar. Saat Bunda mengajak untuk ikut bergabung mengobrol di ruang tengah pun, Yuki menolak halus dengan alasan bahwa dirinya sedang tidak enak badan. Butuh istirahat katanya.

Al tahu, suasana hati Yuki masih sama.
Sejak semalam , keduanya lebih suka diam. Al diam karena kecewa ,sedang Yuki karena cemburu. Ya, cemburu hanya karena statusnya sebagai istri, tidak lebih. Itu menurut pengakuan Yuki. Karena faktanya, semua penghuni rumah yakin rasa cemburu itu bukan hanya sekedar status.

Al sengaja masuk ke kamar menyusul Yuki.
Saat tiba di kamar, istrinya itu sedang memainkan ponsel sambil bersandar santai.

Dengan pelan, Al duduk di sisi ranjang. Posisinya, sama-sama berada di ujung.
Yuki masih menunjukkan wajah kesalnya, sedang Al berusaha mencari kata yang tepat untuk mengawali obrolan.

"Ehem,, " dehem Al pelan.

Yuki bergeming. Jarinya masih asyik menari di atas layar datar ponsel. Entah sedang apa, Yuki sendiri bingung. Seperti biasa, benda elektronik itu hanya pelarian.

"Maaf ya.!" ucap Al ."Maaf udah buat hati kamu sebagai istri terusik gara-gara kejadian kemarin malam. "

Yuki diam mendengarkan.

"Sebelum Arina pergi, dia bilang maaf ke aku. Dia nyesel ninggalin aku waktu itu. "

"Oh,, " ucap Yuki masih dingin.

"Dia nggak sekalian minta balikan? " sindir Yuki.

"Dia juga bilang gitu. Tapi,,,,"

Yuki menunggu jawaban Al yang sengaja digantung.

"Ah lupakan. Kamu istirahat aja . Kita bahas ini lain waktu !" ucap Al mengakhiri. Kakinya berdiri lalu meraih knop pintu untuk keluar. Padahal awalnya, Al ingin menjelaskan apa yang seharusnya dia katakan sebelum Yuki berpikiran buruk lebih jauh. Tapi, sepertinya saat ini Yuki masih membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk menenangkan hatinya.

"Tunggu. Kamu jawab apa? " tanya Yuki sambil berdiri.

Al diam tidak bersuara.

"Ale,, " tanya Yuki menuntut.

"Kamu lagi nggak enak badan kan? Kita bahas ini lain waktu. Istirahatlah Yuki. " perintah Al.

"Nggak. Aku baik-baik aja.! " tolak Yuki.

"Kamu jawab apa?! " tanya Yuki lagi.

"Ucapan dia nggak akan mempengaruhi aku untuk ninggalin kamu, walau dia bisa kasih aku semua cinta yang dia punya. "

"Karena bukan cinta dia yang aku butuhin, Yuki!"

Al melanjutkan langkah kakinya keluar. Yuki tertegun mendengar kalimat panjang Al.

Apa itu berarti, Arina benar-benar datang hanya untuk Al.

Rasa bersalahnya pada Al, dan rasa kecewa akan sikapnya sendiri membuat Yuki merenung. Dirinya bingung. Apa yang terjadi padanya kini.
Pikirannya dipenuhi perasaan curiga yang membuatnya melakukan hal yang tidak seharusnya dia lakukan.

Maaf.

Tbc

Mission 2 (✔)Where stories live. Discover now