The Day.

120 5 0
                                    

-AUTHOR POV.

Kini sudah saatnya,

Alunan musik romantis mengalun...
Dekor serba putih dan biru mendominasi...
Semerbak aroma bunga behitu menyeruak hidung tiap2 yang datang...
Tak mewah memang namun sederhana dan menawan...
Tak kurang dan lebih dari 100 undangan yang datang,
Penginapan seperti ini sangat pas, deburan ombak menggema, kicau burung pun tak mau kalah, ditambah lagi dengan desiran angin yang menggaruk punggung, dan membuat dahan melambaikan jemarinya.

Ini adalah hari pernikahan Rayhan dan Syaima, memang sengaja dibuat menjauh dari kerumunan orang yang memang dihindari mereka, Penginapan di pinggir pesisir pantai daerah gunung kidul adalah pilihannya, menawan dan jauh dari kebisingan.

Pagi itu, seorang wanita tambpak sedang dirias oleh 2 perias sekaligus, dan dengan ajaib, wajahnya yang tadinya tamoak mengantuk akibat begadang setelah shift malam sudah tertutup dengan sempurna, mengapa aku katakan demikian? ya Syaima dan Rayhan mereka berdua baru saja melaksanakan tugasnya menjalankan shift malam, karena mereka tidak ingin ada yang curiga.

Deburan ombak dan hembusan angin yang masuk melalui jendela jendela nakal mulai menghantui Syaima membuat dirinya merasa kantuk menghadangnya.

Dilain tempat,
Pria gagah sedang mengenakan jasnya dengan malas, tak tamoak ada kebahagian, hanya saja wajahnya tampak segar dan lebih lebih menawan. ia mematut dirinya di depan cermin, dan berdecak, serta mengumpat sesekali menatap penampilannya yang barang kali ada yg salah.

"Ray, boleh mama masuk?" tanya Mayang dengan nada lembut dan kedatangannya tidak hanya sendiri tapi juga dengan seorang pria paru baya, dengan kacamata bertengger dihidung mancungnya, ya siapa lagi kalau bukan papa Rayhan.

"Masuk aja ma, pa"

"Ray, ini semua mama lakukan karena mama dan oapa sangat sayang sama Rayhan, mama papa mau yang terbaik buat Rayhan, apalagi ini permintaan kakek buyutmu yang sangat berjasa," ucap Mayang sambil menahan air mata harunya.

"Ray, papa bangga sama kamu, papa mohon jaga dia, lindungi dia, dan buka hati kamu, jangan bekukan perasaanmu, kamu adalah seorang dokter, dan kini akan menjadi suami seorang perawatnya," tambah papa Rayhan.

"Pa...Ma, Rayhan mohon, jangan pernah mengatakan apapun ke pihak Rumah Sakit, kecuali staf lantai 2, itupun hanya bu. Elsa, pak. Ahmad, dan bu. Wati, ingat ma pa, jangan kacaukan, Ray sudah menerima wanita itu, dan Ray hanya minta itu ke mama dan papa," pinta Ray.

"Baiklah Ray, jangan salah sebut dan tarik napas kamu, papa yakin kamu sanggup, papa dan mama menunggumu," ucap papa Ray, sambil menepuk bahu anaknya yang kekar itu.

Alunan musik semakin menggema, kekhidmatan pernikahan akan segera dirasakan, bunga-bunga bertabtan di altar pernikahan, sudah terasa kehadiran para malaikat-malaikat yang akan ikut mendoakan ijab kabul kedua anak manusia walaupun tanpa cinta itu.

-SYAIMA POV.

Habis sudah semuanya, ya semuanya impianku bersama lelaki yang aku cintai, impianku mendapatkan cinta yang tulus dari pangeran berkuda putih, ya aku memang sangat kekanakan masih memikirkan hal itu, betapa hancurnya aku setelah menjadi istri seorang dokter yang menyebalkan. Masih kuingat betapa kejamnya dia saat menyenggol lenganku tadi malam saat aku satu shift dengannya, dan betapa menyebalkannya laki-laki itu saat menyerahkan map-map status pasien, dan membuatku frustasi lagi adalah saat dia sulit diajak berbicara saat aku sedang melaporkan keadaan pasien. Huh, apa ini jalannya ya Tuhan, mengapa sulit, mengapa rencanamu begitu membuatku tersiksa, entah apa nanti ya Tuhan yang akan aku dapatkan setelah aku menikah nanti.

