You and Me as Rival.

83 6 1
                                    

"Eh perawat ceroboh," panggil Rayhan di koridor rumah sakit yang sepi karena Syaima meninggalnya jauh, dan membuat Syaima terhenti sejenak.

"Heh dimana-mana itu perawat disamping apa dibelakang dokter ngga duluin kayak gitu," ujar Rayhan sambil berjalan mendekati Syaima, untung saja koridor rumah sakit itu tidak terlalu ramai, karena masih pagi.

"Iya, dok" balas Syaima dengan terpaksa.

"Perawat itu senyum kagak cemberut kayak gitu, mau pasiennya ngga sembuh-sembuh" celetuk Rayhan.

"Eh kok situ ngatur, dok kamu masih ngga terima soal yang tadi pagi, apa gimana sih, kok kayaknya ngga suka sama aku," cerocos Syaima yang membuat Rayhan mengerutkan alis mata.

"Kamu ngga tau siapa saya?" tanya Rayhan sekalian mengetest Syaima.

"Ya tahu lah siapa situ, anda itu dokter, dokter Ray, tapi buat saya kamu itu musuh saya, ngga tau kenapa rasanya benci aja sama kamu, gara-gara kamu tadi pagi saya jadi telat" jelas Syaima yang membuat Rayhan makin terpancing untuk menjahilinya.

"Dok, buruan jalannya ini kalo begini kita kagak balik-balik ke bangsal yang ada saya yg kena semprot bu Merry," tambah Syaima sambil berjalan meninggalkan Rayhan.

"Dasar, perawat ceroboh, suka bentak bentak, ngga dapet jodoh baru tau rasa kamu,"gerutu Rayhan yang membuat Syaima menghentikan langkahnya.

"Ngomong apa barusan, heh dokter songong, kamu kalo terlalu songong trus nyebelin juga,tambah tua lagi dah pasti bakalan ngga dapet jodoh," balas Syaima sambil meninggalkan Rayhan lebih jauh lagi, dan di belakang Rayhan hanya tersenyum tipis dan mengikuti Syaima dari belakang menuju bangsal.

Sesampainya di bangsal Syaima meletakan status pasien dengan gemas sambil terus menggerutu, dan segera mengambil tempat duduk.

"Lha dokter Ray mana, Ma?" tanya suster Beti.

"Kejepit pintu kali, bodo amat dia dimana juga,"balas Syaima yang kesal.

"Eh, kamu ngga tau apa kalo do..."

"Mana statusnya?"sebuah pertanyaan dari Rayhan yang memotong ucapan suster Beti

"Tuh, ngga liat apa?" tunjuk Syaima sambil terus menyelesaikan pekerjaannya yang lain.

"Duduk dok," ujar suster Lani, sambil menyuruh Syaima pergi dari tempat duduknya karena akan diberikan ke Rayhan.

"Enak aja saya suruh minggir, cari sendiri lah,"

"Aima!!&" bentak bu Merry dengan mata lebar andalannya, yang segera membuat Syaima terpaksa menyingkir dari kursi itu.

"Lagi-lagi gara-gara dokter nyebelin itu, awas aja kalo bukan di rumah sakit apalagi kalo ngga ada bu Merry habis kamu," gerutu Syaima.

-SYAIMA POV

Sebel ngga kalian kalau hari-hari yang kalian jalanin itu bareng orang yang ngga kalian suka. Kalo aku sih iya, dia Rayhan Huda, dokter songong yang sok kecakepan kalau di depan banyak orang, gayanya yang sok imut dan kalem membuatku seakan ingin muntah. Tapi bayangkan saja baru 3 hari si songong itu di rumah sakit sudah banyak yang menyukainya, karena dia tampan lah, apa lah itu, tapi buatku tetap sama saja dia adalah dokter tersongong sepanjang karirku di rumah sakit. Ya aku tahu, bagaimanapun aku tetap harus bersikap sebagaimana mestinya jika berada di lingkup pekerjaan, tapi aku sudah memiliki rencana untuk menjahilinya jika bertemu diluar rumah sakit. Malam ini, aku mendapatkan shift malam, dan siapa ya dokternya, sebentar aku lihat daftarnya di tempat absensi pegawai. nah ini tanggal 23 Juni,

"dr.Rayhan."

apa....
"dr.Rayhan" astaga ya Tuhan, berikan aku kesabaran ya Tuhan untuk menjalankan tugas malamku dengan dokter songong ini.

"Minggir saya mau absen," gertak seorang lelaki, ya dia yg baru saja membuatku mendadak ingin membolos, siapa lagi kalau bukan Rayhan.