Dengan napas beratku, dan dengan kejengahan hatiku aku mulai memberikan senyum palsuku, Tante Dita dan Tante Ais menggandeng tanganku, kulangkahkan kakiku menuju altar ijab kabul kami, kami? aku dan Rayhan, ya Tuhan kuatkan hatiku, kuatkan perasaan dan kesiapanku yang sebentar lagi menjadi seorang istri,
sambil berjalan memoriku berputar pada nasehat mama dan eyang Roro kemarin sebelum aku berangkat shift malam,

"Eh, cucu eyang, Syaima Naila akan menjadi seorang istri," panggil nenek mengganggu lamunanku sembari merajut wol.

"Eyang ih, ngomongnya gitu, Syaima jadi malu ah," bohongku pada nenek.

"Anak mama, bentar lagi jadi istri, trus jadi ibu, nak mama sayang sama kamu," tambah mama

"Eyang percaya kamu bisa jadi istri sekaligus ibu yang baik, nenek mau kamu melaksanakan kewajiban kamu itu dengan baik, dengan ikhlas, dan dengan sepenuh hati," ucap Eyang lagi yang semakin membuatku merasa seperti bersalah jika tidak menjalankan kewajibanku sebagai istri untuk Rayhan, Ah tapi gimana, aku sama Rayhan saja menikah tanpa cinta.

"Nak, walaupun pernikahan kalian tidak didasarkan karena cinta, namun kamu tetap harus menerima dia apa adanya, dan bagaimana kamu harus menjadi istri yang baik," ahh ucapan mama sepertinya menyindir batinku, ya semoga saja dia juga dapat berubah, tapi sejak tante Silvia mengatakan "wanita itu pergi" aku terus berfikir siapa wanita yang sudah menutup hati calon suamiku itu?

Kembali ke masa sekarang,

Ya aku sedang tersenyum palsu pada semua tamu undangan di villa tersebut, keluargaku dan keluarha si dokter itu berkumpul, tampak tante Silvia yang melambaikan tangan ke arahku, banyak keluargaku yang sedang tersenyum padaku, dan tampak juga keluarga Rayhan yang memberikab senyum kepadaku, namun juga ada yang menatapku dengan sinis.

Kini, aku menatap manik mata kecokelatan itu, mata yang sedari tadi menatapku, dan menatap dengan tajam dan ada benci di matanya, ya kalian bisa menebak siapa dia, Rayhan.

Aku duduk di sampingnya, dan tante Dita menutup kepala kami dengan kerudung itu, kerudung putih seperti yang ada di sinetron-sinetron.

"Bagaimana sudah siap?" tanya pak peghulu berkumis tebal itu.

"Siap, pak," jawab Rayhan yang membuatku mentapnya dari manik mataku.

"Audzubillahiminasyaitonirazim, Bismillahirahmanirahim. Saya nikahkan anda saudara Rayhan Huda bin Ahmad Huda dengan saudari Syaima Naila binti Syaifudin Putra dengan mas kawin seperangkat alat shalat, dan emas 24 karat dibayar tunai," ucapan itu membuatku seakan tak berdetak

" Audzubillahiminasyaitonirazim, Bismillahirahmanirahim. Saya nikahkan Syaima Naila binti Syaifudin Putra dengan mas kawin seperangkat alat shalat, dan emas 24 karat dibayar tunai," ucapan ijab kabul dari Rayhan membuatku seakan ingin tenggelam, kepalaku pening, dan denyut jantungku terhenti.

Kini telah sah, aku menjadi istri seorang Rayhan, Rayhan Huda. Baiklah, aku akan berusaha sebisa mungkin menjadi istri yang baik.

-Hayhay, udah nikah nih mereka berdua, duh bahagianya ya, tapi gimana kebelakangnya, kita tetep stay tune terus ya, kasihan nih kalau mas Ray dan mba Aima ngga diikutin terus, dan dont forget to vomment.See u later guys.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 13, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Times Talk Where stories live. Discover now