"Absen mah tinggal absen ngga usah pakek curhat, norak banget sih," balasku dengan nada yg sengaja kubuat pelan, sambil berjalan meninggalkan tempat itu dan bergegas menuju ke bangsal tempatku bekerja.

Sungguh menyebalkan, aku berharap hari ini aku bersama dokter yang aku taksir malah sama dokter yang paling songong, aku sebenarnya menginginkan satu shift dengan dokter Kiko tapi ya sudahlah, tapi kenapa juga harus sama si dokter songong ini sih, untung saja dia di UGD jadi aku lumayan aman. Malam semakin larut, setelah aku menyiapkan obat untuk pasien yang disuntikan untuk jam 10 dan jam 6 pagi, aku bersiap memakai sarung tangan dan menyiapkan trolly untuk berkeliling menyuntikan obat, dan mengukur tanda tanda vital pasien. Aku memang tak sendiri aku bersama praktikan di rumah sakit itu namanya Naya, anaknya tidak membosankan dan cukup trampil membantuku.

"Sus, dokternya mana ya, ibu saya perutnya kesakitan terus itu," keluh keluarga pasien yang mendekatiku saat membuang sampah bekas pakai setelah aku menyuntikan obat ke pasien.

"Sebentar ya bu, saya panggilkan," jawabku.

"Hallo, dokter Ray ada? disini ada pasien yang mengeluh sakit di bagian abdomen dan mohon segera datang dokter Ray," ujarku lewat E-phone rumah sakit.

Tak berapa lama setelah telfonku ke bagiam UGD datang-lah si dokter songong itu,

"Kamar berapa?" tanyanya

"12 utara, dok" jawab Naya cepat yang memang hafal dengan kamar pasien malam itu, daya ingatnya lumayan dibanding kami para perawat hehehe.

"Berikan injeksi Ketorolax, dan obat gastrucidnya lekas diminum," perintah si songong setelah memeriksa keadaan pasiennya, dan segera meninggalkan ruang jaga dan kembali ke UGD.

Segera aku persiapkan spuit (jarumsuntik) 3cc dan ketorolax yang songong maksud dan segera aku suntikan pada pasien tersebut.

"Ugh..., capek banget, Net, kamu tidur duluan sana aku kloter kedua aja," ucapku pada rekanku sesama suster magang agar dia tidur terlebih dahulu.

"Iya deh, Ma. badan capek banget mana sehari 2 shift nih aku," tutur Neta sambil mengambil perlengkapan tidurnya dan bergegas menuju ruang tidur perawat di rumah sakit, dimana lagi kalau bukan di Aula rumah sakit, bersama perawat lainnya. tik tok tik tok... detak jam makin menunjukan hari makin malam dan semakin sepi, hingga terdengar.

"Suster... tolong suami saya, suami saya pingsan," teriak seorang wanita berjilbab yang berlari sambil menangis.

"Baik bu," balasku bergegas menyiapkan emergency kit

"Ya, tolong telfonin dr. Ray sama orang UGD ya, kamar 30 pingsan," perintahku ke Naya.

Segera setelah telfon dari Naya, Rayhan bersama perawat UGD, Anwar dan Sandy datang. Tindakan dilakukan dengan sangat menegangkan, Rayhan tampak berusaha untuk mengembalikan kesadaran pasiennya, aku diminta untuk memasangkan stetoskop dan memasangkan masker untuknya. Untuk kali ini aku sangat mengutamakan kerjasama daripada ego. Rayhan melakukan RJP(Resusitasi Jantung Paru) pada pasien yang anfal tersebut, hingga pada akhirnya,

pada pasien yang anfal tersebut, hingga pada akhirnya,

"Kami tim medis sudah melakukan yang terbaik, dan sudah kami usahakan semaksimal mungkin, namun Allah berkata lain bu, kami segenap tim medis mengucapkan turut berduka cita, jika ibu dan keluarga ingin melihat jenazah kami persilahkan, sebelum kami pindahkan ke kamar jenazah," ucap Rayhan dengan wajah yang tertunduk lesu.

Malam itu rumah sakit tampak berkabung, sungguh aku belajar tentang kehidupan dan religi di rumah sakit. Rayhan tampak kelelahan dan berpeluh. Aku melihatnya tampak ikut lemah, betapa tidak aku secara langsung melihat bagaimana Rayhan berusaha sangat keras dalam menyelamatkan nyawa pasiennya. Tidak aku pungkiri memang, Rayhan tampan dan berwibawa, dia juga profesional dan sebenarnya baik, ahh perasaanku mulai berubah.

-Uhuuyyy gimana nih cerita kali ini, gimana? masih kepo? ayoo lanjut terus ya jangan lupa vote, comment, and share. rzfiqri

Times Talk Where stories live. Discover now